Iqbaal terdiam mendengar ucapan yang (Namakamu) lontarkan. Ia menatap kedua mata sendu (Namakamu) yang sedang memancarkan kekesalan. Gadis itu menatap tajam Iqbaal yang hanya terus menatapnya.
"Fokus, aja, sama hidup lo sendiri. Jangan sibuk ngurusin hidup gue. Nggak ada gunanya." Ucap (Namakamu) setelah itu melangkah pergi melewati Iqbaal begitu saja.
Iqbaal memutar badannya dan segera meraih tangan (Namakamu). "Gue--"
"Iqbaal!"
Baik Iqbaal dan (Namakamu) langsung menoleh ke arah sumber suara. Zidny, gadis itu sedang berlari kecil menghampiri keduanya, lebih tepatnya Iqbaal yang malah menghela nafas panjang.
Perlahan genggaman tangan Iqbaal pada tangan (Namakamu) merenggang dan akhirnya terlepas. Hampa. (Namakamu) tiba-tiba merasa hampa. Ia menggenggam sendiri tangannya, kemudian kembali melangkah meninggalkan Iqbaal.
"Hai!"
(Namakamu) tidak peduli. Untuk apa ia harus peduli, di saat Iqbaal bahkan tidak peduli padanya.
"Makasih udah nemenin aku sampe sembuh kemaren."
Langkah (Namakamu) terhenti. Ia jadi teringat bagaimana paniknya Iqbaal saat menerima telfon kemarin sore. Pria itu juga sampai tidak menghubunginya sama sekali, walau hanya sekedar untuk bertanya kabarnya.
"Maaf, ya, ngerepotin. Aku janji, aku nggak akan sakit lagi."
(Namakamu) memejamkan mata dan menghela nafas panjang. Setelah itu, ia kembali melangkah santai. Terlalu mencintai Iqbaal membuatnya terus kecewa. Lantas apa akhirnya (Namakamu) harus menyerah saja?
🍃🍃🍃
"Udah, jangan gangguin mereka. Biarin mereka nyelesaiin masalah mereka dulu." Ucap Bastian seraya menahan kedua bahu Devano.
Devano berdecih dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Saat itu juga, Devano beranjak dari duduknya dan menatap (Namakamu) yang sedang melangkah cepat ke arahnya. Sedangkan Bastian sudah jaga-jaga agar Devano tidak pergi.
"Bastian, lepasin Devano."
Bastian hampir terjungkal melihat kehadiran (Namakamu) yang tiba-tiba. Ia menatap Devano sejenak, sebelum akhirnya membiarkan pria itu pergi bersama (Namakamu).
Di sisi lain, Iqbaal menatap Zidny yang baru saja mengajaknya pergi ke kantin bersama. Ia tersenyum, kemudian menggeleng pelan.
"Kamu ke kantin sendiri, ya, hari ini. Aku ada urusan. Nggak papa, kan?"
Zidny terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk paham. "Iya, nggak papa. Aku juga di bawain bekal sama bunda. Kalo gitu, aku balik ke kelas, ya. Bye, Baal."
Iqbaal mengangguk dan menatap Zidny yang melangkah cepat menuju kelasnya. Tak lama setelah itu, ia segera berlari menyusul (Namakamu) yang entah ke mana.
Bastian mengalihkan pandangannya ke arah Iqbaal yang baru saja memasuki kantin dengan langkah cepat. Ia bangkit dan menatap Iqbaal yang sedang menatapnya.
"Barusan (Namakamu) pergi sama Devano." Ucap Bastian yang mengerti maksud dari tatapan Iqbaal padanya.
Pria berambut hitam cepak itu menghela nafas dan duduk di bangku yang di duduki Bastian tadi. Ia memijat pelan pangkal hidungnya. Kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔
Fanfiction"Love is when the other person's happiness is more important than your own."-H.Jackson Brown, Jr. Iqbaal Dhiafakhri, pria tampan dengan sejuta pesonanya. Zidny Iman, gadis cantik paling beruntung. Dan (Namakamu) Anandita, gadis yang paling mudah ber...