Bagian Sembilan Belas : Datang Untuk Menjemput

3K 251 0
                                    

Happy New Month!
Enjoy for this Chapter!

Dihari berikutnya, tepat pulang sekolah. Prilly menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumah megah Ali bersama Danu. Niatnya untuk membujuk Ali segera pindah dan tinggal bersama keluarganya. Berhubung Sesil dan Dimas telah lebih dulu meninggalkan kehidupan Ali, Danu sekaligus Prilly merasa bahwa mereka harus mengajak Ali cepat tinggal di rumahnya.

Prilly keluar dari dalam mobil setelah Danu berhasil mematikan mesin mobilnya. Tepat di pekarangan rumah Ali, Prilly melihat bunga lebih lily tumbuh dalam pot hitam. Daunnya masih terlihat basah, padahal disini tidak sedang hujan. Langit juga sudah mengumumkan jam tiga sore, karena matahari sebentar lagi akan kembali keperaduannya. Mungkin saja mang Hamid baru menyiram bunga itu, pikir Prilly.

Danu sudah berdiri di depan pintu siap untuk mengetuk pintu setinggi dua meter itu dengan tangannya. Prilly lantas melegang mendekat kearah Danu dan lebih dulu mengepalkan tangannya untuk mengetuk pintu rumah Prilly.

"Biar aku aja," kata Prilly, cengengesan.

"Kamu ini, kenapa seneng banget mau ketemu paman," ledek Danu seraya mengacak rambut panjang putrinya.

"Enggak begitu seneng, tapi nggak begitu sedih juga. Semuanya fifty-fifty." Prilly mengangkat lima jari kanannya, kemudian disusul oleh lima jari kirinya, menghadap Danu cewek itu kembali tersenyum selebar mentari pagi.

"Seneng ya kalau Papahnya punya saingan dirumah," Danu memberikan tampang merajuk yang membuat Prilly memukul lengan atasnya.

Awalnya Prilly hanya ingin memukul pelan, tapi ternyata wajah Danu yang terlihat kesakitan membuat Prilly sadar kalau dia memukul terlalu keras.

"Sakit ya, Pah, maaf Prilly gak sengaja." Prilly menampakkan ekspresi wajah panik yang dibuat-buat, begitupun Danu yang membuat Prilly semakin mencengkeram lengannya kuat-kuat.

Bukannya mengelus lembut, Prilly justru membuat Danu benar-benar meringis, "Aww... Gak usah di pegang Papah bukan muhrim kamu," Danu menepis tangan nakal Prilly dari lengannya.

Bersamaan dengan itu pintu terbuka saat Prilly hendak berdecih sambil membalas perlakukan Danu barusan.

"Eh ada tamu," kata wanita berusia tiga puluhan itu, Prilly mengenalnya lantas mengurungkan niat untuk membalas perbuatan Danu di gantikan dengan menyahuti sapaan isteri mang Hamid.

"Iya, bi Minah," Prilly menyalami bi Minah, sedangkan Danu hanya menunduk sesaat untuk menunjukkan rasa sopannya pada wanita itu.

Bi Minah mempersilahkan Prilly dan Danu masuk kedalam rumah yang nampak bersih terawat. Sepertinya bi Minah sangat pandai menata rumah sebesar rumah peninggalan orang tua Ali. Lihat saja, beberapa hiasan yang tadinya berada di lemari pajangan, yang Prilly lihat saat itu sudah mulai berdebu, kini sedikit demi sedikit sudah mulai tertata rapi di meja hiasan.

Di atas meja ruang tamu juga, bi Minah berika bunga segar di dalam pas berwarna kecoklatan.

"Duduk dulu, neng, bibi panggil den Ali dulu," perintah bi Minah yang langsung di turuti oleh Prilly dan Danu, sebagai jawabannya mereka mengangguk membiarkan bi Minah berjalan sedikit berlari menaiki anak tangga untuk menemui Ali yang mungkin masih berada dalam kamarnya.

Danu sudah duduk di samping puterinya, dengan wajah condong kesamping, Prilly melihat gelagat Danu hendak berbisik, "Pacarnya Ali? Panggilan sayangnya den, bukan hubby."

Prilly mendengus sambil memutar bola matanya, jengah melihat tingkah Papahnya yang kelewat humor dalam menjalani kehidupan. Prilly heran mengapa dulu Mamahnya mau menikah dengan Danu, memiliki pacar seperti Danu dan menjadikan pria itu sebagai suaminya, sampai menghasilkan anak yang sama sekali tidak sedikitpun mirip dengan Papahnya.

Someone In The World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang