Pagi ini Tzuyu kembali dibuat heran saat melihat Chaeyoung memegang apel merah di tangannya.
Sudah lima hari, itu artinya sudah ada lima apel yang Chaeyoung terima pada setiap paginya. Gadis pemilik lesung pipi itu terdiam, memikirkan sesuatu. Ah, lebih tepatnya ia penasaran dengan seseorang yang selalu menaruh sebuah apel di mejanya beberapa hari belakangan ini.
"Kamu gak penasaran apa? Aku yang liat aja penasaran." celetuk Arin yang langsung disetujui oleh Tzuyu.
"Dino!" Alih-alih membalas perkataan Arin, Chaeyoung justru memanggil salah satu teman sekelasnya dengan suara lantang.
Merasa dipanggil, laki-laki bermarga Lee tersebut lalu menoleh dengan satu alis yang terangkat, "Gue belum ngerjain PR."
"Yang mau nyontek ama lo siapa coba." balas Chaeyoung sedikit sewot.
Memamerkan deretan giginya, Dino lalu mengusap tengkuknya canggung, "Terus apa, dong?"
"Lo datang pertama, kan? Lo tau siapa yang naro apel di meja gue?"
"Bentar gue inget-inget dulu ... " Dino menopang dagu tanda ia sedang berpikir, "Sebenernya gue langsung ke toilet pas dateng. Soalnya—"
"Bohong lo! Jangan-jangan lo lagi yang naro apel? Sok banget pengen jadi secret admirer. Norak lo." tuduh Arin dengan pelototan tajamnya.
"Kalo gak percaya liat aja, nih, celana gue masih basah gara-gara kepeleset di toilet!" sanggah Dino menunjuk celananya yang terlihat jelas menunjukkan beberapa bercak air.
Tzuyu, Arin, bahkan Chaeyoung sontak menjadi sebal. Rasanya ingin sekali mencemooh tingkah teman sekelasnya itu, namun semua itu mereka tahan. Dino pasti masih merasa kesakitan.
🍎🍎
Suasana di kantin pada jam istirahat pertama memang selalu ricuh. Chaeyoung sampai meringis saat melihat Yoojung dan Yeri, teman sekelasnya, tengah berebut paket makanan diet yang sampai membuat mereka saling jambak menjambak.
Sedangkan dikubu pojok, lebih tepatnya tempat biasa para laki-laki berkumpul, hadir seorang Seo Changbin dan juga Han Jisung yang sedang unjuk kebolehan dalam hal rapp.
Tentu saja hal itu membuat Mas Jaelani, si penjual batagor, merasa pusing sendiri. Pria berumur sekitar hampir tiga puluhan itu seketika menyesal karena tidak memberikan batagor yang hanya tersisa satu porsi kepada Park Woojin.
"Eh! Itu ada dedek gemash! Cakep banget, ih! Lucu!" Arin mendadak menjadi fangirl lalu menunjuk adik kelas yang dimaksud. Membuat Chaeyoung dan Tzuyu refleks menoleh.
"Hyunjin namanya." Chaeyoung memberikan informasi dengan agak malas.
"Kenalin, dong, Ce." balas Arin dengan kekehan.
Merasa jengah, Tzuyu lalu menjitak kening Arin agak keras. Supaya tidak ganjen katanya. Saat melihat tanda-tanda jika kedua temannya akan bertengkar, Chaeyoung segera menarik Tzuyu dan juga Arin untuk mencari kursi yang masih kosong.
"Chaeng, di sana aja! Deket Hyunjin, muat tau buat kita bertiga." Tzuyu dan Chaeyoung seketika memasang ekspresi datarnya. Memang susah mematikan mode fangirl seorang Choi Arin.
"Boleh, asal pesenin makanan buat kita, ya."
Chaeyoung hanya bercanda, sungguh. Tapi sepertinya Arin menganggap serius. Buktinya gadis itu langsung menghilang berburu makanan.
"Eh, itu yang dipegang Hyunjin apel, kan?" Tzuyu menunjuk buah yang ada di tangan Hyunjin dengan dagunya.
"Iya, nyokapnya punya kebun apel. Hyunjin mungkin suka—" Chaeyoung mendadak diam. Hyunjin? Apel?
🍎🍎
"Hyunjin!" panggil Chaeyoung dari atas pohon mangga. Tempat favoritnya untuk sekedar melepaskan penat.
Iya, Chaeyoung meskipun sudah SMA, dalam urusan panjat memanjat pohon, ia masih tergolong jago.
Merasa dipanggil, Hyunjin yang sedang mencuci motornya otomatis langsung menoleh ke arah Chaeyoung lalu memamerkan senyum manisnya.
"Kenapa, Kak?"
"Makasih buat apelnya. Padahal tinggal kasih langsung, pasti diterima, kok." kata Chaeyoung to the point. Gadis itu paling anti dengan yang namanya basa basi.
"H-hah?" Hyunjin menggaruk tengkuknya bingung. laki-laki bermarga Hwang itu mendadak gugup. Dari mana Chaeyoung tau jika Hyunjinlah si pengirim misterius itu?
"Sebenernya gue lebih suka stroberi, sih. Tapi berkat lo, gue jadi suka apel sekarang." Chaeyoung tersenyum manis. Mengangkat apel di tangan yang sudah ia gigit sebelumnya.
"Gue gak ngerti.."
"Gitu? Yaudah, apelnya gue buang."
"Jangan, Kak!" tanpa sadar, Hyunjin memekik. Membuat Chaeyoung seketika meledakkan tawanya.
"Makanya kalo suka langsung bilang aja, jangan sok jadi penggemar rahasia gitu. Gue juga suka kok sama lo."
"Kak Chaeyoung udah tau dari awal, ya?"
"Gak juga. Gue baru tau tadi, kok. Btw, lo kalo malu lucu, ya. Kuping sama leher lo jadi merah banget." Chaeyoung kembali tertawa, kali ini agak keras. Humor gadis yang baru-baru ini menyukai apel itu memang agak miring.
"Hyunjiiiin!"
Chaeyoung seketika menghentikan tawanya. Gawat! ia kenal betul suara ibu-ibu yang berteriak tadi! Im Nayeon, ibunda tersayang seorang Hwang Hyunjin!
Chaeyoung paling takut jika Nayeon keluar di jam sekarang. Jamnya belanja, Chaeyoung takut kalau sampe diajak belanja lagi, biasanya akan memakan waktu paling sedikit lima jam.
"Besok berangkat bareng, ya? Gue mau masuk dulu. Salam buat Mami mertua." kata Chaeyoung lalu buru-buru turun dari pohon dan berlari memasuki rumahnya. Meninggalkan Hyunjin yang saat ini tengah sibuk mengontrol detak jantungnya.
"Tadi Mami denger suara Chaeyoung, deh. Kok anaknya nggak ada?" Nayeon mengangkat alisnya bingung. "Kamu lagi, kenapa nyengir gitu? Serem amat."
"Hyunjin pacaran sama Kak Chaeyoung, Mi. Pacaran!" seru Hyunjin masih dengan cengiran. "Sayang Mami!" lanjutnya yang kini malah melompat girang percis anak kecil mendapat mainan baru.
"Gak jelas kamu. Udah sana minggir, Mami mau belanja." dengan senang hati Hyunjin pun minggir.
MASIH dengan perasaan bahagianya, Hyunjin kembali melanjutkan acara mencuci motornya. Laki-laki bermarga Hwang itu mungkin tidak tau jika sedari tadi Chaeyoung memperhatikan dari jendela kamarnya.
"Lucu banget berondong gue..."
s y m p h o n y
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony; [Son Chaeyoung]
Fanfictionjust a chaeyoung's random story. ©meyuuli, 2018