Chapter 38

98 22 4
                                    

Musim boleh dingin tapi hatimu jangan

Resky Riandi

Seorang gadis berdiri di depan gerbang sekolah sambil celingak-celinguk memperhatikan keadaan, sesekali ia menarik tubuh-nya untuk bersembunyi dari tatapan pak Anto. Gadis itu terlambat datang, jam sudah menunjukkan pukul 07.45 wib. Gerbang sekolah Sma Jaya Bangsa sudah tutup 15 menit yang lalu.

"Ini semua gara-gara bang Gino, kenapa pake ninggalin sih kan gue jadi telat." Gerutu gadis itu sambil melirik ke dalam untuk memperhatikan gerak gerik pak Anto.

"Lo telat?" Tanya orang yang baru saja datang menggunakan motor trail, siapa lagi kalau bukan Rendi.

"Ya iyalah, pake nanya lagi!!" Jawab Shela judes, namun Shela tidak tahu bahwa-sanya orang yang bertanya itu adalah Rendi.

"Masih aja judes." Cibir Rendi sambil berdiri di belakang Shela, Shela masih belum menyadari bahwa orang di belakang-nya itu adalah Rendi.

Mata mereka saling bertemu saat Shela berbalik dan menangkap wajah Rendi begitu dekat dengan-nya, jantung Shela lagi-lagi berdetak di luar dari ritme-nya, tiba-tiba saja Shela menginjak sesuatu yang membuat diri-nya hampir jatuh namun Rendi cepat-cepat menangkap tubuh Shela agar tidak jatuh.

"Maka-nya hati-hati,  jaga diri aja gak bisa apa lagi mau jaga hati seseorang!!" Lagi-lagi Shela tercengang dengan ucapan Rendi, entahlah Shela bingung kemana arah pembicaraan Rendi sebenar-nya.

"Maksud lo?" Tanya Shela sambil menautkan kedua alis-nya, Rendi tersenyum tipis lalu membenarkam posisi-nya agar tak berdekatan dengan Shela.

"Gak kok, cuman main-main aja!!" Jawab Rendi asal, membuat Shela bingung dengan sejuta pertanyaan yang berputar di pikiran-nya.

Mendengar sesuatu yang berisik pak Anto berteriak, "Siapa di sana!!" Suara Pak Anto menggelegar di parkiran membuat Rendi menarik Shela untuk bersembunyi.

Wajah Shela panik mendengar teriakan pak Anto, " gimana nih!!!" Ujar Shela cemas, dengan wajah tenang-nya, Rendi mencoba menenangkan Shela.

"Gak usah khawatir, gue ada disini lo bakalan aman sama gue." Suara tenang Rendi membuat Shela diam dan memperhatikan wajah Rendi dengan dekat, mata-nya yang hitam dan alis-nya yang tebal membuat wajah Rendi terlihat sempurna.

"Cowok ini ganteng juga." Puji-nya dalam hati sambil tersenyum tipis.

Langkah pak Anto semakin dekat membuat detak jantung Shela berpacu lebih cepat, sama seperti detak jantung Rendi yang berpacu lebih cepat, namun detak jantung Rendi ini bukan karena Pak Anto yang akan mempergoki-nya tapi karena berada di dekat Shela yang membuat detak jantung-nya berpacu lebih cepat.

Dengan cepat Rendi menarik Shela dan membuat mereka berdekatan seperti sedang berpelukan, hal ini membuat Shela terkejut dan diam.

"Hust diam." Baru saja Shela ingin berbicara dan mendorong tubuh Rendi namun Rendi dengan cepat medekap tubuh Shela ke dinding sekolah dan menutupi mulut Shela dengan tangan.

"Bapak seperti mengenal motor ini," ujar pak Anto sambil berpikir, mengingat siapa pemilik kendaraan yang terparkir di depan gerbang. "Rendi!!" Lanjut pak Anto sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Rendi.

ShelaRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang