『hidaka mahiro; tamu』

643 105 26
                                    

salah satu hal paling menyebalkan bagi kaum milenial saat sedang bersantai dirumah itu tidak lain adalah tamu. benar?

seperti chaeyoung yang tengah bersantai didepan tv, menonton kartun dua anak kembar botak kesayangannya, harus rela bangkit untuk membuka pintu karena ultimatum sang ibu negara. jika chaeyoung menolak, uang jajan taruhannya.

dengan setengah hati, chaeyoung membuka pintu. memperhatikan dengan seksama laki-laki yang kini tersenyum sampai nampak gigi.

siapa orang ini? kenapa harus senyum selebar itu? atau jangan-jangan salesman yang  mau promosi? atau parahnya lagi, laki-laki ini tukang hipnotis yang mau menculik chaeyoung?

"cari siapa, ya?" chaeyoung berdehem, sedikit panik.

"eh? kakak lupa sama aku? ini aku mahiro. waktu kecil, kan, kita sering malak permen bareng." orang yang mengaku sebagai mahiro itu mengerucutkan bibirnya.

"anu tapi saya nggak pernah kenal sama yang namanya mahiro."

"loh? kakak bukan kak hirai momo?"

"bukan, mas. saya chaeyoung."

"oh, pantesan mukanya gak mirip. yaudah, kalo gitu saya pamit, ya, kak. maaf ganggu."

"iya gapapa."

chaeyoung mengangguk semangat. akhirnya orang aneh ini pergi juga!

"eh, eh, kak chaeyoung-"

baru saja chaeyoung akan menutup pintu, mahiro dengan wajah tanpa dosanya kembali mengajak chaeyoung mengobrol sambil menahan pintu agar tidak tertutup.

"ada apa lagi?" oke. chaeyoung mulai kesal.

"kak momonya ada?"

Tuhan!

"gini ya mas, dek, atau apalah terserah. disini gak ada yang namanya hirai momo!"

"tapi bener kok ini rumah kak momo, ini alamatnya saya punya." mahiro menyerahkan selembar kertas pada chaeyoung, "kak chaeyoung jangan tega dong sama saya. saya tau saya orang kampung, tapi saya juga punya perasaan. masa malem ini saya harus tidur diemperan?"

dih? kenapa malah jadi melow gini?

"gini loh, maaf banget tapi ini rumah saya dan gak ada yang namanya momo disini."

"jadi ini alamat palsu?"

sial sial sial. chaeyoung harus bereaksi seperti apa? tertawa? atau ikut sedih? kenapa ada laki-laki polos dan menyebalkan seperti ini?

"yaudah saya pamit aja kalo gitu."

moga gak balik lagi moga gak balik lagi!

"eh, kak?"

"apa lagi!"

"terus rumahnya kak momo dimana?"

sabar, chaeyoung. sabar.

"kamu lurus aja sampe ketemu rumah warna pink. udah, awas aja kalo balik lagi!"

"maka—"

sebelum mahiro menyelesaikan ucapannya, chaeyoung sudah membanting pintu. terserah, chaeyoung terlalu kesal untuk sekedar mendengar ucapan terima kasih.

tok! tok! tok!

"apa!"

"saya cuma mau ngucapin makasih sama ngasih ini—" mahiro meraba kantong jaketnya,

"apaan!"

"taraaaa~ makasih kak" memberikan tanda cinta dengan jarinya.

"bodo amat!"

chaeyoung membanting pintu sekali lagi. kali ini lebih keras dari biasanya.

"jangan galak galak, dong, kak. nanti naksir sama aku, lhoo." meski pintu sudah tertutup rapat, mahiro yakin jika chaeyoung masih ada disana.

"gak mungkin!" benar, kan.

"nanti kita ketemu lagi, ya, kak."

"ngarep!"

"yaudah aku beneran pamit deh, dadah."

hening,

chaeyoung mengintip lewat jendela untuk memastikan. aman, mahiro beneran pergi.

akhirnya~

"pintunya kok dibanting, sih, kak?" sang ibu negara mendekat, memastikan jika pintunya baik-baik saja.

"biarin. salah mama nyuruh aku buka pintu." chaeyoung memajukan bibirnya, kesal.

"emang yang dateng siapa?"

"orang gila."

"hah?"

















"gimana? berhasil, kan, rencana gue?"

"berhasil kak. gue jadi bisa ngobrol sama kak chaeyoung."

"siapa dulu, dong, momo gituloh."

"iya deh iya."

"jangan lupa sama perjanjian kita kemaren ya lo. lupa awas aja."

"tenang aja kenapa, sih. tiga ceker mercon sama dua seblak jumbo, kan?"

"sip. itu baru mahiro sepupunya momo."

yah, dari awal itu memang cuma modusan mahiro atas dasar ide brilian seorang hirai momo. waloupun terkesan menyebalkan, yang penting berhasil. iya, kan?

Symphony; [Son Chaeyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang