13. Diary

4K 557 31
                                    

Sebuah plester akhirnya terpasang di kedua lutut (Namakamu). Devano menghela nafas, kemudian menutup kotak P3K yang ia ambil di lemari dekat dapur tadi. Ia menatap (Namakamu) yang menunduk, kemudian beranjak dan duduk di samping gadis itu.

"Masih sakit, ya? Kaki lo lurusin, gih." Ucap Devano seraya menatap (Namakamu) yang masih menunduk.

Tak lama kemudian, gadis itu menghela nafas dan menatap Devano dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya. "Makasih udah mau bantuin gue tadi. Maaf ngerepotin."

"Sama-sama. Itu juga jadi kewajiban gue. Kan Aldi minta tolong ke gue." Ucap Devano di akhiri dengan senyuman manisnya.

(Namakamu) hanya mengangguk paham. Ia menatap Devano sedikit ragu, sebelum akhirnya membuka suara. "Dev..." Devano menoleh dengan kedua alis terangkat. "Gue boleh curhat sama lo?"

🍃🍃🍃

Jam menunjukkan pukul lima sore. Iqbaal memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya. Ia keluar dan tidak lupa membawa tas sekolah milik (Namakamu). Dengan langkah santai, Iqbaal membawa tas (Namakamu). Ia harus segera mengembalikan tas itu pada pemiliknya.

Buk!

Iqbaal menoleh dan mendapati sebuah buku sedikit tebal tergeletak di dekat ban mobilnya. Dahinya berkerut dan ia pun segera mengambil buku tersebut. Buku itu terbuka, jadi tanpa sengaja Iqbaal berhasil membaca salah satu tulisan pada halaman buku yang Iqbaal yakini adalah buku harian milik (Namakamu).

27 Desember 2017

I wish I can tell about all to you tonight. But I can't. I just can say congrats to you and hide all again and again.

Iqbaal menutup buku tersebut dan memasukkan ke dalam tasnya. Ia segera melanjutkan langkah menuju rumah (Namakamu) yang terletak di seberang rumahnya.

Langkah Iqbaal terhenti. Ia menatap Devano yang sedang menangkup wajah (Namakamu). Gadis itu tampak menangis sesenggukan. Ia menatap (Namakamu) yang tampak sedang bercerita dan berakhir dengan Devano yang berusaha menenangkan gadis itu.

Iqbaal meletakkan tas (Namakamu) di depan pintu dan kembali melangkah pergi dari rumah tersebut. Jujur, ia cemburu. Tapi siapa dia untuk (Namakamu) selain sahabat?

Di sisi lain, Devano mengusap kepala (Namakamu) dengan lembut. Ia bingung harus mengatakan apa untuk merespon curhatan (Namakamu). Ternyata tebakannya selama ini benar. (Namakamu) menyukai Iqbaal, bukan, (Namakamu) mencintai Iqbaal. Kenyataan yang bahkan tidak pernah Devano harapkan. Padahal ia berharap tebakannya selama ini salah.

"Gue pengen mundur. Tapi gue nggak bisa. Gue terlalu sayang sama dia. Apa yang harus gue lakuin, Dev?" Tanya (Namakamu) di sela isak tangisnya.

Devano terdiam. Hatinya terasa sangat perih mendengar lirihan (Namakamu). Namun ia berusaha menutupinya dengan senyuman. "Kalo boleh... gue bakal bantuin lo. Lo mau, kan, gue bantuin?"

Ucapan Devano membuat (Namakamu) menatapnya. Dengan cepat gadis itu menggeleng. Ia melepas pelukan Devano dan menunduk. "Jangan. Gue nggak mau jadiin lo pelampiasan. Cukup gue yang ngerasa sakit di sini, lo jangan. Biar gue berusaha sendiri. Gue bisa, kok."

"Gue nggak pernah ngerasa kalo gue pelampiasan lo. Malah gue seneng banget bisa terus bantuin lo."

'Bahkan sesakit apapun dan separah apapun lukanya. Gue bakal lakuin apapun. Dengan deket sama lo, itu udah cukup banget buat gue.'

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang