Tempat itu terasa begitu menyakitkan. Dinding bercat putih dengan bau antiseptik membuat penciuman Prilly sakit, berharap dia bisa cepat keluar dari dalam sana.
Prilly memutar balikkan tubuhnya, mendapati seseorang sudah berbujur kaku diatas ranjang dengan seutas kain menutupi wajahnya sempurna.
Apa ini yang mereka rasakan? Rasa perih yang mendalam saat melihat orang yang kita sayangi sudah tidak dapat kita gapai lagi. Mereka pergi meninggalkan luka yang mendalam, padahal mereka datang membawa alasan yang cukup indah untuk di wujudkan.
Seorang dokter mengangguk seolah memberi isyarat pada anak buahnya yang berpakaian serba putih lengkap dengan masker steril menempel di wajahnya. Anggukan itupun di balas anggukan lagi oleh seorang suster tersebut. Dengan telaten jarinya menyentuh kain yang mebutulu wajah seseorang di bakik sana.
Awalnya Prilly tak bereasksi apa-apa. Namun tatapan penuh luka serta sirat kesedihan telah berhasil nyita perhatian semua orang yang sedang berada disana. Sampai akhirnya seorang suster itu berhasil menunjukan siapa seseorang yang terbujur kaku di atas ranjang sana sesegera mungkin air matanya mendesak ingin keluar.
Dalam tiga detik terakhir Prilly masih mengatur air matanya agar tidak memberontak keluar, mulutnya terbuka lebar seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Rahang tegas dan kokoh yang selama ini selalu menemaninya kini telah menemui penciptanya.
Dalam detik keempat barulah suara tangis terdengar nyaring memenuhi tiap sudut ruangan. Prilly menjerit seperti orang kesetanan melihat siapa yang sudah meregang nyawa karenanya. Akibat kecerobohannya. Akibat keegoisannya ingin mengendarai sepeda motor yang bahkan sama sekali tak membuatnya bisa terlepas dari mereka, sampai niat mandiri itu ada pun ternyata Prilly masih saja menyusahkan orang lain.
"Nggak! Nggak! Nggak mungkin! Nggakk!!!" teriakan pilu membuat semua orang yang berada di sana tertunduk ikut merasakan duka tersebut.
Seolah sudah tak ada lagi kekuatan yang tersisa, kakinya melemas seperti jeli menemui lantai dingin dan bersimpuh diatas sana.
Sebuah tangan meraihnya, membantu Prilly untuk menghadapi apa yang baru saja terjadi. Mengingatkan padanya bahwa semua ini bukan salahnya, melainkan takdir yang tidak dapat di hindari oleh semua orang. Semua orang yang memiliki nyawa didunia ini.
"Biarin Nichol tenang Prill,"
"Nggak! Nggak mungkin! Nggak mungkin Nichol ninggalin gue, Li. Gak mungkin."
Berat hati, Prilly harus mengakui kepergian Nichol memang sangat membuatnya terpukul. Bukan hanya kecelakaan itu, hubungan mereka yang akhir-akhir ini memburukpun membuatnya berpikir bahwa memang dialah akar dari semua masalah ini.
"Jadi gini, Li. Jadi gini rasanya ditinggalin sama orang yang berarti dalam hidup kita?"
***
Beberapa saat sebelumnya..
Seorang dokter dan beberapa tim medis di belakangnya membuka pintu kemudian menampakkan wajah murung sambil melepaskan kain biru yang sejak tadi menempel diatas kepalanya.
Semua yang menunggu di luar lantas berdiri ingin mendengarkan hasil dari operasi yang baru saja di jalani oleh Nichol. Berhasilkah? Atau tidak. Mereka tidak akan mengetahuinya selama para tim medis itu tak membuka mulut untuk berbicara.
"Bagaimana, dok?" tanya Dimas penuh harap.
"Kami sudah berusaha sebisa kami. Tapi kembali lagi, Tuhanlah yang berkehendak atas hidup dan matinya seseorang. Operasi hanya memperlambat kematiannya, tapi kondisi Nichol paska operasi malah semakin memburuk."
Kalimat itu, kalimat biasa yang begitu menyakiti hati sebagian orang yang menyayangi Nichol termasuk Amanda.
Sama seperti Lydia yang sudah histeris. Kesadaran cewek itupun seketika goyah setelah mendengar pernyataan dari dokter yang gagal dalam melakukan operasinya. Tubuh Amanda yang hampir terjengkang kebelakang langsung di topang kuat oleh Nando yang berdiri di sampingnya. Amanda lantas berbalik menemui dada bidang Nando menempatkan kepalanya diatas saja dan menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone In The World
Fanfiction[Complited] #183 in fanfaction (1-11-2018) #171 in fanfaction (2-11-2018) #79 in fanfaction (3-11-2018) Sebuah perjalanan tentang kisah klasik, tentang mereka yang terluka. Namun, memiliki tujuan untuk bahagia.