Chapter 8

360 160 10
                                    


Shenina membanting pintu kamarnya sampai kedengaran oleh Shela, ia kedengaran karna kamar Shenina gak jauh dari kamar Shela.

"Ada apa lagi sama kakak gue tuh." bicaranya yang seperti berbisik.

Shenina meluapkan semua amarahnya dan air matanya mulai jatuh perlahan-lahan membasahi pipi-nya.

"Rei gue kecewa banget sama lo, buat apa kita jalani hubungan ini kalau lo masih tertutup sama gue, gue pengen tau semua kisah lo." ucap Nina lirih seraya menundukkan kepala-nya.

Air matanya kian mengalir hingga ia menyandarnya tubuh-nya di dinding lalu menangis sekian malam.

Suara alarm pun berbunyi kringg kring kring........
Mununjukkan pukul 05.30 pemilik alarm itu langsung mencari suara itu lalu menekan tombol off, sejenak suara alarm itu berhenti.

Shela mengucek matanya lalu ia bangkit dari tempat tidurnya, menuju kekamar mandi untuk melakukan ritual seperti biasa yaitu mengguyur tubuhnya dengan air, 10 menit berlalu, shela sudah selesai mandi dan ia mulai memakai seragam sekolahnya lalu mengambil tasnya kemudian turun untuk sarapan pagi.

Di meja makan sudah terdapat papa-nya yang sudah menunggu Shela,Gino Dan Shenina untuk sarapan pagi.

Nama papa Shela dan Shenina adalah James Hendra Putra
Seorang pengusahan sukses di Jakarta yang memiliki banyak saham dimana mana.

"Pagi papa!!" Sapa Shela pada papanya dengan senyuman lebar. Nampak hari ini Shela sangat ceriah terlihat dari wajah-nya.

Shela sebenarnya tipikal cewek yang apabila di depan keluarganya ia gak cuek, jutek banget tapi kalau di depan teman teman sekolahnya cuek, juteknya minta ampun. Itu semua dikarenkan faktor masa lalu.

"Pagi sayang!!" sapa papanya dengan penuh kehangatan, Shela sangat menyayangi papa-nya begitupun dengan papa-nya sangat menyayangi-nya dan kedua kakak-nya.

"Wah hari ini anak papa cantik banget." Puji papa Shela pada anak sulung-nya. Shela hanya tersenyum malu mendengar pujian papa-nya.

"Gak usah ngeledek deh pa!" Ucap Shela merasa tidak enak di puji seperti itu.

"Papa gak ngeledek, hari ini emang anak papa cantik banget, keadaan sekolah kamu gimana?" Tanya James pada putri-nya seraya menyuapkan satu sendok kedalam mulut-nya.

"Baik baik aja kok pa!" Jawab Shela dengan menggigit ujung roti yang sudah di olesi selai.

"Yaa sudah yang rajin ya sayang belajarnya." Kata James yang kemudian dibalas senyuman oleh putri-nya.

"Siapp paaaaaa." Ucap Shela dengan hormat, seraya polisi yang sedang mendapat tugas dari atas-nya.

"Kakak kamu mana?" Tanya James ketika tidak melihat Nina dimeja makan.

"Kayaknya masih tidur deh pa!" Sahut Gino dengan menenguk susu yang sudah disiapkan bi Iyem.

Shela, Gino dan papanya mulai menyantap makanan yang ada di meja makan , Pak James heran mengapa putri itu tidak turun untuk sarapan pagi.

"Shel, kamu panggil deh kakak kamu, kayaknya dia masih tidur!" Suruh James namun Shela memperlihatkan wajah malas-nya kepada papa-nya.

"Malass ahh pa, kakak kan orangnya susah di bangunin!!" Ucap Shela sambil meneguk minuman-nya.

"Shelaaaaa, sekarang kamu panggil kakak kamu" dengan suara lembut pak james membujuk putrinya.

"Yaudah deh pa, shela panggilin kak Shenina." Akhir-nya Sheka bangkit dan berjalan menaiki anak tangga untuk sampai di kamar Nina.

Shela pun memanggil manggil kakaknya dengan suara yang tinggi karena jika suara rendah Nina tidak akan bangun. Shela mengetok pintu kamar Nina namun tak kunjung ada balasan dari dalam.

"Kakak di panggil tuh sama papa, katanya kakak di suruh turun buat sarapan, emang kakak gak kuliah apa?" Suara Shela melengking namun tak kunjung ada balasan.

Tanpa adanya balasan dari Shenina, di dalam kamar, Shenina masih tidur karna semalaman ia menangis, hingga teriakan adiknya untuk kedua kalinya mampu membangunkannya.

"Woy kakak, di panggil tuh sama papa, kakak ada di dalam kan?" Tanya Shela memastikan, sudah kelas berteriak dari luar tanpa ada balasan pun.

"Berisik banget sih." jawabnya dengan nada kesal, Nina pun membuka mata-nya lebar kemudian bangun dari tidur-nya.

Shenina beranjak dari kasurnya lalu membukakan pintu kamarnya dan mendapati adik-nya sudah rapi dengan pakain-nya.

"Apasih dek, gak usah teriak- teriak, sakit kepala kakak dengarnya." Ucap Nina dengan suara serak dengan mata yang bengkak.

"Eh mata kakak kenapa, kok bengkak sih?" Tanya Shela karena melihat kedua mata kakak-nya lebih besar dari biasa-nya.

"Gak papa kok, kenapa sekarang lo jadi kepo sama kakak" Ucap Nina dengan nada ketus membuat Shela memutar bola mata-nya malas.

"Auahhhh, kakak di panggil tuh sama papa, buat sarapan." Kata Shela dengan nada jutek.

"Oke sekarang lo turun bilangin ke papa kalau gue sebentar lagi turun, gue mau mandi dulu, sekalian siap- siap buat berangkat kuliah." Balas Nina kemudian masuk kedalam kamar-nya dan menutup pintu dengan rapat.

Shela meninggalkan kakaknya kemudian turun melewati anak tangga yang lumayan panjang itu, Shela pun tiba di meja makan.

"Gimana? Apa kata kakak kamu."
Tanya James ketika Shela mulai duduk di kursi.

"Katanya sebentar lagi, kakak mandi dulu, pa Shela berangkat dulu yaa, soalnya takut telat." Pamit Shela pada papa-nya.

"Abisin dulu sarapannya, sayang."

"Gak usah pa, shela udah kenyang kok." Tolak Sheka halus kemudian meraih tas-nya.

Shela Dan Gino pun meraih tangan papanya dan mencium sambil mengucapkan salam.

"Pa, shela berangkat sekolah dulu ya." Pamit Shela

"Iyaa hati hati ya nak, yang rajin belajarnya, Gino jagain adik kamu yaa." pesan papanya kedapa Gino, Gino pun mengangguk kemudian melangkah keluar dan di ikuti oleh Shela.

Melihat anak-nya tumbuh dewasa, sebuah senyuman terukir di bibir-nya. James sangat bahagia bisa melihat anak-anak-nya tumbuh dengan baik. Mereka semua sangat pengertian terhadap papa-nya.

Mereka tidak pernah menanyakan hak-hal yang menyangkut mama-nya, karena mereka tahu menanyakan perihal mama-nya akan membuat luka itu kembali lagi yang hanya akan membuat papa-nya sakit hati.

"Semoga kalian terus seperti ini." Batin James seraya menghapus air mata yang ada di ekor mata-nya.

Sudah lama James berpisah dengan mama mereka, selama itu pula James mencoba menghilangkan bayangan  Shelena dari hidup-nya. Sudah bertahun-tahun James mencoba melupakan namun ia tidak pernah berhasil.

Pepatah pernah mengatakan, Cibta pertama itu sulit dilupakan dan luka pertama itu sulit di obati.




kasih sayang seorang ayah memang beda dengan kasih sayang seorang ibu, ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan banyak marah marah tapi kalau seorang ayah dia menunjukkan kasih sayangnya dengan memanjakan anaknya

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang