『mark tuan; not fine』

467 83 51
                                    

dulu, chaeyoung kira menikah dengan seorang mark tuan adalah hal membahagiakan sepanjang hidupnya.

mark memperlakukan chaeyoung layaknya seorang ratu. chaeyoung bahkan bisa merasakan seberapa besar rasa cinta mark untuknya. saat ada masalah pun, mark cenderung mengalah dan membujuk chaeyoung dengan segala cara agar mau memaafkannya.

itu dulu, semua itu hanya bertahan selama tiga tahun saja. keadaan kini berbalik, chaeyoung merasa diterbangkan tinggi lalu dijatuhkan begitu saja.

dihadapannya kini berdiri seorang suami yang selalu ia banggakan, mark, dengan seorang perempuan yang mengaku tengah mengandung anak dari suaminya.

chaeyoung tidak mengerti, kesalahan besar apa yang pernah ia perbuat hingga dikhianati sebesar ini? bukankah saat ia memberi tau mark tentang rahimnya yang lemah, mark merasa tidak masalah bahkan menguatkannya?

"namanya eunha, kita udah nikah. dia sekretaris aku."

"sejak kapan?" tatapan mata chaeyoung terlihat kosong. rasanya ia terlalu kecewa hingga menangis pun ia tidak bisa.

"tujuh bulan yang lalu." mark menunduk dalam.

"waktu kamu bilang ada acara yang nggak ngebolehin bawa keluarga?"

"iya."

"sehina itu aku dimata kamu ya, mas? kamu anggap aku bodoh, kamu anggap aku robot yang nggak punya hati. kamu pikir aku mau punya janin lemah kayak gini?"

"chaeyoung, sayang, nggak gitu. waktu itu aku khilaf, aku mabuk dan ngeliat dia mirip kamu, aku minta maaf. aku tau ini salah aku, tapi aku berniat buat memperbaiki se—"

"dengan bawa dia kesini dan nyakitin aku?"

"mbak, saya—"

chaeyoung menatap eunha masih dengan tatapan kosongnya, "sebentar, saya beresin barang saya dulu. kalian bisa tidur dikamar utama nanti."

"eunha kamu duduk dulu," kata mark lalu mengejar chaeyoung yang kini tengah berjalan menuju kamar utama.

eunha menurut, duduk diatas sofa dengan seringaian dibibirnya. well, sebentar lagi ia akan menjadi nyonya besar, kan?
















"chaeng aku mohon percaya sama aku, aku bakai cerai sama dia kalo anak itu udah lahir." mark masih berusaha membujuk chaeyoung dengan memeluknya dari belakang.

"kamu masih minta kepercayaan dari aku setelah apa yang kamu lakuin, mas?" chaeyoung mendengus.

"aku sayang sama kamu, my queen."

"kalo kamu sayang sama aku kamu gak bakal ngelakuin hal itu."

"aku khilaf, sayang. aku khilaf."

chaeyoung berbalik, menatap wajah tirus mark lalu mengusapnya lembut, chaeyoung memaksakan dirinya untuk tersenyum, "harusnya aku lebih peka waktu ibu kamu puji eunha didepan aku. aku sadar, kecil kemungkinan aku buat kasih kamu anak. dan syukurnya sekarang ada perempuan yang ngandung anak kamu mas, calon penerus keluarga tuan."

mark menangis, lebih baik chaeyoung memaki lalu memukulnya dibanding bersikap lembut seperti itu. chaeyoung terluka dan ia adalah penyebabnya.

"janji sama aku jangan tinggalin dia, ya? kasian anak kamu kalo harus kehilangan ibunya."

"jangan tinggalin aku sayang, aku mohon." mark berlutut, memeluk kaki chaeyoung dengan erat.

"aku sayang kamu." mark mendongak, kenapa chaeyoung berkata seperti itu dengan senyum manisnya disaat mark menyakiti sebegini besarnya?


tok! tok! tok!

"m-mas, perut aku sakit."

masih dengan senyuman manisnya, chaeyoung berkata, "janji sama aku jangan jadi bajingan ya, mas? tetep jadi orang penyayang kayak dulu. gih, samperin. dia butuh kamu."

"kamu juga harus janji jangan tinggalin aku, ya?"

alih-alih menjawab, chaeyoung malah mendorong punggung tegap mark pelan sampai keluar dari kamar. setelah itu chaeyoung kembali masuk lalu mengunci pintu.

chaeyoung tidak dapat menahan tangisnya lagi, ini terlalu menyakitkan. istana impian yang susah payah ia bangun kini hancur begitu saja.

menangis mungkin bisa mengurangi sedikit beban, tapi tidak dengan menyelesaikan masalah bukan?

masih dengan isak tangisnya chaeyoung kembali membereskan barang-barang yang ia beli dengan uang sendiri lalu memasukannya kedalam koper.

jika memang harus ada yang mengalah, maka chaeyoung siap jadi orangnya.








🍓🍓







-epilogue-


bruk!

"eh, ya ampun kamu gapapa, nak?" chaeyoung membantu anak yang menabraknya tadi untuk berdiri.

"gapapa kok, tante." jawab anak laki-laki berusia sekitar empat tahun itu lalu tersenyum lebar hingga menampakan gigi ompongnya.

"nama kamu siapa?" tanya chaeyoung.

"matthew tuan, tante."

chaeyoung sempat mematung, namun sedetik kemudian ia menepis segala pikirannya, tuan bukan hanya marga milik mark, kan?

"terus kamu ngapain lari-lari dijalan? bahaya tau."

"abisnya daddy ngelarang aku makan eskrim, makanya aku kabur. daddy nyebelin." matthew mengerucutkan bibirnya.

"sekarang daddy kamu mana?"

"matthew!"

"tuh, daddy." chaeyoung menoleh mengikuti arah telunjuk matthew.

kali ini ia benar-benar mematung, dihadapannya kini berdiri seorang mark tuan, mantan suaminya dulu.

"chaeyoung… ehm, matt kamu masuk mobil duluan, nih, es krim buat kamu."

"okay, daddy."

"mas... apa kabar?" chaeyoung tersenyum tipis setelah matthew berjalan menjauh.

"as you see, kamu sendiri?"

"aku baik. tadi anak kamu? ibunya mana?"

mark menghela nafas pelan, "dia pergi bawa separuh harta aku. dia pergi tanpa mau tanggung jawab sama anaknya."

"a-aku turut sedih ya, mas."

"kamu—"

"sayang! ya ampun, kamu kok jalan kaki? kamu gak inget kata dokter? jaga kandungan kamu, sayang. jangan sampe capek." chaeyoung tersenyum lebar saat seorang pria mendekat sambil mengomel kearahnya.

"mas kenalin, ini eunwoo. suami aku."

kali ini giliran mark yang mematung, "s-suami?"

"saya eunwoo, suaminya. maaf mas gak bisa lama, istri saya baru cek kandungan terus sekarang mau kebandara. kami duluan, ayo sayang."

"iya ish dasar bawel. mas, duluan ya."

mark tidak merespon. chaeyoung sudah bahagia. meski sekarang mark yang menderita, itu balasan untuk perbuatannya dulu, kan?














maapkan aku yang seorang penghuni kapal chaeyoung eunwoo garis keras ya guys huhu.

Symphony; [Son Chaeyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang