Chapter 43

40 10 2
                                    

Harga diriku tak sebanding dengan harga cabe dipasaran

Happy Reading
Dapat salam dari Rendi kata-nya Rindu, dari pada nunggu pacar ngungkapin rindu-nya yang gak tau kapan mending balas rindu dari Rendi yang udah pasti.

"Lo gak papa?" Tanya Rendi pada Shela, yang ditanya malah senyam-senyum tidak jelas membuat Rendi menatap-nya heran.

"Sakit jiwa lo ya!!" Tutur Rendi karena heran melihat Shela, Shela malah makin memperlebar senyuman-nya. Rendi hanya bisa menggeleng melihat tingkah perempuan didepan-nya.

Hamparan angin di rooftop cukup membuat rambut Shela berantakan membuat cewek itu susah merapikan rambut-nya. Rendi melihat kesusahan cewek itu merapikan rambut-nya. Entah mengapa tangan-nya terangkat untuk membatu cewek itu merapikan rambut-nya.

Shela terbelalak melihat sikap Rendi pada-nya, sungguh membuat detak jantung Shela lebih berpacu dua kali lipat. Wajah mereka begitu dekat hingha napas Rendi mampu diraskan oleh Shela.

"Ganteng banget." Puji-nya dalam hati.

Rendi yang menyadari pipi Shela menjadi merah pu langsung mengerutkan kedua alis-nya.

"Pipi lo kenapa?, alergi karena matahari?" Tanya Rendi membuat Shela geram. Bagaimana tidak seharus-nya Rendi lebih peka kalau saat ini Shela sedang malu.

Shela langsung memalingkan wajah-nya dan menatap orang-orang dari atas.

Perasaan berbeda kini menyelimuti Rendi namun Rendi tidak tau apa arti perasaan-nya. Tak ingin pusing, ia pun memejamkan mata-nya. Shela melirik sesaat, wajah Rendi begitu tenang meski ia dan Rendi baru saja meredakan emosi-nya.

"Terimah kasih tuhan karena sudah mempersatukanku dengan dia, aku akan
menjaga-nya!" Batin Shela dengan tersenyum.

Namun Shela tidak sadar bahwa Rendi tidak menutup sepenuh-nya mata-nya, ia ternyata melihat Shela senyam-senyum melihat diri-nya.

"Seneng ya lihat wajah gue dari dekat!!" Ucap Rendi membuat Shela keki dibuat-nya. Shela menggaruk tekuk-nya yang tidak gatal kemudian mengalihkan pandangan-nya kearah lain.

"Aku...aku!!" Jawab Shela dengan terbata-bata, Rendi lantas membuka mata-nya lebar dan menikmati angin sepoeh-poeh yang menerpa-nya.

"Aku senang, kamu perhatian sama aku, udah nganggep aku ada, makasih!!" Ucap Shela membuat Rendi melirik kearah-nya kemudian menatap-nya datar.

"Jadi lo baper?" Shela menautkan kedua alis-nya, merasa aneh dengan ucapan Rendi.

Rendi menghembuskan napas-nya kemudian merapikan rambut-nya dengan jari-jemari, "please, lo jangan bilang lo baper, gue nolongin lo karena gue gak suka lihat perempuan di gituin!!" Kini ucapan Rendi lagi-lagi mematahkan harapan-nya bahwa diri-nya akan mendapat cinta dari Rendi.

"Emang benar kata Ratu jangan terlalu banyak main perasaan nanti sakit hati." Batin Shela.

"Rendi!!" Panggil Shela yang dipanggil malah sibuk dengan ponsel-nya.

Shela memanggil Rendi lagi dengan sedikit meninggikan suara-nya, "Rendi!!"

"Hmm." Rendi hanya berdehem membalas panggilan Shela, Shela mendengus kesal melihat sikap tidak peduli Rendi.

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang