Spin off : Pertama Mengenal

2.9K 292 10
                                    

Adakah yang masih menyimpan cerita ini di library? Entah kenapa gue belum bisa move on dari cerita ini. Perjuangan ngetiknya tuh nano-nano. Cerita ini berkesan buat gue pribadi sebenernya, wkwkwk. So, emang nggak ada extra part but gue mau bikin spin off buat Iqbaal, nk, dan Devano.

Happy reading~

Iqbaal spin off

Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata SMP? Masa yang baru, menyenangkan, seru, fase remaja, dan hal lainnya lagi yang terdengar sangat berkesan. Namun bagi seorang Iqbaal Dhiafakhri, SMP atau sekolah menengah pertama adalah saat di mana ia tumbuh menjadi seorang remaja yang memiliki banyak teman, tak terkecuali seseorang yang sangat ia inginkan untuk bisa menjadi sahabatnya.

Pagi ini, gerbang SMP Bakti Luhur di penuhi dengan kendaraan-kendaraan para wali murid yang mengantarkan anaknya untuk mengikuti masa orientasi siswa di hari pertama. Iqbaal memandang pagar sekolahnya dari kejauhan. Kedua kakinya mempercepat kayuhan sepedanya, membuat kendaraan ber-roda dua itu melaju lebih cepat dari sebelumnya.

Ia berbeda. Jika semua murid berbondong-bondong menggandeng kedua orang tuanya atau salah satu dari kedua orang tuanya untuk ikut serta mengantarnya ke sekolah, maka tidak untuk Iqbaal. Laki-laki kecil berbehel itu memilih untuk menaiki sepeda bmx-nya daripada harus merepotkan ayah atau bundanya agar salah satu dari mereka mengantarnya ke sekolah. Ia ini anak mandiri, bukan anak manja yang apa-apa harus di bantu oleh orang tuanya. Menurut Iqbaal, semakin bertambah usianya, maka ia harus menambah kemandiriannya dan meninggalkan sifat manjanya semasa duduk di bangku sekolah dasar dulu. Sekarang ia adalah siswa SMP.

"Permisi~"

Iqbaal turun dari sepedanya, kemudian menuntun sepedanya sampai parkiran yang berada tidak jauh dari pagar sekolah. Ia meletakkan sepedanya di bagian yang mudah di jangkau. Jadi saat pulang nanti, ia tidak perlu susah payah untuk mengambil sepedanya karena banyaknya sepeda-sepeda lain yang terparkir.

Di sekolah ini, Iqbaal tidak sendiri. Teman satu sekolahnya saat SD juga ada yang daftar sekolah di sini. Namanya Bastian, laki-laki berwajah tengil yang sukanya petakilan, nggak pernah bisa diam barang semenit saja. Dia adalah sohib yang paling Iqbaal sayangi. Selama enam tahun bersekolah di SD-nya, Bastianlah teman sekelas bahkan sebangkunya. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menjalin persahabatan.

Iqbaal merapikan seragam putih birunya yang masih berbau baru. Semalam seragam barunya ini baru selesai di jahitkan dan hari ini sudah ia pakai saja.

"Baal!"

Sontak Iqbaal yang terkejut dengan panggilan itu pun menoleh. Bastian datang, bersama dengan atribut MOS yang di tentukan oleh para senior dan sepedanya. Topi kerucut, papan nama dari kardus, tas dari kresek, kaos kaki warna-warni, dan sepatu dengan warna berbeda.

"Aduh! Ini topi diem dulu napa!" Dumel Bastian seraya membenarkan topinya yang terlepas. "Wey! Baal!" Sapanya pada Iqbaal yang masih berdiri di dekat sepedanya. Bastian menuntun sepedanya dengan cepat dan memarkirkan sepedanya di sebelah sepeda Iqbaal.

"Gue deg-degan~ Apa gue lagi jatuh cinta, ya?" Tanya Bastian dengan wajah polos dan tangan kanannya yang memegang dada kirinya.

Sontak Iqbaal langsung menjitak kepala Bastian dengan keras. "Gue jitak, biar otak lo agak bener dikit." Ucap Iqbaal yang kemudian melangkah mendahului Bastian.

Bastian mengerucutkan bibirnya, kemudian melangkah mengikuti Iqbaal dengan tangan kanannya sibuk mengusap kepalanya bekas jitakan Iqbaal. Tangan Iqbaal memang kecil, tapi kalau sudah menjitak rasanya sangat sakit. Kecil-kecil cabe rawit, itu kalau kata Bastian.

🍃🍃🍃

Setelah melakukan apel pembukaan, semua peserta MOS di bentuk perkelas sesuai dengan urutan nilai nemnya. Iqbaal yang menempati urutan pertama nilai nem tertinggi dan Bastian yang menempati urutan ke sepuluh masuk ke dalam kelas pertama. Keduanya tampak antusias dengan hari pertama masa orientasi ini.

"Kakak osisnya cantik-cantik, ya, Baal. Gue nggak salah pilih sekolah." Ucap Bastian seraya memperhatikan seniornya yang sedang memanggil satu persatu nama teman yang akan menjadi teman sekelas sementaranya.

Iqbaal tidak menghiraukan. Ia memperhatikan satu persatu siswa-siswi yang di panggil mulai dari nilai terendah. Beberapa saat kemudian, barulah kelas pertama mulai di panggil satu persatu siswanya.

"Bastian Bintang!" Teriak senior perempuan yang menjadi pusat perhatian Bastian.

Bastian tersenyum lebar, kemudian menepuk pundak Iqbaal untuk mengatakan bahwa ia akan lebih dulu masuk. Iqbaal hanya mengangguk dan menatap punggung Bastian yang perlahan menghilang di balik pintu kelas.

"Nanti duduknya sama aku, ya?"

"Tapikan duduknya sesuai urutan."

Iqbaal menoleh ke arah dua orang gadis yang tengah mengobrol. Salah satu di antaranya menyita perhatian Iqbaal karena wajahnya yang tampak antusias. Terlihat lucu di mata Iqbaal. Apalagi dengan rambut di kuncir dua dan topi kerucut yang berada di antara kuncirannya. Terlihat seperti seorang gadis yang sedang merayakan ulang tahun.

"Ramanda Wijaya!"

"Tuh, tuh! Sana masuk." Ucap gadis berwajah sedikit kebulean itu.

Iqbaal terkekeh melihat tangan kecil gadis itu mendorong temannya. Entah mengapa semua yang ada pada gadis itu terlihat lucu. Apalagi mata coklatnya yang selalu berbinar.

"(Namakamu) Anandita!"

Iqbaal melihat gadis itu berdiri dan masuk ke dalam kelas. 'Jadi namanya (Namakamu)? Cantik.' Batinnya.

"Iqbaal Dhiafakhri!"

"Iya!"

Iqbaal memasuki kelas. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang gadis yang tadi ia perhatikan duduk sendiri di bangku depan sebelah pintu. Seorang senior menepuk pundaknya dan menunjuk bangku kosong di sebelah gadis itu, menyuruhnya untuk segera duduk di bangku kosong tersebut.

Dengan langkah yang tidak terlalu lebar, Iqbaal mendekati bangku tersebut dan duduk dengan tenang. Sebuah tangan tiba-tiba terulur. Ia menoleh dan menatap gadis di sampingnya tersenyum lebar. "(Namakamu), kamu?" Tanyanya.

Awalnya Iqbaal hanya diam, namun akhirnya menerima jabatan tangan gadis itu. "Iqbaal Dhiafakhri, panggil Iqbaal aja. A nya dua."

(Namakamu) terkekeh. "Iya, Iqba al."

"Bukan Iqba al, tapi Iqbaal. Tulisannya huruf a nya ada dua."

"Oh... gitu. Iya, iya. Iqbaal." (Namakamu) tersenyum lebar. "Salam kenal."

Iqbaal membalas senyuman lebar (Namakamu). Dari situ semuanya di mulai. Pertemanan menjadi sebuah persahabatan, persahabatan menjadi sebuah cinta, cinta menjadi sebuah perpisahan, dan berakhir menjadi sebuah kebahagiaan.

Tbc.

Silahkan berkomentar di bawah

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang