『lai guanlin; the tree O2』

676 135 2
                                    

sejak chaeyoung tau kalau guanlin itu bukan manusia, ia memutuskan untuk mengambil jalan memutar yang jaraknya dua kali lebih jauh dari jalan biasa jika pulang malam.

bukan karena takut, bukan. hanya saja chaeyoung merasa agak aneh. hey, bukankah aneh rasanya jika mengobrol dengan laki-laki yang bahkan sudah tidak hidup lagi?

namun malam ini chaeyoung terpaksa melewati jalan itu lagi, ia tidak bisa mengambil jalan memutar karena sedang ada perbaikan.

selama perjalanan, chaeyoung hanya bisa berdoa agar tidak bertemu guanlin. sekarang masih jam sembilan, jam dimana guanlin masih 'beristirahat'.

"chaeyoung..."

ah sial. suara guanlin.

mencoba untuk tidak peduli, chaeyoung mempercepat langkahnya tanpa mendongak melihat guanlin. ia belum siap, itu alasannya.

"chaeyoung... plis... dengerin gue dulu."

"astaga!" chaeyoung terlonjak kaget saat guanlin tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya.

"maaf ngagetin. abisnya lo dipanggil gak nyahut, sih." guanlin memamerkan senyum tiga jarinya. chaeyoung menunduk. memperhatikan kaki guanlin yang tidak lagi menapak tanah.

"lin, kita udah beda alam. gak seharusnya lo gangguin gue terus."

"liat kearah gue plis." pinta guanlin, "ini sosok gue yang sebenarnya..." guanlin sedikit mundur, memejamkan mata, lalu memperlihatkan sosok aslinya. sesosok murid sma dengan darah yang terus mengalir dari seluruh tubuhnya.

"lin! gue takut darah!" chaeyoung memekik. ia tidak bisa melihat darah sebanyak itu. rasanya mual dan kepalanya mendadak pusing.

"maafin gue.. gue cuma mau minta tolong. abis itu gue janji, gue bakal tenang dialam gue. gue gak bakal ganggu lagi."

"kenapa? kenapa harus gue!" chaeyoung mendesah frustasi.

"karna cuma lo yang bisa liat. gue kabur dari rumah waktu liat orang tua gue berantem. gue gak tau mau kemana, jadi gue diem lama diperempatan. pas mau nyebrang, tiba-tiba gue ditabrak. badan gue keseret jauh sampe akhirnya mental kepohon ini." chaeyoung diam. masih setia mendengarkan cerita guanlin, "plat nomor B XXXX PWJ. gue ninggalin goresan dibelakang mobil bawah. goresan agak panjang. gue ninggalin sidik jari gue juga disana. gua udah cari orangnya, namanya park woojin. gue gak tenang kalo dia belum dipenjara. gue mohon, chaeyoung. gue mohon."

setelah menimang beberapa saat, chaeyoung akhirnya mendesah pasrah. keadilan harus ditegakkan, orang yang tidak bertanggung jawab harus segera menerima ganjaran!

"oke. gue akan nyoba ngomong sama polisi. gue bakal bantu sebisa gue. gue...janji."

"satu hal lagi—tolong bilangin ke orang tua gue, gue sayang mereka. gue udah ikhlas kalo mereka mau cerai. sampein permintaan maaf gue juga buat mereka, maaf karena gue egois udah biarin mereka hidup dalam tekanan."

"lin.." dan untuk pertama kalinya, chaeyoung melihat guanlin tersenyum manis, lengkap dengan tangisan dimatanya. setelah itu, guanlin perlahan menghilang, menjelma menjadi debu yang berterbangan.







🍓🍓




kesaksiaan chaeyoung yang membeberkan beberapa fakta membuahkan hasil, polisi berhasil melacak persembunyian woojin. laki-laki kurang ajar itu ditangkap diruang bawah tanah rumahnya.

"terima kasih saudari chaeyoung. berkat bantuan anda, pelaku tabrak lari berhasil kami tangkap." kata komandan polisi saat mereka sudah berhasil mengamankan woojin.

"saya juga berterima kasih, pak."

"kalau begitu kami permisi, selamat siang."

"lepasin gue! gue gak bersalah! dia yang tiba-tiba nyebrang! gue gak salah! gue gak salah!"

chaeyoung memandangi mobil polisi yang semakin menjauh sampai menghilang dari pandangan. tatapannya lalu beralih pada kedua orang tua guanlin yang kini menangis tersedu-sedu. kehilangan putra satu-satunya dengan tragis seperti ini tentu saja menjadi pukulan keras.

"terima kasih nak chaeyoung." kata ibu guanlin sambil memaksakan untuk tersenyum.

chaeyoung balas tersenyum sebagai respon, "tante, om, guanlin bilang dia sayang sama kalian, dia juga minta maaf karena udah egois gak ngijinin kalian buat pisah. maaf karena udah bikin kalian hidup dibawah tekanan. sekarang guanlin udah ikhlas kalo om sama tante mau pisah. itu aja om, tante, saya permisi."

kehadiran seseorang akan terasa berharga setelah orang itu pergi untuk selamanya.







🍓🍓





"ric, kamu tau makam guanlin?" chaeyoung melepas headset eric karena adiknya itu terlihat sangat fokus dengan game nya.

"tau, napa emang?" jawab eric tanpa melihat kearah chaeyoung.

"anterin kesana, dong. kakak mau nyekar."

eric diam sebentar lalu mengangguk dan beranjak mengambil kunci motornya. "yuk."






🍓🍓



"ini makamnya, kak." chaeyoung memandang makam dengan tulisan nama gualin disana. sudah ada bunga, itu artinya ada yang berkunjung kesini sebelumnya.

"lin, gue dateng. lo apa kabar?" eric menatap kakak perempuan kesayangannya yang kini tengah berjongkok disamping makam guanlin. jujur saja eric ikut merasa sedih, apalagi setelah mengetahui kisah sedih guanlin.

"berdoa dulu, kak." eric mengingatkan.

chaeyoung mengangguk, "kamu yang pimpin, ric."

setelah selesai berdoa dan menaburi bunga, eric pamit untuk mengambil motornya dan menunggu diparkiran. chaeyoung meng-iya-kan. ia mendongak, melihat pada bunga kamboja yang mekar dengan indah.

ia berdiri, berniat untuk pergi dari makam guanlin. namun pada saat hendak berbalik, langkahnya tertahan karena ia melihat guanlin disana. dibawah pohon kamboja putih.

guanlin tidak memakai seragam sekolahnya lagi. kini ia memakai baju putih dengan wajah yang tersenyum bahagia.

chaeyoung merindukan wajah dan senyuman itu, sungguh.

"makasih." kata guanlin, tanpa suara. dengan senyuman manis diwajahnya, guanlin perlahan menghilang. guanlin pergi, untuk selamanya.

chaeyoung tersenyum, kali ini ia memberikan senyuman termanisnya. mencoba untuk mengikhlaskan guanlin yang sekarang sudah bahagia dialamnya.











chaeyoung melangkah dengan sedikit terburu-buru, tidak ingin membiarkan eric menunggu terlalu lama. ia terus menunduk hingga—menabrak punggung tegap seseorang.

"maaf gue gak sengaja." kata chaeyoung.

"makanya jangan nunduk terus. jalan yang tegak." chaeyoung mendongak, memperhatikan wajah laki-laki yang tadi ia tabrak.

"gue yunho, jeong yunho. lo?"

"son chaeyoung."

"nama yang bagus. kalo nanti kita ketemu lagi, gue minta nomor hp lo, ya?"

bagai deja vu. pertemuannya dengan yunho, kembali mengingatkannya pada sosok guanlin.

Symphony; [Son Chaeyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang