『mom』

450 79 22
                                    

hari kelulusan sudah identik dengan perayaan bukan? entah dengan mencoret seragam sekolah, konvoi, atau bahkan berbagi dengan sesama. pada intinya mereka sama-sama ber-euforia meski dengan cara yang berbeda.

sama dengan chaeyoung, ia baru saja merayakan hari kelulusannya dengan para teman seangkatan. hanya saja chaeyoung tidak ikut mencoret seragam atau konvoi, ia sudah berencana menyimpan seragam sekolahnya dengan keadaan bersih sebagai bukti jika chaeyoung pernah berjuang dimasa pencarian jati dirinya.

chaeyoung memilih untuk pulang dengan mengambil jalan pintas, uang yang biasa ia pakai untuk naik kendaraan umum sudah habis disumbangkan. meskipun harus melewati jalanan kecil dan juga sepi, chaeyoung tidak merasa takut. toh sudah beberapa kali ia lewat dan tidak pernah ada kasus kriminal disana.

"owaa…owaa…"

"eh?" chaeyoung mengedarkan pandangannya mencari sumber suara tangisan—bayi?

tunggu, disini memang tidak pernah ada tindak kriminal, tapi tidak menutup kemungkinan jika itu suara hantu, kan?

mengangkat bahu, chaeyoung mencoba untuk acuh dan kembali melanjutkan jalannya.

"owaa…owaa…owaa…"

"ini bukan setan deh kayaknya, tapi masa iya ada bayi disekitar sini?" chaeyoung bergumam lalu memutuskan untuk kembali mencari asal suara tangisan bayi itu.

langkah demi langkah hingga perhatiannya tertuju pada semak didekat pohon. semak itu sedikit terbelah seolah ada yang sengaja meletakan sesuatu disana.

"aaa—hmp!" chaeyoung menutup mulutnya sendiri. hampir saja ia berteriak kencang. "gila, ngelindur gue kayaknya."

"owaa…owaa…"

chaeyoung mundur selangkah, disana ada bayi, bayi menggemaskan lengkap dengan segala keperluannya.

"gak mungkin, gak. ini pasti prank atau ada orang tuanya disekitar sini." chaeyoung mengedarkan pandangannya lagi, namun nihil, disana benar-benar sepi.

"kamu gak mungkin dibuang, kan?" chaeyoung kembali mendekat, digendongnya dengan hati-hati bayi itu. padahal tadi ia berniat lari lalu meminta bantuan. tapi melihat bayi lucu ini terus menangis, chaeyoung jadi tidak tega. bagaimana jika nanti ada hewan buas atau orang lain yang berniat mencelakainya?

"kamu lucu banget, kalo emang kamu beneran dibuang, kamu ikut sama tan—ah engga, mulai sekarang kamu jadi anak mama. kita pulang ya, sayang."

chaeyoung tersenyum manis. ia sudah siap dengan segara resiko saat ia pulang nanti. seperti menjadi omongan tetangga, diusir dari kosan, atau kemungkinan mengerikan lain seperti dibenci oleh orang tuanya sendiri.

meskipun nanti chaeyoung menjelaskan jika ia menemukan anak ini, orang-orang pasti terlanjur mengira chaeyoung hamil diluar nikah, apalagi chaeyoung jarang bergaul dengan tetangga karena sibuk berjualan kue.





·
·
·







benar perkiraan chaeyoung, baru selangkah memasuki aera tempat tinggalnya saja orang-orang sudah terlihat sibuk bergunjing. bahkan bisa chaeyoung dengar dengan jelas cemoohan dan juga tudingan jika chaeyoung hamil diluar nikah.

chaeyoung tersenyum tipis. kenapa makhluk yang menyebut dirinya sebagai manusia terlalu mudah berpikiran jelek? kenapa mereka hanya bisa menilai dari satu sisi saja? kenapa seakan menghakimi orang tanpa berkaca adalah hal yang tidak berefek nantinya? kenapa semudah itu mereka menyakiti manusia lainnya?

"nak chaeyoung?" chaeyoung mendongak, menatap bu sunmi, ibu kos yang kini menatap khawatir kearahnya. "kamu—"

"hamil diluar nikah?" chaeyoung tersenyum, "apa ibu bakal percaya kalo aku bilang aku nemu bayi ini?"

Symphony; [Son Chaeyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang