chaeyoung mendelik, menatap tajam pada eric yang kini tengah menunduk dalam. berutang pada komplotan mafia diumur yang baru memasuki dua puluh tahun hanya untuk menyenangkan pacarnya? yang benar saja!
okay, chaeyoung mungkin bisa sedikit mengerti kenapa eric bisa sampai senekat itu. demi untuk memberi hadiah ulang tahun pacarnya yang notabene salah satu primadona dikampus. tapi masalahnya kini eric dicampakan karena ternyata si primadona itu hanya main-main, ia tidak tulus.
lalu masalah utang itu bagaimana, hah?! tentu saja yang namanya utang harus dibayar. apalagi tidak tanggung-tanggung eric berhutang pada mafia. mafia! sebenarnya bagaimana bisa eric mengenal mereka? bagaimana jika mereka meminta nyawa sebagai bayarannya?
"kamu tuh bisa gak sehari aja jadi anak pinter? gak bego terus! capek tau gak, ric." eric masih menunduk, "dulu kamu berantem sama anaknya pak samsudin demi cewek itu, sekarang kamu ngutang ke mafia demi cewek itu lagi. kamu tau gak sih berapa biaya yang harus kakak tanggung buat pengobatan sunwoo? tau gak?!"
"maaf, kak…"
"maaf maaf. emangnya dengan minta maaf utang kamu bisa lunas, hah? gak sekalian kamu minta kakak buat jual ginjal demi nyenengin cewek yang sama sekali gak suka sama kamu?! bilang ayo! biar mati sekalian kakak, ric."
"maafin eric, kak. maaf." eric memeluk kaki chaeyoung dengan erat.
"kakak itu gak punya uang, ric. satu-satunya penghasilan kita ya toko bunga. kamu kok tega banget, sih?" lirih chaeyoung.
"andai papa sama mama masih ada, andai keluarga kita ngga bangkrut, mungkin kita ngga akan susah kayak gin— aw! kenapa eric ditendang, sih, kak?!"
"bukannya prihatin malah ngeluh. emangnya dengan ngeluh kita bakal kaya lagi apa? udah sana ke taman jual bunga, hari ini weekend, pasti banyak orang. besok kakak temuin orang yang ngutangin kamu, mau minta keringanan. semoga mereka mau ngerti." kata chaeyoung sambil meletakan sekeranjang bunga dihadapan eric.
"nanti aja boleh gak, kak? eric capek."
chaeyoung melotot, "eh bocah gemblung, pergi sekarang atau kamu gak dapet jatah makan?"
"ish, iya eric! pergi sekarang."
eric menatap punggung kakaknya yang kini semakin menjauh, eric tersenyum—ah bukan, lebih tepatnya ia menyeringai, "yes, berhasil."
🍓🍓
"ini beneran, kan?" chaeyoung bergantian menatap kertas alamat dan juga gedung besar didepannya beberapa kali.
jelas-jelas gedung didepannya ini milik salah satu pengusaha sukses di kotanya, lalu kenapa eric menyebutnya mafia? sial, apa eric membohonginya?
"maaf, mbak cari siapa?" satpam bernama kim dongjun itu berhasil menyadarkan chaeyoung dari lamunannya.
"anu... apa ini beneran disini?" chaeyoung menyerahkan kertas itu pada satpam.
"benar, mbak. memangnya mbak ada keperluan apa? nama mbak siapa?"
"saya chaeyoung, pak. mau ketemu sama cha eunwoo."
"mari silahkan ikut saya." pak dongjun tersenyum lalu mempersilahkan chaeyoung untuk masuk kedalam gedung.
"untuk urusan daerah timur saya serahin semuanya sama pak daniel. sedangkan daerah barat biar pak baekho yang urus. ada yang keberatan?"
tok! tok! tok!
"mohon maaf menganggu, ada yang ingin bertemu dengan tuan eunwoo."
"siapa?"
"son chaeyoung, tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony; [Son Chaeyoung]
Fanfictionjust a chaeyoung's random story. ©meyuuli, 2018