Bagian Satu : Awal Mula

12.6K 493 5
                                    

Dua jam yang sangat menyulitkan bagi siswa yang memiliki standar kepintaran di bawah rata-rata. Saat dipaksa untuk memecahkan soal logaritma, tempurung kanannya langsung mengepulkan asap, bak cerobong kapal pembuang limbah.

Tanpa diberi kesempatan untuk mempersiapkan contekan sebelumnya, satu guru pembimbing dan dua bayangan hitam dibelakangnya sudah terlebih dulu membuat nyali Prilly menciut. Kiranya, tengok ke kanan telinga habis, tengok ke belakang nyawa melayang.

Disaat-saat sulitnya, Prilly semakin jengkel melihat Nichol yang notabenenya sahabat karib Prilly sejak duduk di bangku sekolah menengah, sudah bisa ongkang-ongkang kaki di bangkunya. Sedikitpun tak ada rasa empati dalam raut wajah cowok itu. Padahal kalau di jabarkan lebih detail, Prilly lebih banyak tekor hari ini dibanding dengan sepuluh soal yang seharusnya dibagi Nichol secara percuma. Tapi sayangnya, sahabat yang justru banyak merepotkan ini tak punya banyak rasa empati untuk dibagi dengan teman sekelasnya.

Matahari semakin naik ke atas, siluet wajah Nichol yang terpapar langsung oleh sinar matahari dari bias jendela kelas, membuat kerupawanannya bertambah satu derajat. Sinar ultraviolet itu pula yang membuat bayangan hidung Nichol terlihat lebih mancung dari aslinya.

Semua akan meneriaki Nichol dengan teriakan memuja, tatapan terlena, dan ucapan meminta, ketika Nichol sengaja memamerkan kerupawanannya dalam hal menjaga penampilan. Membuat stilye kekinian yang digandrungi tiap siswi, bukan hanya di kelas ini, tapi juga di seluruh sekolah.

Karena tahu apa yang akan dia lakukan, Nichol membiarkan helaian anak rambutnya jatuh secara reflek hingga sebatas alis mata. Menyadari mode ketampanannya telah on, Nichol mengedipkan satu mata yang dilontarkan kearah Prilly sebagai targetnya.

Saat bell berbunyi sebanyak tiga kali, Prilly baru sadar lama dia memperhatikan sahabat karibnya itu sampai dia melupakan tugasnya datang ke sekolah. Belajar, walaupun Prilly sudah menempatkan posisi itu sebagai prioritasnya, tapi tetap saja posisi itu akan mundur dengan sendirinya.

"Mampus gue!" setelah menepak dahinya alih-alih mengumpulkan, karena baru kali ini Prilly meratapi kebodohannya.

Mendapat nilai merah, sudah pernah dia alami. Tapi untuk matematika ini, entah mengapa Prilly sangat malu saat mengetahui hanya lima soal yang berhasil dia jawab. Itupun tergantung keberuntungan dan kebaikan hati gurunya yang mau memberi dia nilai di atas KKM. Kalau tidak, habislah uang jajannya terpotong pajak lagi.

Prilly membenamkan wajahnya dalam lipatan tangan. Kertas ulangannya masih rapih dalam genggaman, tanpa mau dia lihat ataupun beritahu pada orang lain, termasuk... Nichol.

"Nichol!" Prilly menjerit ketika kertas ulangannya di tarik paksa oleh Nichol, yang menimbulkan ketegangan di raut wajah Tantri sebagai siswi yang di tunjuk untuk mengumpulkan seluruh lembar jawaban. Dan juga raut wajah ingin membunuh yang Bu Agnes espresikan.

Prilly pasrah ketika tubuhnya merasa tenggelam dalam lautan orang-orang serius, juga Nichol yang menarik paksa lembar jawabannya, Prilly pasrah.

"Gokil ini gokil!" Prilly masih hanyut menatap kepala Nichol yang menggeleng-geleng, tanpa sadar lembar jawabannya sudah di alih nama menjadi nama Nichol, dan milik cowok itu menjadi namanya. "Beruntung kan punya teman cerdas kayak gue."

Masih dalam mode bingung, Prilly menatap lembar jawabannya yang sudah tertulis jelas nama Nicholas, lengkap dengan Pratama Jaya yang termasuk dalam nama kebanggannya.
"Kok? Kertas gue? Kenapa?" Prilly tergagap-gagap menanggapi sikap Nichol yang meanstream. Entahlah, Nichol sudah sering melakukan hal yang beresiko tinggi dalam hidupnya, tapi untuk nilai pelajaran, Prilly tidak yakin Nichol melakukannya dengan ikhlas.

Someone In The World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang