『kim yohan; mute』

468 81 22
                                    

"halo, nama saya kim yohan, pindahan dari seoul, korea selatan. salam kenal."

sorakan ramai terdengar, lebih tepatnya suara perempuan yang mendominasi. karena para laki-laki penghuni kelas lebih condong mencibir karena merasa kalah tampan.

"kalian jangan macem-macem, dia atlet taekwondo."

alih-alih diam, suara para perempuan itu bertambah keras. bahkan ada yang bersorak, "lindungi aku, oppa!" okay, yohan jadi ngeri.

"berisik banget sih kalian predator." cibir pak peniel, "nah yohan, gih cari tempat duduk."

yohan mengedarkan pandangannya hingga bertemu dengan seorang gadis yang tengah fokus—menggambar? tapi jika perhatikan lagi, gadis itu tidak ikut berteriak bahkan hanya melirik yohan sekilas saja.

"saya mau duduk sama dia, pak." yohan menunjuk bangku yang berada dipojok belakang.

"oh, chaeyoung. yaudah sana." pak peniel mempersilahkan.

para siswi mulai berisik lagi, kali ini bukan berteriak, tapi lebih pada berbisik. yohan mengangkat bahu, mencoba untuk acuh.

"hai?" yohan mengulurkan tangannya. chaeyoung tersenyum, tidak menjawab namun menyambut uluran tangan itu.

yohan meringis, sepertinya chaeyoung memang kurang menyukai dirinya.













"oi bisu, beliin makanan, gih. nih, daftar sama uangnya. kalo kurang lo tambahin." yohan memicing, apa-apaan ini? disekolah elit seperti ini masih ada perundungan? "pulang sekolah ada acara gak, yohan? ikut ki—"

"lo punya kaki?"

"punya dong,"

"bisa jalan?"

"bisa, kamu mau ajak aku jalan?"

"kalo bisa beli sendiri. jangan nyuruh orang." kata yohan lalu menarik tangan chaeyoung menjauh dari gadis perundung itu.

yohan membawa chaeyoung ke halaman belakang sekolah, tempat sepi yang jarang dijamah oleh kebanyakan siswa.

"maaf." kata yohan saat merasakan ada pergerakan kecil dari tangan chaeyoung.

chaeyoung mengangguk pelan lalu menunduk. entah siksaan apalagi yang akan ia terima setelah ini, para gadis itu tidak akan pernah puas merundung dirinya sekalipun chaeyoung sudah meminta ampun.

"kamu marah, ya?" yohan memegang bahu chaeyoung. chaeyoung mendongak, lalu menggeleng pelan.

marah pada orang yang menolongnya? yang benar saja.

"temen sekelas gak ada yang mau bantuin kamu apa? aku yakin mereka bully kamu lebih dari sekedar nyuruh beli makanan, kan?" chaeyoung menggeleng lalu mengangguk. siksaan yang ia dapat lebih buruk dari itu.

"kamu gak ada niat lapor guru?" chaeyoung menggeleng lagi. ia mengambil notes kecil disaku seragamnya lalu mulai menulis.

「jangan terlalu baik yohan, aku gak sebaik itu.」

yohan membacanya lalu mengernyit bingung, "maksud kamu?"

「ini karma buat aku. mereka gak akan pernah mau ngampunin sekalipun aku berlutut sampe nangis darah.」

"hah?" jadi mereka merundung chaeyoung karena kesalahan chaeyoung dimasa lalu? "kamu udah minta maaf sama mereka, kan?"

「semua maaf aku gak bisa ngembaliin tzuyu. tzuyu mati karena aku. aku pendosa, kamu lebih baik jauhin aku sebelum kamu juga ikut dikena kayak tzuyu dulu.」

"tzuyu meninggal karena belain kamu?" chaeyoung mengangguk, "it doesn't make sense! itu namanya keterlaluan!"

chaeyoung mengadah, menahan air matanya agar tidak jatuh. meski chaeyoung sudah mengakui segala dosa dan meminta maaf secara tulus, hukum karma itu masih terus berlanjut.

"jangan siksa diri kamu lagi, ce. udah cukup." yohan menarik chaeyoung kedalam pelukannya. "kamu gak harus pura-pura jadi orang bisu kayak gini, tzuyu gak akan suka."

chaeyoung menggeleng, "ada banyak orang yang aku sakitin lewat mulut jahat ini, han."

"kejujuran kadang emang gak pernah bisa diterima. kamu gak salah."

"no, yeri hampir bunuh diri karena aku bongkar aib keluarganya didepan banyak orang."

"tapi yeri duluan yang mancing dengan bilang kalo kamu anak jalang." chaeyoung menatap yohan meminta penjelasan, "tzuyu, dia yang ngasih tau aku semua tentang kamu selama aku tinggal di korea. aku kira waktu tzuyu berhenti hubungin aku, kamu udah punya pacar karena aku minta yang itu, tapi ternyata dia meninggal. aku turut berduka."

"tapi garis besarnya tetep aku yang salah yohan."

"berhenti nyalahin diri sendiri, jangan hukum diri kamu atas kesalahan masa lalu." pelukan yohan bertambah erat, "maaf, harusnya dulu aku gak ninggalin kamu."

chaeyoung menangis, akhirnya semua beban dihatinya menguap begitu saja setelah bertemu kembali dengan yohan. benar, kenapa ia harus menghukum dirinya sendiri?

"mulai sekarang angkat kepala kamu, princess. jangan biarin mahkota kamu jatuh lagi." chaeyoung mengangguk, menatap yohan lalu tersenyum manis. "mulai hari ini gak bakal ada lagi yang berani gangguin kamu."

"thanks, yohan."

setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. karena pada dasarnya mereka memilih dosanya masing-masing. tidak etis rasanya menghakimi orang lain seolah ia adalah manusia paling suci didunia.

chaeyoung sadar, tidak seharusnya ia membiarkan orang-orang itu melukai fisik hanya karena chaeyoung merasa ingin menebus dosa. ia menghukum dirinya sendiri sampai harus membungkam mulut dan bertingkah seolah ia tuna wicara.

seperti kata yohan, mulai hari ini angkat kepala kamu, jangan biarkan mahkota indah itu terjatuh. selama kamu merasa benar, jangan ragu buat kasih tau itu semua.

diterima atau tidak, jangan jadikan itu masalah. jangan repot untuk menjelaskan tentang dirimu pada orang lain, karena yang menyukaimu tidak akan peduli, dan orang yang membencimu tidak akan percaya itu.













ea tumben sangat aqu penuh dengan motivasi seperti ini. sepertinya aqu sedang kesambet o(︶︿︶)o

Symphony; [Son Chaeyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang