Chapter 33

123 28 18
                                    

Mencintaimu itu seperti bermain hujan
Awal-nya aku senang
Kemudian aku sakit

Rendi dan Shela hanya terkekeh dengan ucapan Bi Mida, Bi Mida menaruh minyak urut-nya kembali. Shela dan Rendi menunggu Bi Mida keluar dari kanar-nya. Keheningan terjadi di anatara mereka hingga Bi Mida pun datang dan memecahkan keheningan.

"Non Shela kalau tangan-nya masih sakit minta anterin aja ke rumah Bibi ya!!" Shela mengangguk lalu tersenyum. Bi Mida membalas senyuman Shela sementara Rendi hanya menikmati senyuman Shela yang jarang sekali di perlihatkan ke orang-orang. Shela berdiri kemudian berpamitan kepada Bi Mida.


"Bi, Shela pulang dulu!!" Kata Shela menyalami tangan Bi Mida. Bi Mida mengelus kepala Shela dengan lembut. Shela merasakan sedikit berbeda dengan elusan tangan Bi Mida. Shela melirik mendongak dan tersenyum ke arah Bi Mida.

"Den jagain Shela ya." Pesan Bi Mida, Baru kali ini Rendi membawa cewek ke rumah Bi Mida. Tidak perluh heran karena Rendi jarang sekali datang ke rumah Bi Mida karena kesibukan yang cukup luar biasa dan juga tidak mempunyai tujuan ke rumah Bi Mida.

"Siap Bi, Gak usah khawatir saya bakalan jagain dia kalau perlu jagain hati dia!!" Jawab Rendi, Bi Mida tersenyum lebar ke arah Rendi lalu menatap Shela yang mata-nya hampir copot dari tempat-nya.

"Apaan sih!!" Ujar Shela ketus sambil melangkah keluar. Hari ini suasana begitu sejuk karena hujan baru saja turun, kejadian hari ini membuat Shela sedikit pusing. Sebuah luka yang di berikan Dinda membuat-nya harus berhati-hati, bisa saja Dinda melalukan hal yang nekad terhadap-nya.

"Bi doain saya ya supaya bisa jadi pacar-nya Shela!!" Bi Mida mengangguk lalu menggeleng tak percaya dengan ucapan Rendi, Bi Mida baru kali ini melihat anak majikan saudara-nya seperti ini, benar-benar serius dengan Shela. Selama mengenal Rendi, Bi Mida tidak pernah melihat satu wanita pun dekat dengan Rendi.

Rendi melangkah keluar kemudian di ikuti oleh Bi Mida, Shela di luar sedang berdiri sambil menatap langit.

"Shel!!" Panggil Rendi, Shela masih belum merespon, ia masih menatap langit. Rendi melangkah ke arah Shela, ia menarik napas-nya dalam-dalam lalu menepuk pundak Shela dengan pelan. Shela kaget lalu berbalik ke arah Rendi. Tatapan-nya begitu kosong terlihat ia begitu meridukan seseorang.

"Kenapa, kok bengong?" Rendi memperlihat raut wajah khawatir-nya. Shela menggeleng cepat takut Rendi curiga. Shela tidak ingin masalah-nya di ketahui oleh orang-orang.

"balik yuk." Ajak Rendi kemudian di beri anggukan oleh Shela. Shela naik ke atas motor Rendi lalu tersenyum ke arah Bi Mida mewakili tanda terimah kasih-nya. Rendi membunyikan klakson-nya tanda ia akan pergi meninggalkan area rumah Bi Mida. Bi Mida tersenyum menatap dua anak muda yang tengah dilanda asmara.

Jalan hari ini begitu ramai di padati dengan kendaraan beroda empat dan dua. Bunyi klakson di sana-sini membuat kepala orang pusing. Begitulah kota selalu macet, untung saja hari ini sudah hujan membuat suasana tidak begitu panas. Shela melirik ke sana kemari melihat betapa macet-nya jalan. Mata-nya tak lepas dari sekeliling-nya, Shela tertawa melihat orang-orang yang sudah tidak sabar ingin bebas dari kemacetan. Rendi memperhatikan Shela lewat kaca spion ia pun tersenyum lalu kembali fokus ke depan.

"Hallo Shela!!" Sapa orang di samping-nya yang tengah mengendarai motor, Shela merasa mengenali suara itu ia berharap bahwa suara itu bukanlah suara orang yang di hindari-nya 1 tahun ini. Shela menutup mata-nya khawatir bahwa  orang itu memang benar Kelvin.

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang