Tatapan Amanda berubah mengabur akibat matanya yang kian berembun. Lama kelamaan, embun itu berubah menjadi tetesan-tetesan air bening yang melintas melalui kelopak matanya tanpa bisa di bendung.
Bimo berlari menghampiri Nichol yang sudah terkapar diatas trotoar dengan darah yang bersumpah dimana-mana. Setengah kesadaran cowok itu masih ada saat Bimo berhasil meraih kepalanya untuk dia tandu menggunakan telapak tangannya. Se-gantle-gantle nya Bimo, melihat Nichol yang terbatuk sampai mengeluarkan darah merah tetap akan membuat matanya memanas hingga berair. Sekuat apapun Bimo menarik kembali rasa beraninya, tetap saja tangannya bergetar saat melihat darah Nichol tersembur melumuri tangannya sendiri.
"Chol, sadar!" tak ada kelembutan yang terdengar, Bimo berujar lebih pada membentak. Niatnya bukan begitu, dia hanya ingin membangunkan Nichol yang mulai memejamkan matanya perlahan.
"Bim, jangan bentak gue." gigi penuh darah membuat Bimo semakin bergetar walau niatnya tak ingin gentar tapi karena Nichol berucap seolah sudah tidak mempunyai kekuatan untuk terjaga lagi membuat hatinya menciut.
"Banci! Lo itu orang jenius. Jangan mau kalah sama darah gini doang!" Bimo berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan Nichol yang sedang berusaha tersenyum untuknya, tapi tak pelak air mata itu tetap turun tanpa dia sadari.
"Orang jenius pun bisa mati, Bim." katanya lagi, membuat Bimo geram bercampur khawatir.
Di sisi lain, Amanda sempat gundah untuk menentukan siapa yang lebih dulu dia hampiri. Namun seketika kegundahannya lenyap saat Nando mendorong tubuhnya menuju Prilly, sedangkan cowok itu menemui Ali di tengah jalan.
Nando melihat beberapa memar di bagian tubuh Ali juga beberapa titik darah yang merembes dari pelipis dan hidungnya. Tak jauh berbeda dengan Nichol, kondisi Ali pun patut di katakan memprihatinkan. Dalam kondisinya yang penuh darah, Ali merayap ingin menggapai sesuatu. Setelah Nando telaah, ternyata Ali ingin menggapai tubuh Nichol yang berada dalam pangkuan Bimo.
"Chol," lirihnya menusuk gendang telinga Nando dan membuat relung perih di dalam sana.
Nando terpejam kuat sebelum dia melakukan tindakan untuk membantu Ali menemui Nichol.
Terhuyung-huyung Nando memapah Ali sampai pada tujuannya, ternyata setelah sampai di sana Ali malah mendengar Bimo sedang meneriaki Nichol yang sudah tak sadarkan diri.
Hampir saja Nando terjengkang kebelakang, menerima beban yang Ali berikan saat tubuhnya terhuyung kebelakang menimpa Nando selaku orang yang sedang memapahnya.
Tak urung membuatnya bahagia, melihat Nichol terbaring lemah membuat Nando semakin teriris karena kejadian ini.
Karena itu separuh kesadaran Ali tatap dia pertahankan, saat Nichol sudah tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya masih mampu merespon semua orang yang meneriakinya pun Ali masih berusaha bergerak walau dengan menyeret langkahnya yang goyah mendekat kearah Prilly berada.
Sedangkan Amanda masih menimba-nimba pilihnya. Air mata terus menetes satu persatu lama-lama semakin deras. Langkahnya kaku, bibirnya kelu dan beberapa syarafnya membeku saat melihat darah juga mengalir dari hidung Prilly.
Amanda sempat menutup mulutnya yang menga-nga diiringi matanya yang juga terbelalak melihat tak hanya hidup, tapi dahi siku dan juga lutut ikut lebam-lebam karenanya.
"Prilly!" jerit Amanda. Seakan baru mendapatkan kembali kesadarannya, Amanda berlari menuju Prilly disusul dengan beberapa orang yang juga ikut mengerubunginya.
Diantara Ali, Prilly dan Nichol. Hanya Ali yang masih tersadar meski harus tertatih meski dengan darah yang bercucuran dimana-mana. Beberapa orang menyakan keadaannya, hanya keadaannya tanpa berbuat sesuatu untuk memulihkan keadaan tersebut. Sampai waktu dimana emosi Bimo tersulut akibat darah Nichol yang tak kunjung menyurut membuat semua yang berada disana beralih menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone In The World
Fanfic[Complited] #183 in fanfaction (1-11-2018) #171 in fanfaction (2-11-2018) #79 in fanfaction (3-11-2018) Sebuah perjalanan tentang kisah klasik, tentang mereka yang terluka. Namun, memiliki tujuan untuk bahagia.