Bagian Tiga Puluh Lima : Sudah Berubah

2.4K 223 5
                                    

Setelah kabur dari kerumunan orang-orang di kantin, Prilly memilih perpustakaan untuk menumpahkan segala kekesalannya hari ini.

Di bangku pojok tertutup rak tinggi berisi penuh buku sejarah, Prilly menutupi wajahnya dengan salah satu buku yang dia ambil asal dari ras tersebut.

Bukan untuk di baca, Prilly meminjam buku itu untuk tameng yang mampu menutupi kepiluannya saat ini.

Di tatap ratusan huruf dalam buku tersebut, Prilly menangis tersedu-sedu. Mengatup bibirnya rapat-rapat berusaha tidak menimbulkan suara apapun yang bisa mengganggu beberapa orang yang sedang membaca atau berkeliling mencari buku.

Tanpa harus diminta air matanya berurai tak kunjung surut, bukan hanya bibirnya kini tangannya pun mulai bergetar. Suasana hati yang buruk membutnya kesulitan menopang apapun, termasuk buku yang sejak lama dia pegang akhir nya terjatuh menyentuh meja kayu.

Dingin menusuk akibat hujan turun, sama seperti hatinya yang membeku karena semua hal yang membuatnya lemah. Tak terkecuali Ali.

Bukankah hanya dia yang selalu membuatnya lemah? Sebelum ini tak ada yang bisa membuatnya menangkup wajah erat-erat, terisak dalam diam, mengeluarkan air mata terluka, selain Ali.

Hidupnya tidak selurus yang kebanyakan orang pikir, tapi menyontek dan menyusahkan sudah mendarah daging dengan Prilly. Kebodohannya saja pun tak pernah dia tangisi. Sebab itulah sekarang Prilly mendeklarasikan bahwa Ali telah berhasil membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya dan rapuh serapuh-rapuhnya dalam kurun waktu yang bersamaan.

Saat tangisannya mulai tidak terkontrol, Prilly menarik telapak tangannya dari wajah kemudian melipatnya di atas meja untuk dia gunakan sebagai bantalan kepalanya tenggelam.

Sepuas hati Prilly akan merutuki semua kejadian akhir-akhir ini. Dari mulai Ali datang kemudian diam diam mencuri perhatiaanya, permainan bodoh yang dia setujui, disusul Nichol yang mencintainya secara diam, kemudian hari ini mereka yang sangat Prilly butuhkan justru sedang berperang melawan takdir yang telah Tuhan tentukan.

Untuk pertama kalinya Prilly mengakui kelemahannya, dan kesalahan patal yang telah dia lakukan adalah mencintai seseorang yang jelas-jelas memiliki hubungan darah dengannya.

***

"Bom, Prilly mana ya?" Amanda masih celingukan menunggu Prilly yang tak kunjung menunjukan batang hidungnya didalam kelas.

Setelah bell berbunyi menandakan waktu istirahat telah selesai bersamaan dengan urusan Nichol dan Ali juga telah usai, Prilly tak lagi menampakkan dirinya. Terakhir Amanda melihat cewek itu di kerumunan saat perkelahian berlangsung, itupun Prilly beringsut sebelum bu Fani melayangkan eksekusi pada mereka berdua.

Perkelahian Nichol dan Ali berubah masa scorsing selama tiga hari dengan tambahan sebuah pengamatan pada tumbuhan yang dikerjakan secara kelompok. Singkatnya, Ali akan sering bertemu Nichol selama tiga hari itu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh nu Fani pada mereka berdua.

Amanda sampai berulang kali mengulang pikirannya kebenaran atas keputusan yang bu Fani ambil. Dengan alasan akan mempererat tali persahabatan mereka berdua, bu Fani menghiraukan Amanda yang hendak mengargumenkan pendapat sewaktu tahu Ali akan dipasangkan bersama Nichol untuk sebuah tugas selama tiga hari kedepan.

Niatnya setelah waktu istirahat berakhir, setalah menemui Nichol di depan ruangan bu Fani. Amanda akan memberitahu semua informasi yang sudah dia dapatkan dari pengintaian nya kali ini.

Namun, ekspetasinya tentang Prilly akan terbelalak kaget seketika kandas setelah pak Teguh masuk dan Prilly masih belum sampai di dakam kelas.

"Perasaan gue belum lahiran deh," sahut Bimo, wajah bingungnya membuat Amanda ikut mengernyit menampakkan hal serupa, lalu beralih meminta jawaban pada sebangku cowok tersebut.

Someone In The World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang