『jung wooseok; min and max』

1.1K 167 3
                                    

"min, hari ini kita ngelukis dilapangan basket indoor, ya."

"min?"

"mini."

"sialan!"

chaeyoung menghela nafasnya. candaan itu lagi. chaeyoung ngerasa biasa aja sih. setidaknya menurut chaeyoung candaan mereka masih normal, kecuali—

"heh, manusia separo."

—candaan dari wooseok, si tiang sekolah.

"kamu tau gak? kamu tuh separuh aku."

tunggu— wooseok pake aku kamu?

"maksudnya?"

"iya, separuh aku." kata wooseok dengan gestur mengukur tinggi chaeyoung yang hanya sebatas dadanya itu.

"jung wooseok!"






🍓🍓






"kenapa? sepet amat itu muka." dahyun mengernyit saat chaeyoung datang dengan wajah suramnya.

"temen sekelas lo, tuh. kesel banget gue."

"kata gue juga biarin aja, dia mah semakin ditanggepin malah semakin menjadi."

"tapi masa dia bilang gue manusia separo!" chaeyoung mendadak emosi. membuat dahyun mati-matian menahan  tawa.

"adek adek, maaf ya hari ini kakak mendadak ada urusan. kalian gapapa 'kan kakak tinggal?" kata naeun, kakak pembimbing ekskul seni lukis.

meski tidak ditemani naeun, semua anggota ekskul seni lukis tidak kehilangan semangat. mereka mulai mengeluarkan kuas dan cat, lalu mulai mengotori kanvas.

tiga puluh menit berlalu. chaeyoung dan anggota lain masih fokus dengan lukisan yang mereka buat. tidak ada suara selain helaan nafas dan kuas yang bergesekan dengan kanvas. sampe akhirnya—

"heh! kalian minggir sana!"

—teriakan wooseok menggema diseluruh lapangan. membuat semua orang yang sedang melukis refleks menoleh. semua kecuali chaeyoung menciut, merasa takut dengan wooseok.

"mentang-mentang kakak kelas jangan seenaknya, dong! lagian 'kan ini tempat umum. jadi kita juga bebas disini." chaeyoung sedikit emosi.

"ini lapangan basket, ya udah pasti buat main basket, lah! kalo mau lukis ya digaleri sana!" balas wooseok tidak kalah emosi.

"ayo kita tanding basket, yang kalah kudu minggir! berani gak lo?"

suasana mendadak hening. chaeyoung menantang wooseok bermain basket? lelucon macam apa ini?

"oke. sebagai bonus, yang kalah kudu nurutin permintaan yang menang. deal?"

"deal."

sejak permainan dimulai sampai sekarang, sudah pasti wooseok yang lebih unggul. tiap kali chaeyoung megang bola, wooseok selalu punya cara untuk merebutnya. bahkan saat chaeyoung hendak men-shoot, wooseok malah seenaknya menggendong chaeyoung agar menjauh dari ring.

merasa sudah kalah telak dan tidak mungkin melawan wooseok lagi, chaeyoung akhirnya mengibarkan bendera putih. adik naeun itu lalu mengajak semua teman-temannya untuk mencari tempat lain.

berurusan dengan wooseok selalu membuat kepalanya pening.

"enak aja lo main kabur! turutin dulu apa mau gue!"

chaeyoung berdecak. benar juga, "emang lo mau apa?"

"cium."

rasa marah dan juga malu bercampur menjadi satu. seisi lapangan mendadak heboh, omongan mereka samar-samar terdengar. mayoritas merasa syok dengan permintaan sang tiang sekolah.

"buruan."

"cium! cium! cium!"

dasar teman kurang ajar! bukannya menolong chaeyoung untuk kabur, mereka malah bersorak, senang karena ada tontonan gratis.

wooseok menunduk, mendekatkan pipinya pada chaeyoung. menggeram pelan, gadis itu akhirnya pasrah lalu memajukan bibirnya. hanya dipipi, chaeyoung. ingat, hanya pipi, lalu kabur!

cup!

tunggu— kenapa pipi wooseok terasa seperti bibir?

"ih! kok lo curang, sih? katanya pipi!" omel chaeyoung tidak terima. sorakan bertambah heboh. beberapa ada yang menyuruh mereka jadian saja.

"kalian keluar sekarang. gue itung sampe tiga. satu.. dua.." baru sampai hitungan dua, lapangan basket langsung kosong, menyisakan wooseok dan juga chaeyoung.

"ngeselin tau gak." chaeyoung berusaha mengusap bibirnya, menghilangkan jejak bibir wooseok disana. tapi terlambat, wooseok sudah lebih dulu menahan tangan gadis mungil itu.

bak adegan drama klise, keduanya kini mematung, saling bertatapan satu sama lain.

"mau gue cium sampe bengkak?"

"gila."

"jadi pacar gue mau?"

"gak. gue udah dijodohin sama orang lain." setelah puas menolak wooseok dengan alasan kuno, chaeyoung lalu berlari meninggalkan laki-laki jangkung dan semua peralatan melukisnya disana.

persetan, ia benar-benar harus menjauh dari makhluk paling menyebalkan itu!







🍓🍓







"makasih, kak lino." chaeyoung menyerahkan helm. hari ini gadis itu menumpang pada chan, papanya tidak bisa menjemput karena sedang ada tamu penting.

"ma, pa, chaeyoung pu—" chaeyoung mematung didepan pintu setelah melihat sesosok manusia yang selama ini selalu masuk kedalam daftar hitamnya. jung wooseok.

"kebetulan banget, sini, sayang. kenalin ini sahabat mama yang baru pulang dari korea, mereka kesini atas permintaan wooseok, kalian udah saling kenal, kan?"

dengan tatapan linglung, chaeyoung tetap menuruti perintah mamanya, gadis itu duduk tepat didepan wooseok.

"waktu awal nikah, kita sepakat mau jodohin anak kita nanti. papa gak nyangka bakal secepat ini. kata wooseok kamu mau dijodohin, ya? jadi, sayang, buat saat ini, kalian tunangan dulu aja, ya? kita omongin soal pernikahan kalau wooseok udah mapan nanti."

sial! sial! sial! kenapa semuanya menjadi boomerang?









got inspired by chinese film ❛min&max❜

Symphony; [Son Chaeyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang