Chapter 45

30 9 1
                                    

Berani berbuat maka berani bertanggung jawab

Luka diciptakan agar kita tau tidak semua-nya akan berakhir dengan kebahagiaan.

Shela berjalan dengan tertatih-tatih dengan lutut yang di perban, ia terus saja berjalan menuju kelas 12. Meski hari ini ia sangat bete karena Rendi lebih memilih pulang dengan Salsa ketimbang dia tapi Shela tidak ingin merusak acara makan malam-nya bersama keluarga besar-nya hanya karena masalah itu.

"Hai Shel!!" Sapa Marco yang kini sudah berada didekat-nya bersama dengan Defan yang juga ikut menyapa-nya.

"Hai Shel!!" Shela tersenyum menatap kedua sahabat itu.

Defan melirik lutut Shela yang di perban, "Itu kenapa?" Tanya Defan.

Marco menyahut, "Itu di perban bego!!" Defan menatap-nya tajam.

"Maksud gue itu kenapa." Sinis Defan karena sedari tadi Marco selalu membuat diri-nya kesal.

"Ini, tadi aku jatuh jadi-nya gini deh." Balas Shela sembari melihat lutut-nya.

"Sakit gak?" Tanya Defan dan langsung mendapat toyoran dari Marco. Sudah pasti sakit tapi masih ditanyain sudah pantes Marco menoyor kepala Defan.

"Sakit bego." Keluh Defan seraya mengusap kepala-nya yang terasa sakit.

Shela bila bersama mereka berdua rasa-nya selalu ingin ketawa karana mereka selalu berantem tapi lucu-nya mereka tidak bisa berpisah dalam beberapa menit, mereka akan selalu bersama. Ibaratkan Marco magnet sedangkan Defan paku yang akan saling tarik-menarik.

"Rendi mana?" Tanya Marco dengan merapikan rambut-nya dengan jari-jemari.

"Rendi udah pulang sama Salsa." Jawab Shela, rasa-nya berat memgikhlaskan Rendi pergi dengan Salsa namun itu hak Rendi, Sheka hanya bisa tersenyum dan berharap Rendi bisa menghargai perasaan-nya.

"Gagal move on tuh si Rendi." Bisik Marco ditelinga Defan. Semua-nya tau bahwa Rendi suka dengan Salsa tapi Salsa entah mengapa menolak Rendi.

Semua-nya mengira bahwa Salsa itu hanya ingin mempermainkan Rendi, bagaimana tidak Salsa selalu saja tidak menghiraukan perasaan Rendi namun bila Rendi dekat orang lain Salsa seperti melarang.

"Hussst diam!!" Defan memperingati Marco karena merasa tidak enak hati pada Shela. Sudah cukup Rendi mencampakkan Shela, Defan tidak ingin menambah luka cewek itu karena membicarakan soal Rendi dan  Salsa.

"Aku kesana dulu ya." Pamit Shela kemudian di angguki oleh kedua orang itu.

"Rendi gimana sih, plinplan banget gak bisa nentuin cewek yang mana yang mau di jadiin pemilik hati-nya." Dumel Marco seraya menatap kepergian Shela.

"Gue kasihan sama Shela, takut-nya Shela cuman dijadiin pelampiasan." Balas Defan seraya menatap iba ke arah Shela yang terus melangkah pergi dari mereka.

Dimata mereka berdua, Shela adalah sosok gadis yang baik, meskipun dulu-nya dingin, namun seiring berjalan-nya waktu seorang yang dingin pun bisa berubah. Shela seperti-nya sangat menyayangi Rendi, Defan bisa tau itu dari sikap dan cara Shela menatap Rendi.

"kayak-nya tuh cewek emang suka sama Rendi." Celetuk Defan membuat Marco menoleh ke arah-nya.

"lah, kalau gak suka kenapa mereka pacaran? Dasar tolol lu." Balas Marco kemudian pergi meninggalkan Defan.

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang