"Barang-barangmu ditinggal saja, Ra"
Naura yang tadinya berniat menurunkan tasnya dari bagasi mobil langsung menoleh ke Syila yang berdiri di sampingnya.
"Nggak apa-apa, Kak. Sekalian saja."
"Udaah. Nanti ada tukang angkatnya, kok. Ayo!"
Naura hanya patuh saat Syila menariknya menuju bibir pantai.
Ya. Sekarang mereka sedang di pantai. Naura, Syila, Jay, Dharma, dan tentunya Rafisqi. Lalu kenapa Naura bisa berakhir di antara sekumpulan Mavendra itu?
Semua karena Naufal dan Rafisqi.
Awalnya Naura setuju-setuju saja diajak liburan ke pantai. Dia kebetulan sedang libur kerja dan saat tahu Naufal juga ikut, tidak ada salahnya dia juga ikut pergi 'kan? Tapi coba tebak. Udanya yang menyebalkan dan sok sibuk itu batal ikut di H-2 jam. Alasannya sih karena ada rapat mendadak. Rasanya Naura juga mau batal ikut, tapi si Rafisqi sudah keburu menyindir, "Setua ini masih ngikut udanya kemana-mana? Nggak malu sama umur?"
Dan sama seperti ajakan naik roller coaster waktu itu, lagi-lagi Naura merasa tertantang untuk membuktikan kalau tuduhan Rafisqi itu salah besar.
Iya. Segampang itu dia terpancing.
Tapi begitu melihat lautan luas yang terpampang di depannya saat ini, Naura tidak menyesali keputusannya. Dia sangat suka laut dan pantai, dan sudah lama sekali sejak terakhir kali dia kesana. Dan juga, setelah semua yang terjadi, dia sangat butuh hiburan dan pengalih perhatian.
Hari ini tepat dua minggu sejak pertemuannya dengan Ditya di taman bermain. Bisa dibilang Naura hampir berhasil mengatasi racun patah hati yang dideritanya. Setelah puas merutuki diri, bermuram durja dan menebarkan aura badmood selama lima hari penuh, akhirnya Naura siap untuk kembali menjadi dirinya lagi. Terpuruk karena cinta sama sekali bukan gayanya. Meski hatinya masih sakit saat mengingat Ditya, Naura mulai bisa belajar mengikhlaskan pria itu. Lagipula, sejak awal semua adalah salahnya. Naura merasa bodoh karena membiarkan dirinya terjatuh dalam jurang menyesatkan yang bernama 'baper'.
"Sayang ya, Kak. Rosy dan Ziko tidak bisa ikut." Padahal anak-anak pasti akan senang sekali dibawa ke pantai. Bisa main air sepuasnya.
Syila mengedipkan mata dengan senyum penuh arti terpampang di bibir. "Karena satu dan lain hal. Yeah, you know what i mean."
Mendengar itu, Naura hanya tertawa cengengesan. Dia tidak selugu itu untuk tidak paham maksud perkataan Syila barusan. Liburan ini selain berfungsi sebagai healing time, juga berfungsi sebagai quality time dengan para pasangan. Syila dengan Jay dan Dharma dengan Balqis. Karena itu, anak-anak dititipkan dulu ke kakek nenek mereka. Untungnya Om Evan dan Tante Ona belum balik ke Singapura.
Naura tetap bersedia ikut acara liburan ini walau tahu dia berpotensi menjadi nyamuk nantinya. Tapi setidaknya ada Rafisqi, yang bisa jadi rekan sesama nyamuk, dan pastinya Naura menolak keras memosisikan dirinya dan Rafisqi sebagai pasangan ketiga.
Amit-amit.
"Wooii! Bantu angkat-angkat barang dong!"
Naura dan Syila serentak menoleh ke belakang. Di kejauhan tampak Rafisqi sedang bersungut-sungut dengan dua tangan yang sedang menenteng tas berbagai ukuran. Ternyata dialah yang tadi dimaksud Syila 'tukang angkat'. Jay sedang memarkir mobil, sementara Dharma dan Balqis sudah berada di depan pondokan pinggir pantai milik keluarga Mavendra, tampak sedang berkutat dengan kunci-kunci di tangan.
"Kesini dulu deh, Fiq!" panggil Syila sambil melambaikan tangannya. "Nanti dibantuin deh!"
"NGGAK!" Dan pria itu balik badan, langsung menuju pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Impossible Possibility
RomancePernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tentang cinta pertama itu selalu melekat di pikirannya. Tidak pernah mati dan mengikutinya ke mana-mana...