Extra chapter part 1
Happy Reading!!***
"Prill, Prilly!!"
Prilly menoleh ketika namanya terpanggil dan mendapati Nichol tengah tertatih mengejarnya.
Napas cowok itu masih sisa setengah saat dia berhasil mengejar Prilly di ujung koridor, tapi Nichol tetap berusaha bicara, "Lo udah tahu belum?"
Untuk jam istirahat kedua Prilly memilih untuk tidur di perpustakaan sekolah, "Apaan?"
Nichol berdiri sejajar dengan Prilly yang hendak melepas alas kakinya, hal itu untuk mematuhi peraturan yang di buat oleh bu Fani. Di atas rak penyimpanan sepatu tertulis jelas, bahwa semua siswa harus melepas alas kaki untuk bisa mendapat izin masuk kedalam perpustakaan.
"Nih, lo baca!" Prilly menunjuk papan pengumuman yang bahkan sudah terlampau lusuh, "Nenek sihir itu buat peraturan kayak gini!" lalu berdecih, "Kekanak-kanakan, kayak keponakan gue!" setelah selesai melepas sepatu diapun masuk ke ruangan tanpa kehidupan, yang banyak di isi oleh manusia-manusia serius tanpa ada suara. Kalau saja Prilly tidak ingin tidur, mungkin dia tidak akan masuk kedalam sana dan lebih memilih menghabiskan berjam-jam waktunya untuk duduk di kantin.
"Yang lo maksud nenek sihir itu, bu Fani?" Nichol ragu untuk menebak, namun ternyata tebakannya tepat sasaran.
Prilly mengangguk, "Siapa lagi yang bikin peraturan kayak gitu," Prilly mengambil sebuah buku kemudian mengambil posisi di bangku pojok.
"Selama ini lo gak pernah protes sama peraturan bu Fani, kenapa sekarang lo gesit banget cari-cari peraturan bu Fani yang menurut lo gak masuk akal?" Nichol mengikuti duduk berhadapan dengan jendela seperti Prilly.
"Semua peraturan bu Fani gak masuk akal bagi gue."
Nichol nyengir sambil menepuk pelan keningnya, sama seperti ketika dia melupakan sesuatu. "Oiya, gue lupa kalau lo harus bawa make up ke sekolah sedangkan di hari pertama lo masuk sekolah bu Fani ngadain rajia," Nichol membenarkan posisinya sampai menatap Prilly dengan jelas, "Gue juga lupa kalau lo butuh nilai KKM empat supaya bisa naik kelas, bukan tujuh."
Prilly tersenyum hambar, apa yang di katakan Nichol memang benar. Dia lebih mengerti Prilly dibanding dirinya sendiri. "Jadi, apa alasan lo marah sama peraturan bu Fani?"
Prilly memutar bola matanya sampai menatap Nichol, "Mang Hamid," cicitnya.
"Mang Hamid?" Nichol membeo dan teringat gosip yang sedang hangat siang ini, "Gue dengar mang Hamid di keluarin dari kantin sekolah? Emang bener ya?"
Prilly mengangguk lemas.
"Karena?" Nichol mengangkat alisnya tinggi-tinggi.
"Ali," lagi-lagi Prilly hanya bisa bercicit.
"Ali?" lagi-lagi pula Nichol membeo-kan kalimat Prilly.
"Ya, tadi itu dia ada di kedai mang Hamid bukan di UKS ataupun toilet." balas Prilly, kesal.
"Jangan bilang lo juga disana?" alih-alih prihatin, Nichol justru memandang Prilly menyelidik membuat cewek itu memukul bahunya sampai dia berkedip. "Sakit, ogeb!" umpat Nichol.
"Lo pikir gue tahu Ali ada disana dari siapa?!" balas Prilly, sewot.
"Santai aja kali, gue udah tahu dan gue juga tahu mang Hamid ngasih lo batagor gratis." katanya sambil mengusap lengan atas yang di pukul Prilly tadi.
"Orang cantik banyak yang stalker-in," Prilly menjawab percaya diri kemudian mengambil tempat untuk meletakan kepalanya, lalu menutup kepalanya menggunakan buku.
"Ajaib gak? Gue tadi izin ke kamar mandi buat nyusul lo,"
"Ajaib buat siswa sok serius kayak lo." dibalik bukunya Prilly menjawab sambil mengacungkan jempol.
"Ya sih, gue kan gak mau banget ya ketinggalan pelajaran."
"Ya hidup lo kelewat lurus aja."
"Mungkin," Nichol mengangguk-angguk, "Eh, tapi serius mang Hamid di keluarin dari kantin sekolah?" karena masih penasaran Nichol kembali pada topik pertama.
Hening, Prilly tak menjawab.
"Dari awal, sih gue udah yakin kalau Ali itu emang bukan siswa baik-baik," sambil menerawang Nichol bicara seakan menyudutkan Ali lagi, "Kalau dia siswa baik, mana mungkin pindah ke sekolah kita, iya kan?"
Saat meminta persetujuan pun, Nichol tak mendengar suara Prilly untuk menjawab. Karena penasaran Nichol menyingkapkan buku yang sejak dua menit lalu menghalangi wajah Prilly.
Dan apa yang dia dapat? Wajah Prilly yang damai tengah terpejam. Kulitnya yang pucat pasi, menarik perhatian Nichol untuk membenarkan anak rambut yang menghalangi bulu matanya yang lumayan lebat.
Nichol tersenyum simpul sebelum mencibir, "Troublemaker kayak lo emang pantes tidur di perpus."
***
Prilly baru saja sampai di rumah setelah di antar pulang oleh Nichol, Prilly memberi kesempatan pada sahabatnya itu masuk untuk sekedar membasahi tenggorokan.
Hari ini matahari sedang berbahagia, lihat saja Prilly sampai harus menyipitkan mata saat menawari Nichol untuk mampir kerumahnya sebelum pergi pulang. "Masuk dulu yuk, ada Mamah di dalam," ajak Prilly. Pukul tiga sore sama seperti pukul dua belas siang, saking sedang bahagianya matahari.
"Boleh," Nichol mengiyakan lalu beranjak dari motor besarnya.
Perhatian Nichol tertarik pada mobil yang terparkir di depan garasi rumah Prilly. Garasi yang megah itu di isi oleh dua mobil yang berbeda, walaupun mobil mewah tapi Nichol yakin ayah Prilly tidak mengoleksi mobil lambourjini merah seperti ini.
Apa ada tamu?
Nampaknya begitu.
Tapi di penglihatan Nichol, mobil itu terasa tidak asing dalam ingatannya. Entah milik siapa, Nichol tak bisa mengingatnya.
"Mobil baru bokap lo keren juga," ujar Nichol, kagum.
"Mobil baru? Perasaan bokap gue belum punya stok incaran mobil baru sampai tadi pagi kita sarapan." balas Prilly mengingat ayahnya sangat menyukai koleksi mobil-mobil terbaru. "Ada tamu kali."
"Tapi gue ngerasa gak asing sama mobil ini," Nichol yang masih penasaran harus memendamnya seorang diri ketika Prilly sama sekali tidak tertarik membahas dan terkesan ingin cepat-cepat masuk kedalam karena udara luar yang semakin panas. Nichol mengikuti.
"Aku pulang!" Prilly berseru dan tertahan di ambang pintu bersama Nichol yang juga membeku.
***
Extra chapter untuk nemenin malam minggu kaliannnn!!! Semoga suka dan jangan lupa kasih komentar untuk chapter ini yaaa;))
Terakhir, yang tertarik sama cerita ini masukin ke reading list kalian dong ceritanya^^
22, Sep 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone In The World
Fanfiction[Complited] #183 in fanfaction (1-11-2018) #171 in fanfaction (2-11-2018) #79 in fanfaction (3-11-2018) Sebuah perjalanan tentang kisah klasik, tentang mereka yang terluka. Namun, memiliki tujuan untuk bahagia.