Bagian Dua : Antara Most Wanted lama dan baru!

6.2K 397 3
                                    

"Oh jadi dia anak orang kaya? Pantesan aja kesekolah pakai lambourjini," kata cewek berambut ikal yang setelah bicara dia kembali menyerput es kelapa didepannya.

"Iya, dengar-dengar sih dia pindahan dari Yogya," kali ini cewek berambut lurus sebahu yang berucap.

"Lah, dia itu lebih pantas pindahan dari Arab. Mukanya Arab banget,"

Dalam hitungan menit kedatangan cowok tajir itu langsung menjadi gisip terhangat di SMA Clever.

Nichol yang tak mengerti mengapa semua cewek tidak menaruh perhatian lagi padanya, hanya bisa duduk sambil diam-diam mengamati apa yang sedang mereka bicarakan.

Murid baru?

Tajir?

Cowok?

Sudah pasti itu alasan Prilly ngibrit dari tempatnya tanpa sepengawasan Nichol.

Bukannya mendapat tlaktiran, Nichol justru merasa di peras ketika Prilly menghubunginya melalui chat pribadi.

Batagor mang Hamid, air mineral satu

Bahkan Nichol hanya bisa mendengus kesal saat menunggu antrian panjang di kedai batagor Mang Hamid yang faktanya sangat digandrungi oleh Prilly selama dua tahun belakangan.

Walau tersungkur-sungkur Nichol akhirnya berhasil menenteng satu plastik bening berisi satu kap sedang batagor Mang Hamid dan satu botol air mineral. Awalnya Nichol hendak membelikan porsi yang lebih kecil, berhubung wajah Prilly yang memelas kelaparan terus mengganggu pikirannya, Nichol pikir yang lebih besar sedikit bisa mengganjal perut prajurit para cacing yang bersayam dalam perut Prilly.

Beberapa langkah yang menyusahkan, Nichol harus menyadarkan dirinya bahwa ada seorang anak baru yang datang tiba-tiba ke sekolah nya dan berstatus sebagai saingannya. Tiap sudut jalan dipenuhi hawa panas, membuat Nichol enggan melanjutkan langkahnya. Beberapa di antara mereka adalah seseorang yang pernah memberinya hadiah semasa MOS dua tahun lalu, dan sekarang dengan entengnya mereka menggosipkan siswa baru yang bahkan belum sempat Nichol nilai apakah dia pantas menjadi saingan atau malah lebih pantas menjadi bawahan.

Namun tak pelak, anak baru tajir itu tak merebut semua fans dari pesonanya. Buktinya beberapa diantara mereka masih ada yang menatap Nichol dengan tatapan memuja, memberinya senyuman walau tidak di hadiahi dengan gumaman kagum seperti biasa. Sebab, pengagumnya kini hanya tersisa silent lovers tak ada lagi yang frontal seperti dulu.

Nichol bisa melihat Prilly sedang berdiri bersandar di balik pilar. Matanya lurus memandang lapangan utama yang sejak tadi mengundang rasa penasaran. Memaksa Nichol untuk menoleh dan mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Mulutnya membulat, bergumam kata oh setelah mengetahui, area lapangan berubah menjadi tempat pementasan cowok blasteran Arab-Indonesia. Bukan lagi hal baru bagi Nichol, dulu saat dirinya baru menapaki gerbang utama SMA Clever pun dia mendapat perlakuan sama persis dengan apa yang di dapat anak baru itu. Namun ada yang memanas dalam hatinya, harus dia akui, fans anak baru itu sedikit lebih banyak dari fans nya dulu.

Dan Nichol tersadar setelah menubruk seseorang di hadapannya. "Sorry-sorry, gak keliatan,"

"Untung ganteng, kalau enggak udah gue lempar ke langit ke tujuh," sahut Sella yang dua tahun lalu pernah menyatakan perasaannya setelah masa MOS selesai, dan di hari berikutnya mendapat penolakan halus dari Nichol.

"Sama bidadari dong," Nichol mencoba mencairkan suasana, namun nampaknya aura siswa baru itu lebih pekat di banding siswa lama yang sudah lapuk seperti dirinya.

"Sorry ya, gue udah gak tertarik tuh sama lo," Sella mengibaskan rambutnya yang hampir mengenai mata Nichol sampai-sampai cowok itu terpejam kuat. Lantas berlalu dengan cara jalannya yang berlenggok, membuat Nichol menggidig.

Setelah menggeleng atas kepergian Sella, Nichol menghampiri Prilly yang tinggal beberapa langkah lagi mampu dia gapai.

"Permisi mba," bisiknya tepat di telinga kanan Prilly.

Cewek itu berkesiap lantas berdiri tegak, "Iya?" wajah bertanya Prilly langsung terganti dengan wajah horor setelah mengetahui Nichol dalang dari ketersiapannya tadi. "Berak!" umpatnya.

"Pesanan lo," Nichol menyodorkan kantung plastik bening yang sejak tadi ditentengnya dari kantin.

Dan Prilly pun menerima kemudian memeriksa apakah pesanannya benar atau salah.

"Semuanya jadi lima puluh ribu,"

Petir menggelegar, sesegera mungkin Nichol mengalihkan pandangannya saat Prilly sudah memberi ancang-ancang untuk melawan dengan menatapnya tajam. "Lo korupsi?"

"Sama makanan gue," hampir tidak terdengar Nichol berucap hampir seperti bergumam.

"Uang BLSM lo gak turun bulan ini?" pertanyaan Prilly langsung mendapat respon tatapan bingung dari Nichol, "Sempat-sempatnya peras teman sendiri buat perut karet lo." kemudian Prilly menyampirkan kantung plastiknya di tangan kanan.

Melihat Prilly yang sudah berkecak pinggang, Nichol jadi ragu untuk menagih janji traktirannya. "Kalau semua orang seusia lo udah kena penyakit pikun, mau jadi apa dunia ini? Generasi pikun?"

Nampaknya Prilly sadar arah pembicaraan Nichol sekarang, "Sama teman aja hitungan, apa lagi sama pacar?"

Prilly tahu Nichol tidak memiliki pacar, sebab itu lah Nichol merasa terjolimi saat mendengar pertanyaan Prilly yang lebih memberatkan pada sebuah ledekan dibanding pertanyaan.

"Soal pacar sama teman itu beda, lo udah terlalu banyak nyusahin gue, dan kalaupun nanti gue punya pacar, gue mau pacar gue gak trouble maker kayak lo," sungut Nichol membuat Prilly kebakaran jenggot. Pasalnya, Prilly pun sama menempati posisi jomblo akut ke dua setelah Nichol yang masih menaungi posisi pertama.

"Masuk kelas yuk," Nichol yang sudah siap menyeret Prilly pergi langsung berhenti setelah mendengar penolakan cewek itu.

"Ogah!"

"Emang lo mau makan berdiri disini kayak vampir?"

"Kalau perlu gue makan sambil jongkok di jamban, biar lo gak bisa nyomot makanan gue!" Prilly membalas tak mau kalah.

Ternyata niatnya meminta jatah makanan lebih sudah bisa terditeksi oleh Prilly, benar-benar canggih untuk usia persahabatan lima tahun.

"Takut makanannya gue comot atau emang lo demen ngeliatin anak baru sengak itu?"

Prilly mendengar nada tidak suka di kalimat Nichol barusan, "Lo gak lagi ngerasa tersaingi kan?" selidik Prilly.

Yang terlihat saat ini adalah Nichol sedang gelagapan untuk menjawab, "Fans gue lebih banyak dari pada dia, jadi gue sih santai aja kayak dipantai,"

"Percaya deh, lo kan teman gue,"

Mendengar ucapan Prilly Nichol justru meneguk saliva untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

Bagaimanapun juga, Nichol benar-benar merasa tersaingi. Bukan tentang para fansnya, tapi tentang Prilly yang lebih tertarik memandangi anak baru itu di bandingkan makan batagor Mang Hamid di kelas.

***

Tegur aku kalau banyak diksi yang gak tepat dan penggunaan kata yang salah, atau typo yang bertebaran dimana-mana.

Masukan kalian sangat bermanfaat buat aku, jadi komen yang banyak yaa!!!

20, Sep 2018

Someone In The World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang