Mencintai itu bukan saja harus memiliki, terkadang Tuhan hanya ingin melatih hatimu agar tak jatuh pada orang yang salah.
Rintihan hujan perlahan turun membasahi sepanjang jalan, para pengendara roda dua menepi ke halte, mereka tak ingin basah namun berbeda dengan ketiga remaja yang masih berada di tempat-nya. Mereka tak peduli dengan deras-nya hujan yang membasahi tubuh mereka. Kedua anak remaja yang satu-nya berpenampilan urakan dan satu-nya lagi berpenampilan seperti cowok biasa-nya. Mereka saling bertatapan dengan sorot mata tajam, sementara seorang remaja yang berada di dekat motor Trail itu hanya menatap kedua cowok itu dengan khawatir.
Tiba-tiba saja, Kelvin melambungkan satu tinjuan pada perut Rendi, Rendi yang tidak siap pun jatuh dan merasakan sakit di bagian perut-nya, dengan senyuman tak suka Kelvin meraih kerah baju Rendi. Tetapi Rendi menepis tangan Kelvin lalu di balas-nya satu tinjuan pada rahang cowok itu. Suara retakan terdengar, Rendi meninju bagian perut Kelvin dengan susah payah Kelvin menahan namun pukulan demi pukulan yang ia terima membuat diri-nya semakin lemah.
"Gue peringatin lo, jangan gangguin Shela!!" Tunjuk Rendi di wajah Kelvin yang sudah tak berdaya. Dengan sekuat tenaga Kelvin mencoba untuk bangun kemudian menatap Rendi dengan sinis.
"Gue akan selalu gangguin dia, karena di masih punya hubungan dengan gue!!" Jawab Kelvin dengan susah payah, kepalan tangan Rendi begitu kuat, rasa-nya ia ingin meninju kembali rahang Kelvin.
"Jangan gangguin Shela, karena Shela milik gue bukan milik lo lagi!!" Kata Rendi penuh penekanan.
Deruh napas Kelvin yang begitu memburu seakan-akan ingin menghabisi mangsa-nya. Kedua tangan-nya terkepal, ia begitu marah saat sesuatu yang masih milik-nya di rebut oleh orang lain. Jangankan menyentuh milik-nya, memandang saja itu sudah larangan bagi Kelvin untuk orang lain.
"Gue berterimah kasih sama Tuhan karena udah buat lo putus dengan Shela, Shela gak pantas buat lo, lo aja gak bisa jaga hati lo dan lo mau ngejaga hati Shela, Bro itu hati bukan mainan bongkar pasang yang bisa aja lo mainin dan ketika lo bosan lo buang gitu aja dan lo cari yang baru!!"Cibir Rendi sambil tersenyum sinis, Rendi senang bisa mengatakan itu sementara Kelvin menatap Rendi tajam, sorot mata-nya menandakan ia begitu benci dan tak suka dengan Rendi.
"Gue gak pernah nyuruh lo buat ikut campur urusan gue, hidup ini gue yang jalanin, lo siapa yang mau ikut campur urusan gue, mending lo di zona nyaman lo aja jangan keluar takut-nya lo nyesal." Dengan peringatan yang penuh penekanan di ucapkan oleh Kelvin.
Shela melangkah ke arah kedua cowok itu dengan pakaian yang sudah basah, tak peduli dengan deras-nya hujan, suara petir, Shela tetap melangkah. Hanya diri-nya yang dapat melerai perkelahian itu, karena Shela adalah kunci dari semua ini. "Berhenti!!" Suara yang tak begitu jelas membuat dua orang yang tengah beradu mulut itu menengok ke arah belakang dimana Shela berteriak.
"Shela!!" Panggil kedua cowok itu secara bersamaan. Dengan cepat Kelvin melangkah menuju ke arah Shela.
"Gue butuh jawaban Shel!!" Ujar Kelvin dengan suara tinggi akibat hujan deras. Shela menatap iris mata Kelvin begitu dalam dengan posisi diam, Rendi hanya melihat kedua manusia itu tanpa ingin ikut campur karena Rendi tahu bahwa inilah saat-nya Shela harus meluruskan semua-nya.
"Maafin gue Vin, gue ninggalin lo karena gue punya alasan, alasan yang begitu menyakitkan," Mata-nya seperti ingin mengeluarkan sesuatu tetapi hujan yang membasahi wajah-nya yang membuat mata merah itu menjadi sulit terlihat oleh Kelvin.
"Mungkin lo gak ngerti alasan gue pergi, tapi gue ngerti lo bosan sama gue makanya lo nyari yang lebih menarik dari gue!!" Sambung Shela sementara Kelvin seakan mendapatkan pernyataan yang begitu mengiris hati-nya, inilah saat yang begitu di tunggu-tunggu Shela dan Kelvin, sebuah jawaban yang begitu menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ShelaRen
Teen FictionBerawal dari sebuah kesepakan untuk sama-sama sembuh dari sakit hati membuat seorang gadis yang bernama Shela Angelista Putri jatuh hati dengan cowok yang bernama Resky Riandi. Perasaannya mengalir begitu sengaja seiring berjalannya waktu, kian hari...