𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔

Spin Off : Pertama Kali

Apa arti persahabatan untuk kalian semua? Apakah persahabatan itu sangat indah? atau hanya sebuah hal sepele?

Setelah mengenal (namakamu), Iqbaal tahu bahwa hidupnya lebih berwarna. Tidak monoton seperti dulu. Bangun, sekolah, belajar, bermain bersama Bastian, pulang, bermain bersama Bastian lagi, belajar, dan akhirnya tidur. Kini kehidupan monotonnya berubah. Ada seseorang yang harus ia lindungi di belakang punggungnya. Ada seseorang yang harus selalu ia genggam erat karena takut hilang atau terluka. Ada seseorang yang berharap banyak kepadanya. Seseorang yang mampu memberikan warna lain kepada hidup Iqbaal.

(Namakamu).

Gadis yang lebih pendek darinya itulah yang mengubah semuanya. Iqbaal sangat menyayanginya, bahkan lebih dari Bastian yang notabenenya adalah sahabatnya sejak sekolah dasar. Jika ia memiliki Bastian yang petakilan dan bobrok. Maka ia juga memiliki (namakamu) yang selalu tersenyum pebar untuk menutupi semua kesedihannya.

Bersahabat dengan (namakamu) adalah sesuatu yang baru di hidup Iqbaal. Ia ingin selalu menjadi yang pertama melakukan banyak hal untuk (namakamu), melindungi gadis itu semampunya, menjadi sandaran kala gadis itu harus menumpahkan semua bebannya, dan menjadi seseorang yang bisa menjadi tempat (namakamu) untuk pulang.

Iqbaal tahu acara ulang tahun (namakamu) berakhir kacau. Semua rencana yang sudah ia susun rapi berantakan begitu saja karena ulah kedua orang tua (namakamu). Gadis itu menunggu kedatangan orang tuanya sejak pukul tujuh malam dan sampai pukul sembilan malam kedua orang tuanya belum ada kabar. Hingga akhirnya teman-teman (namakamu) yang sudah di undang satu persatu meninggalkan rumah (namakamu) setelah menikmati jamuan yang ada tanpa melihat adanya prosesi tiup lilin seperti acara ulang tahun pada umumnya.

(Namakamu) menangis, bahkan membuat seisi kamarnya berantakan karena luapan emosi gadis itu. Dan kini Iqbaal sedang memeluk gadis itu, mengusap kepalanya dengan lembut seraya menggenggam salah satu tangan gadis itu. Isakan masih terdengar sejak tadi, namun Iqbaal hanya mendengarkan tanpa ingin menghentikannya. Biarkan gadis itu lega.

"Gue bukan anak mama sama papa, ya?"

Pertanyaan (namakamu) membuat Iqbaal tersentak. Gadis itu menjauhkan diri dari Iqbaal dan menatap manik mata hitam Iqbaal dengan tatapan sendunya. "Kenapa mama sama papa nggak pernah bisa kayak bunda sama ayah lo, Baal? Gue, kan, butuh mereka."

Air mata (namakamu) kembali mengalir. Dengan cepat, Iqbaal mengusap kedua pipi (namakamu) dengan lembut. "Hei~ kan orang tua lo sibuk. Mereka, kan, cari uang buat lo. Gini, deh, pikirin. Kalo misalkan orang tua lo nggak kerja mana mungkin lo bisa ngerayain ulang tahun malem ini."

"Kalo gitu gue nggak butuh ngerayain ulang tahun. Gue cuma butuh mereka. Gue pengen punya mama kayak bunda lo yang selalu ada buat nemenin lo, kasih nasihat ke lo, sayang sama lo. Gue juga pengen punya papa kayak ayah lo yang selalu nganter lo sekolah, ngelakuin banyak hal bareng, terus belajar bareng. Gue pengen bisa kayak lo, Iqbaal." Ucap (namakamu) lirih yang kemudian kembali menangis.

Iqbaal menarik gadis itu kembali ke dalam pelukannya. Ini pertama kalinya Iqbaal melihat betapa rapuhnya sahabatnya itu. Sejak pertemuan pertamanya dengan (namakamu) yang selalu Iqbaal tahu adalah (namakamu) adalah anak yang ceria. Namun kini ia tahu, semua tawa bahkan senyuman lebar yang selalu gadis itu berikan pada Iqbaal hanyalah sebuah benteng untuk menutupi kerapuhannya.

"Stt... udah, ya? Gimana kalo malem ini lo nginep di rumah gue? Nanti gue kasih kadonya di rumah. Gimana?" Tanya Iqbaal.

(Namakamu) yang masih sibuk menangis hanya mengangguk pelan. Apapun itu, semoga apa yang Iqbaal rencanakan ini bisa mengubah mood (namakamu).

🍃🍃🍃

"Hahaha... ih! Gue nggak nyangka ukurannya pas! Hahaha..."