Bagian Tujuh : He Is My Uncle? That's Impossible!

4K 348 13
                                    

Extra Update, Part 2
Happy Reading

***

"Aku pulang!" Prilly berseru dan tertahan di ambang pintu bersama Nichol yang juga ikut membeku.

Ali duduk di antara kedua orang tua Prilly, itu yang membuatnya termangu. Ternyata kecurigaan Nichol pada pemilik mobil lambourjini merah itu benar. Benar-benar tidak asing karena ternyata mobil itu milik Ali.

Sedangkan yang membuat Prilly ternga-nga adalah Ali yang tiba-tjba saja ada di dalam rumahnya dan duduk bersama kedua orang tuanya.

"Nichol juga datang ya?" sambut Talita, ramah. "Duduk sini, pasti capek habis mikir di sekolah." sambungnya.

"Prilly mana bisa mikir," Danu meledek, membuat Talita menepuk pundaknya memberi peringatan. Dan bahkan ledekan itu tidak di sambut hangat oleh anaknya seperti biasa.

"Kok masih berdiri di situ? Sini masuk, duduk ," Talita menepuk bangku kosong di sampingnya, "Mamah mau kenalin kamu sama, Ali." lalu melirik Ali yang masih berekspresi dingin.

Walau bersamaan, Prilly dan Nichol berjalan menggunakan kakinya masing-masing. Pelan-pelan sampai stuck di bangku dekat Talita. Prilly duduk disamping ibunya dan Nichol duduk di samping Prilly. Mereka berdua lebih nampak seperti anak kecil yang ketahuan memakan permen tanpa izin orang tuanya dibandingkan seperti anak ramaja umur 16 tahun.

"Kamu kenapa, sih?" Talita bertanya setelah melihat keanehan terjadi pada puterinya juga sahabat karib puterinya.

"Telat makan batagor kali, mah," Danu menimpali seraya membalikan koran tempo yang tadi pagi belum sempat dia baca.

"Papah ini suka banget bikin Prilly melotot,"

Benar saja Prilly melotot ketika Danu setelah ria itu selesai meledeknya, sedangkan Nichol sudah menunduk siap untuk menyemburkan tawa.

"Kenalin, Prill, ini sepupu Mamah,"

Mendengar ucapan Talita tak hanya mata Prilly, mata Nichol pun ikut membulat dibuatnya. Keduanya saling pandang tak percaya, Ali yang baru saja menduduki posisi satu tingkat di atas Nichol dalam trading topik di sekolah, kini divonis bahwa dia keponakan Talita, ibunda Prilly. Itu artinya secara tidak langsung Ali adalah saudara Prilly, lebih tepatnya seorang paman.

"Keponakan?" Prilly membeo tak percaya.

"Kenapa? Kaget ya punya paman ganteng, tajir, kayak Ali?" lagi-lagi Danu melontarkan ledekan pada anaknya sendiri. "Sama papah juga kaget waktu mamah kamu bilang Ali itu anak yang dulu sering papah panggil, hideung"

(Hideung=Hitam)

"Papah, suka gak bisa jaga mulutnya, deh." untuk kesekian kalinya Talita memprotes ucapan suaminya, untuk kesekian kalinya pula Danu tak menghiraukan protesan isterinya itu. "Kenalan dulu sama paman kamu, katanya Ali mau masuk sekolah yang sama kayak kamu."

"Paman satu sekolah sama keponakan? Fenomena alam itu."

"Danu!" kini Talita sudah siap membekap mulut suaminya menggunakan tangan kosong.

Yang lebih pintar akan mudah lolos, Talita bahkan belum sempat menempelkan seujung jaripun di wajah Danu, tapi pria yang sudah menikahinya selama dua puluh tahun itu lebih gesit dari pada tupai. Danu bahkan sudah menyiapkan jebakan untuk isterinya. Mau tidak mau, Talita mengejar Danu yang melesat ke lantai atas seperti anak kecil.

"Lucu ya bokap nyokap lo," tanpa sadar sudah sejak tadi Nichol tertawa melihat keharmonisan yang tidak lumrah dari keluarga Prilly.

Prilly mendekat lalu berdesis, "Tingkah bokap sama nyokap gue cuma lo aja yang tau,"

Someone In The World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang