Setelah lama mencari akhirnya biji kecambah yang mereka cari dapat mereka temukan. Ali memilih berselonjor di tanah lapang yang terbentang luas. Di dua sisinya terlihat gawang kosong tanpa penjaga, di sudut lain dia melihat sebuah bola sepak tergeletak tak bertuan. Sesudah itu Ali berniat untuk melakukan sedikit olahraga yang sudah lama tidak dia lakukan.
Lama dia mengamati lingkungan sekitar yang nampak sepi, Nichol datang dari belakang ikut berjelonjor setelah mengeluarkan beberapa buku dari dalam mobil Ali yang sengaja dia siapkan dari rumah. Kemudian bersila saat sebuah ide mulai hinggap dalam benaknya.
"Gimana kalau kita bagi tugas." kata Nichol mengusulkan.
Ali menarik kakinya yang panjang lalu melipatnya, "Tugas apaan?"
"Gue bikin laporan dan lo jaga kecambah ini supaya tetep hidup." begitu usulan yang Nichol jelaskan.
Ali lantas menggelengkan kepalanya, menolak penuh usulan yang baru saja di jelaskan oleh Nichol. "Gue lebih baik bikin laporan dari pada harus jaga kecambah itu sampe jadi pohon." seperti itulah bentuk penolakan yang di ucapan oleh Ali pada Nichol.
Nichol sendiri mengangkat bahu acuh. Mau dia yang mengerjakan laporan ataupun dia yang menjaga kecambah agar tetap hidup, menurutnya sama saja. Toh, membuat laporan tidak semudah menyemprot kecambah dengan prestisida.
"Oke, kalau gitu kita bagi tugas. Mulai sekarang setiap ada perkembangan dari biji kecambah ini, gue langsung info ke lo." sambil berucap Nichol mengangkat kantung plastik berisi beberapa biji kecambah yang tadi dibelinya.
"Oke."
***
Di bagian sudut bumi yang lain, Prilly sedang bersusah payah menyeimbangkan tubuhnya yang sedang terduduk di atas jok motor. Beberapa kali motor yang sedang di kendarainya goyah dan hilang kendali, tapi hal itu tidak bisa menyurutkan semangat Prilly untuk tetap menekuni pembelajarannya hari ini.
Dengan dorongan semangat dari Amanda, Bimo dan juga Nando, Prilly berhasil membelokkan sepeda motor yang sedang dia kendarai hingga berputar haluan. Meski begitu, saat-saat Prilly harus terjatuh dari atas motor yang di kendarainyapun tak luput terhindar.
"Prill, istirahat dulu yuk." Amanda berteriak agar suaranya terdengar oleh Prilly sewaktu cewek itu berusaha menselaraskan pembawaan motornya dengan jalanan sekitar.
Prilly menuruti perintah Amanda sebagai mentornya hari ini. Bimo langsung meletakan pantat di bangku salah satu kedai es krim terdekat, disusul Nando yang juga nampak girang duduk berhadapan dengan Amanda.
Memang tidak salah, sesuatu yang ingin di capai pasti akan meminta tumbal. Seperti sekarang, Prilly harus menumbalkan uang tabungannya untuk mentraktir tiga sahabatnya yang sudah memandangnya penuh binar pengharapan.
Disambut seorang pelayan perempuan yang menghampiri meja mereka, Bimo memesan tiga mangkuk es krim yang tentu saja membuat Prilly membulatkan mata sebab es krim yang di pesan oleh temannya itu dalam porsi berukuran besar. Prilly merasa tekor untuk hal itu.
Atas dasar alasan motor yang di gunakan Prilly adalah motor miliknya, Bimo sama sekali tidak terlihat prihatin dengan wajah Prilly yang di buat senelangsa mungkin, cowok itu justru nampak tenang menikmati es krim yang baru saja dia dapatkan.
"Ludes duit gue buat DP motor." suara memelas Prilly di sambut senyuman geli dari aAmanda serta gelak tawa bahagia yang timbul dari mulut Bimo dan Nando secara spontan Prilly melotot kearah mereka berdua.
Semua ekspresi temannya membuat Prilly semakin beraut wajah lunglai, cebikan bibir pun tak urung lepas menghiasi wajahnya.
"Minta aja sama om Danu, pasti dikasih kok." Nando yang duduk tepat di samping Prilly dan berhadapan dengan Amanda sontak menepuk bahu Prilly entah ikut prihatin atau malah sedang mendekati agar dapat pesan satu porsi lagi.
Prilly langsung menepis.
Sementara Amanda es krim masih memenuhi mulutnya, tapi cewek itu sudah menyuap satu sendok penuh es krim nya lagi, sambil berusaha berucap gerakan kaku dari mulut Amanda membuat beberapa lelehan es krim itu meluap keluar, mengundang Nando untuk meniliknya geli.
"Iyuah... Minta aja (stttt).." bahkan bunyi dari suara khas hisapan saat Amanda menyeruput kembali es krimnya yang hampir menetes keluar pun ikut terdengar jelas. Karena es krim adalah candunya, Amanda menghiraukan Prilly dan Bimo yang menatapnya jijik. Lalu berusaha menelan sisanya.
Prilly menyumpalkan sebuah tissue miliknya pada bibir Amanda yang mengatup sebelum dia benar-benar menempatkan tissue tersebut pada mulutnya.
Selang beberapa saat Amanda meronta-ronta hingga tissue tersebut terlepas dari mulutnya yang menyisakan warna kemerahan dibebrrpaa sudut bibir.
Entah kenapa Nando yang nampak paling tidak terima atas perlakuan Prilly pada Amanda tadi, cowok itu gencar memandang Prilly sewot lantas menendang kakinya yang berada di kolong meja lalu bergerling memandang Amanda cemas meninggalkan Prilly meringis bersama mulut yang menga-nga heran.
"Anjir ya lo. Demi cinta yang tak terbalas lo tega papas kaki orang tanpa alas." selama Prilly sibuk melongo, Bimo lah yang tadi membelanya dengan sebuah perkataan. Cowok itu nampak menggelengkan kepalanyabtak percaya.
"Udah pantes belum, sih kalian berdua gue panggil bucin?" Amanda memandang satu persatu temannya untuk meminta jawaban, "Dari kemaren ngomknginnya cinta bertepuk sebelah tangan mulu. Kalian lagi nyindir gue?" lalu Amanda menarik alisnya atas-atas. Tubuhnya sengaja dia buat condong kedepan supaya melihat dati persatu temannya lebih jelas. Setelah menatap Nando, dia memutar tubuhnya menghafal Bimo.
Raut wajah tegas jelas membuat Bimo kicep tak mau membalas tatapan sangar dari Amanda. Secara spontan pula cowok yang sudah membenturkan bokongnya pada sandaran kursi itu menunjuk Nando menggunakan telunjuknya yang dia gerakkan tepat di depan wajahnya sendiri.
Amanda menarik tubuhnya pada posisi awal sembari membuang napas kasar juga mengibaskan rambutnya yang terurai kedepan. Lalu bersidekap seraya menumpangkan kaki kirinya diatas kaki kanan. Sedangkan bokongnya dia buat bersandar pada dandaran kursi yang sedang dua duduki. Bak ibu ratu Amanda mengangkat tahu sebelum mulai berbicara.
"Jadi lo nyindir gue, Ndo?" wajah angkuh masih mengiasi raut wajah Amanda kala Nando menangkap sinar tersebut dari penglihatannya.
Prilly ikut memperhatikan gerak-gerik Nando yang bisa di bilang agak canggung dalam posisi duduknya, bahkan cewek itu sempat menaikan sebelah alisnya saat Nando melonggarkan ikatan dasi yang terlilit di lehernya.
"Emang... Lo ngerasa kesindir gitu?" untuk sebuah alasan Nando bertanya sangat hati-hati. Bagaimanapun juga dia tidak ingin menyakiti hati orang yang dia sayang selama satu tahun belakangan ini.
Sedangkan Prilly, mendengar ucapan Nando yang bertele-tele membuatnya gerah hati untuk tetap diam tanpa menimpali. Diapun membulatkan matanya, "Serius lo gak tahu?"
Prilly membuat Nando menggelengkan kepalanya setelah berhenti menatap Amanda penasaran, bergulir menatpnya meminta jawaban.
"Aishhh.. Amanda kan suka sama salah satu di antara kita-kita. Inisialnya N."
Meninggalkan Nando yang senyam-sentum berkat ucapan Prilly, Amanda menjerit tak terima karena hampir saja Prilly membongkar rahasianya didepan Nando dan Bimo.
"Maksud lo, Nando atau.. Nichol? Jangan ambigu dong." semprot Bimo, karena rasa penasarannya dia langsung sewot saat Prilly berucap tanggung.
"Kepo banget, sih lo." sampai emosi Amanda tersulut pun Nando masih saja mengulum senyum penuh arti tanpa bersuara dia tahu sesuatu telah terjadi pada sahabatnya itu.
"Emang bener ya, cewek itu sukanya main tebak-tebakan." akhirnya Bimo pasrah, tanpa sadar tangannya terukur menepuk bahu Nando penuh perasaan. "Sabar ya bro, bukan cuma pohon jambu yang butuh proses supaya bisa berbuah. Perjuangan juga butuh proses buat jadi indah."
***
02, November 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone In The World
Fanfiction[Complited] #183 in fanfaction (1-11-2018) #171 in fanfaction (2-11-2018) #79 in fanfaction (3-11-2018) Sebuah perjalanan tentang kisah klasik, tentang mereka yang terluka. Namun, memiliki tujuan untuk bahagia.