Chapter 44

53 12 17
                                    

Kalau jatuh cinta itu jangan berlebihan karena saat semua-nya usai maka patah hati-nya luar biasa.

sama-sama berubah dan sama-sama menyakiti.

Ruangan yang tidak begitu luas dengan berbagai macam obat-obatan dan alat yang diperlukan saat ada orang yang terluka sudah menjadi ciri khas dari UKS. Tempat-nya bersih dan terjamin kerapian-nya. Shela berada dalam ruangan itu ditemani dengan salah satu anak pmr dan disana juga ada Rendi.

Mata-nya memperhatikan ruangan yang didominasi warna putih, luka-nya terasa sangat perih membuat cewek itu meringis saat obat merah menyentuh luka-nya.

Saat obat merah itu menyentuh luka-nya ia selalu meringis dan memegang tangan Rendi membuat cowok itu menatap-nya tajam.

"Sini obat-nya." Rendi meminta obat pada salah satu anak pmr, awal-nya anak itu ragu karena takut Rendi tidak tau bagaimana cara menggunakan-nya. Cewek itu terdiam menatap Rendi dengan penuh keraguan.

"Gue bilang sini ya sini." Bentak Rendi membuat cewek itu tersentak kaget dan langsung memberikan obat-nya pada Rendi.

Rendi mengambil obat itu, "Lo kira gue gak bisa." Ucap-nya membuat cewek itu diam.

"Lo keluar aja, gue gak perluh diawasin karena gue gak bunuh orang." Suruh Rendi namun cewek itu bersikukuh dan tetap diam ditempat-nya tanpa bergerak sedikitpun.

Rendi menghela napas-nya berat karena kesal dengan cewek di depan-nya. "Budek lo ya, gue bilang keluar ya keluar." Teriak Rendi dan lagi-lagi perempuan itu tersentak kaget. Ia segera keluar meninggalkan mereka berdua di dalam.

Shela merasa kasihan kepada anak pmr yang baru saja dibentak oleh Rendi. Meski Shela tau bahwa Rendi itu ingin mengobati-nya sendiri tapi seharus-nya dia tidak membentak.

"Kamu gak seharus-nya bentak dia, kamu bisa ngomong halus kan." Rendi menatap Shela datar namun ucapan Shela tidak digubris-nya malahan ia terus melanjutkan untuk mengobati Shela.

Shela mendengus kesal karena setiap Shela bicara pasti tidak dijawab, "Kamu kenapa sih gak pernah jawab kalau aku tanya." Ucap-nya dengan kesal. Rendi menoleh dan menatap cewek itu sebentar lalu ia kembali fokus membersihkan luka Shela.

"Aku kayak ngomong sama pantung." Gerutu-nya yang masih bisa didengar oleh Rendi. Namum cowok itu terus saja mengobati luka-nya.

Meski kesakitan Shela tidak bisa berhenti bicara ia terus saja mengoceh membuat Rendi kesal. "Makasih udah bayarin makanan aku." Ucap-nya dengan senyuman.

Rendi menatap-nya, "Bawel banget sih." Ujar-nya dengan memperban luka Shela.

Setelah mengobati Shela, ia kemudian ingin beranjak pergi dari tempat itu. Sebelum diri-nya menghilang dari pandangan Shela, ia melirik cewek itu sebentar kemudian pergi entah kemana.

Luka dilutut-nya masih sakit meski sudah dibaluri dengan perban, Hari ini Shela ada pelajaran olahraga, diri-nya tidak ingin ketinggalan. Segera ia turun dari brangkar kemudian berjalan dengan tertatih-tatih keluar UKS. Anak UKS itu menghampiri Shela.

"Kak mau aku bantuin." Tawar-nya, Shela tersenyum kemudian menggeleng.

"Gak usah, aku bisa sendiri." Jawab-nya dengan lembut.

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang