Happy Reading!
Setelah berhasil mendapat nilai lebih tinggi dari pada Ali, Prilly bukan hanya di hadiahi sepatu yang sejak minggu lalu dia idam-idamkan. Tapi juga tawaran makan malam dan camilan kecil, Prilly pun tak bisa menolaknya.
Perjalanan menuju rumah Ali menghabiskan waktu lima belas menit, itupun Prilly sudah meronta minta Ali mengurangi kecepatan mobilnya yang di atas rata-rata. Sebab Nichol akhir-akhir ini sibuk dengan urusan keluarganya, al-hasil Prilly dengan senang hati menyiapkan perut untuk menghabiskan stok camilan yang sudah Ali tawarkan.
Sore itu tepat pukul lima, Ali duduk bersila di atas sofa panjang sambil menunggu makan malam di hidangkan, berdampingan dengan Prilly yang duduk disamping bawahnya seraya memeluk toples kripik kentang yang baru di isi ulang oleh asisten rumah tangga Ali.
Sesekali Prilly tertawa, sesekali juga wajahnya berubah serius. Menikmati film drama Korea seperti ini memang menguras hati nurani Prilly, terlebih lagi dia sedang berada di episode-episode terakhir yang adegannya sering kali menguras emosi.
Lagi, Prilly memasukan keripik kentangnya kedalam mulut. Ali bisa mendengar suara gigi geraham Prilly yang menyatu untuk mengunyah keripik itu sampai lumat.
Kalau di tanya, sejak kapan Ali suka memandangi wajah Prilly, cowok itu akan menjawab, saat ini. Ketika dia tak perlu melakukan apapun untuk membuat Prilly datang kerumahnya. Detik ini, saat Prilly terlihat nyaman berada di dalam lingkungannya walau hanya beralaskan karpet lusuh yang sudah beberapa bulan ini tak terurus.
Tanpa sadar Ali terlalu lama memandangi Prilly, sampai cewek itu berdeham kemudian Ali mengalihkan pandangannya.
"Ganti dvd-nya, dong." pinta Prilly, dia menatap Ali penuh harap sedangkan cowok itu tidak balik menatapnya.
Ali hanya memandang satu titik, pada layar televisi besar, sedangkan perhatiannya telah di renggut oleh lamunan.
"Alii," Prilly merengek lantas meletakkan kepalanya di atas soffa.
Mendengar rengekan Prilly, Ali pun menoleh memastikan apalagi yang diinginkan gadis yang baru saja mengalahkan nilainya di ulangan tadi pagi itu.
Ali menyedikkan dagu, seolah bertanya ada apa kepada Prilly yang masih berada di posisinya.
"Ganti film nya," dia kembali merengek.
"Kenapa harus gue?"
"Ini rumah lo, gue gak mau ninggalin sidik jari gue di sini. Nanti kalau rumah lo kerampokan terus ada sidik jari gue disini siapa yang mau tanggung jawab?!" Prilly lantas bangkit duduk kemudian berkecak pinggang menatap Ali mantap.
"Terserah lah," Ali justru menepis tangannya di depan wajah, lantas memalingkan wajahnya ke arah televisi. Dirasa, enggan melihat wajah Prilly yang suka sekali mengomel.
Suasana tidak nampak canggung setelah Prilly berhasil membuat Ali di puncak skakmatnya, namun tetap tak bisa Prilly pungkiri kalau saat ini suasana menjadi hening. Hanya suara orang berbicara bahasa Korea saja yang mengisi keheningan.
Berkali-kali Prilly berdeham tidak enak, ingin Ali memulai topik perbicaraan untuk mereka berdua. Tapi, berkali-kali juga Ali mengabaikan dehaman Prilly. Padahal, Ali dengar dan Ali sadar p yang di inginkan gadis itu.
Sebuah pembicaraan, akhirnya Prilly mengalah dan membuka pembicaraan terlebih dulu. Sesuatu yang sangat ingin Prilly tanyakan, dan inilah saat yang tepat untuk menanyakannya.
"Li," Prilly memanggil ragu.
Ali bergumam, "Hmmm,"
Sesingkat itu yang membuat Prilly menjadi kikuk dan merasa enggan untuk melanjutkan. Cewek itu pun kembali bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone In The World
Fanfiction[Complited] #183 in fanfaction (1-11-2018) #171 in fanfaction (2-11-2018) #79 in fanfaction (3-11-2018) Sebuah perjalanan tentang kisah klasik, tentang mereka yang terluka. Namun, memiliki tujuan untuk bahagia.