29. Akhirnya Kenyataan itu Datang

3.2K 484 76
                                    

Semalaman (Namakamu) berpikir bahwa apa yang di ucapkan Devano itu hanya bagian dari bunga tidurnya. Sejak Devano meninggalkan (Namakamu) di dekat api unggun itu, gadis itu hanya diam memandang langit. Ia merenungkan apa saja hal yang selama ini ia dan Devano lewati bersama. Ia juga merenungkan alasan mengapa ia tidak bisa membalas perasaan pria itu, padahal ia tidak memiliki alasan kuat untuk terus mempertahankan hatinya untuk Iqbaal.

"Morning!"

(Namakamu) sontak menoleh, kemudian tersenyum ke arah Iqbaal yang baru saja duduk di sampingnya. "Morning too."

"Gimana semalem? nyenyak nggak tidur lo?" Tanya Iqbaal seraya memeluk kedua kakinya yang tertekuk.

(Namakamu) menghela nafas dan mengangguk cepat dengan senyuman yang terulas. Iqbaal pun hanya mengangguk. Ia merasa ada yang sedikit aneh dengan (Namakamu).

"Lo--"

"Perhatian! Perhatian!"

Iqbaal mengurungkan niatnya untuk bertanya. Ia menatap (Namakamu) sejenak sebelum akhirnya mengalihkan atensi pada sang ketua osis. Namun ia malah menemukan Devano yang berdiri cukup jauh darinya dan (Namakamu) yang sedang menatap ke arahnya. Bukan, lebih tepatnya ke arah (Namakamu).

"Oke, pagi ini kita bakal ngelakuin jelajah medan menyusuri jalanan hutan dengan arah yang sudah di tentukan. Di mohon kepada kalian semua untuk tidak bergurau selama pada perjalanan agar semua aman terkendali seperti yang sudah di rencanakan. Dan kalian sudah di bagi menjadi beberapa kelompok. Tugas kalian adalah mencari bendera beserta kotak yang sudah di sebar di dalam hutan. Isinya adalah kejujuran kalian yang sudah kalian semua kumpulkan kepada panitia semalam. Jadi untuk nama yang saya panggil, silahkan maju dan mengambil list anggota kelompok di saya."

Penjelasan sang ketua osis akhirnya selesai. Satu persatu anak yang namanya di sebutkan maju untuk mengambil lembaran berisikan list nama anggota kelompok, termasuk Iqbaal yang kini beranjak menuju ke arah sang ketua osis.

Tak lama kemudian, Iqbaal kembali duduk di sebelah (Namakamu) dan menyerahkan lembaram tersebut pada (Namakamu). Dengan segera, (Namakamu) menerima lembaran itu dan melihat siapa saja anggota kelompoknya.

Kelompok Biru

1. Iqbaal Dhiafakhri
2. Devano Danendra
3. (Namakamu) Anandita
4. Alvaro Maldini
5. Bastian Steel
6. Clara Putri

(Namakamu) menghela nafas dan akhirnya menyerahkan lembaran itu kembali kepada Iqbaal. Ya... setidaknya masih ada Aldi dan Bastian yang bisa lebih baik dalam hal menemaninya untuk saat ini.

Semua peserta kemah bangkit dan mulai berkumpul dengan anggota kelompoknya. Iqbaal sendiri langsung menarik tangan (Namakamu) untuk berkumpul bersama dengan Bastian, Aldi, dan Devano yang sudah berkumpul terlebih dahulu.

"Aku nggak nyangka kita bakal satu kelompok." Ucap Bastian seraya menatap Iqbaal dan Aldi dengan tatapan dramanya. Sedangkan yang di tatap hanya bergidik ngeri.

"Yang namanya Clara Putri yang mana, sih?" Tanya Iqbaal seraya menatap Aldi. Seingatnya nama Clara Putri itu adalah nama teman dekat Zidny di kelas gadis itu.

"Itu, tuh." Ucap Aldi seraya menunjuk ke arah belakang Iqbaal dengan dagunya.

Iqbaal menoleh dan menatap gadis berambut panjang yang sedang melangkah ke arah mereka. Dugaannya benar, gadis itu adalah teman dekat Zidny yang biasa Zidny ajak ke kantin bersama.

"Hai, guys!" Sapanya antusias yang mendapat berbagai respon dari teman sekelompoknya.

Clara hanya tersenyum. Ia beralih menatap (Namakamu) yang berdiri di antara Iqbaal dan Devano. "Hai, (Namakamu)." Sapanya dengan senyuman yang melebar.

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang