『lai guanlin; the tree, O1』

882 131 3
                                    

22:00 PM

chaeyoung semakin merapatkan jaketnya saat ia merasa udara semakin dingin. untuk pertama kalinya chaeyoung pulang diatas jam delapan malam. dan ia kembali menggerutu karena hal itu.

"kim donghan sialan! dikira sifatnya juga ganteng, taunya titisan setan. harusnya dulu gue milih kak donghyun aja buat aja ketua. ah, kesel! mana jalanan udah sepi banget gini. andai gue penyihir, udah gue kutuk dia dari dulu."

"woy!"

chaeyoung mengedarkan pandangannya, mencoba mencari sumber suara. tapi nihil, tidak ada seorangpun disana.

"jangan main-main sama gue!" tantang chaeyoung sok berani. padahal jauh didalam hatinya, ia merasa ketakutan.

"gue diatas pohon, nih."

chaeyoung mendongak pada satu-satunya pohon disana, pohon mangga.

"gak usah kaget gitu kali, gue tau gue ganteng."

"cih." chaeyoung mencibir, "lo ngapain, sih, jam segini masih ada diatas pohon? masih pake seragam lagi. gue kira setan."

"lai guanlin. lo?"

"son chaeyoung."

"nama yang bagus. besok kalo ketemu lagi, gue minta nomor lo, ya?"

dasar bibit kadal.

mengangkat bahu acuh, chaeyoung berbalik meninggalkan guanlin yang masih duduk diatas pohon.







🍓🍓






"donghan beneran mau mati, ya? masa terus-terusan gue yang disuruh lembur?!" chaeyoung lagi-lagi menggerutu. karena ulah kim donghan, ia jadi pulang malam lagi. membuat chaeyoung harus melewati jalanan menyeramkan ini lagi.

"marah mulu. ntar cepet tua lhoo."

"astaga!" chaeyoung kaget. ia mendongak keatas, dan benar saja—disana ada guanlin yang tengah tersenyum mengejek kearahnya.

"kenapa situ ngomel mulu tiap malem? nikmatin aja kali, ribet, deh."

"tau apa lo bocah." oke, level kekesalan chaeyoung bertambah sekarang.

"sesuai perjanjian kemaren, gue minta nomer lo, dong. eh, gue lupa kalo gak bawa hp, lain kali aja, deh."

dilihat dari bawah sini, kulit guanlin pucat sekali. dan juga, bukannya dia sedikit aneh? orang normal mana yang betah duduk diatas pohon tanpa buah sampai larut malam seperti ini?

"lo masih pake seragam?"

"tiap pulang sekolah gue langsung kesini, gue cape liat orang tua gue berantem."

"kenapa harus diatas pohon?"

"karena cuma diatas sini gue bisa liat pemandangan dimana banyak orang tua yang main bareng sama anaknya." lirih guanlin menunduk dalam. chaeyoung jadi merasa sedikit bersalah.

"maaf."

"yaudah sana pulang, udah malem ini. ntar digangguin setan baru nyaho."

"elo setannya." kata chaeyoung ketus, dibalas cengiran oleh guanlin.






🍓🍓




"chaeng, tolong anterin kue ke rumah tante sunmi, dong." kata mama chaeyoung menyerahkan bingkisan.

"ini 'kan udah jam sembilan lebih, ma. udah malem, gak baik kalo kak chaeyoung keluar sendirian." bela eric, adik chaeyoung.

tumben sekali bocah menyebalkan itu membelanya tanpa pamrih. biasanya eric selalu mengibarkan bendera perang tiap kali bersama.

"yaudah yang anterin eric aja."

"gak ah, ma. eric gak berani. kak chaeyoung aja yang anter, eric temenin." katanya lalu berlari menuju garasi, mengeluarkan sepeda kesayangannya.

"dasar lo. yaudah chaeyoung berangkat ya, ma."










"guanlin?" chaeyoung sedikit berteriak.

setelah mengantar kue tadi, chaeyoung memang berencana untuk mengampiri gualin, si bocah sma yang berhasil membuatnya merasa penasaran. entah kenapa, ia ingin mengobrol lebih banyak dengan bocah itu.

"guanlin?" panggil chaeyoung lagi. namun hening, tak ada jawaban. ingat jika sekarang malam minggu, chaeyoung menepuk dahinya pelan. guanlin pasti punya kesibukan sendiri.

"berisik lo. gue lagi tidur." suara ini...

chaeyoung segera mendongak, berniat meledek sebelum kembali dibuat bingung. kenapa guanlin masih memakai seragam dihari sabtu? semua sekolah libur, atau jangan-jangan, bocah itu tidak pulang dari kemarin?

"lin, ini hari sabtu. semua sekolah libur tapi kenapa lo masih pake seragam?"

"gue—"

"kak chaeyoung!" teriak eric dari kejauhan. eric terlihat berusaha melajukan sepedanya secepat mungkin untuk menghampiri chaeyoung. "kakak kenapa ngomong sama pohon? eric 'kan udah bilang tungguin bentar, eric pengen es teh."

"ngomong sama guanlin, kok, tuh." tunjuk chaeyoung keatas pohon. "loh, guanlin mana?" gumamnya heran saat tidak melihat sosok guanlin disana. apa bocah itu jatuh? tapi tidak mungkin, jika iya, sudah pasti ada bunyi keras, kan?

"guanlin? lai guanlin?" eric mencoba memastikan. chaeyoung menganggukan kepalanya sebagai respon. "ayo pulang!"

"ha?"

"buruan pulang!"

"kenapa, sih?"

"pulang son chaeyoung!" eric sedikit membentak. chaeyoung pasrah dan memilih untuk pulang bersama eric.






🍓🍓






s

esampainya dirumah, eric segera menarik chaeyoung menuju kamarnya setelah memberi salam pada sang ibu. bungsu son itu tidak membiarkan chaeyoung untuk bertanya sedikitpun.

"sejak kapan kakak kenal sama guanlin?" eric membuka suara setelah cukup tenang.

"malam jum'at."

"dimana?"

"diatas pohon mangga itu."

menghela nafas kasar, eric lalu menatap chaeyoung serius, "kak, guanlin itu udah gak ada. hari kamis kemarin, dia meninggal karena kecelakaan. badannya keseret-seret sampe akhirnya mental kepohon mangga itu."

"kamu bohong, kan?"

eric memeluk chaeyoung erat, mencoba menenangkan kakak perempuan kesayangan yang kini terlihat syok berat.

jadi yang selama ini ngobrol sama gue itu...

Symphony; [Son Chaeyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang