48. Kamu Alasanku

3K 525 35
                                    

Besoknya, Iqbaal benar-benar berangkat menuju Australia. Setelah malamnya memesan tiket pesawat dan paginya Iqbaal pergi menuju kantor terlebih dahulu untuk meliburkan seluruh karyawannya dan meminta sekretarisnya untuk meng-cancel semua rapat bersama klien sampai nanti kepulangannya.

Pukul sembilan tepat, barulah Iqbaal menuju bandara dan take off untuk menuju Australia. Ia mengajak Aldi ikut serta dan tentunya Aldi tanpa berpikir langsung mengiyakan ajakan Iqbaal. Keduanya akan berada di Australia sekitar dua minggu, karena katanya Aldi juga ada pekerjaan di sana.

Pesawat sudah benar-benar berada di langit. Perlahan mulai menembus awan dan memperlihatkan betapa indahnya hamparan putih seperti kapas itu. Pesawat juga dalam keadaan stabil yang memperbolehkan penumpangnya untum melakukan beberapa aktivitas seperti mendengarkan musik atau mengobrol ringan.

Iqbaal yang kebagian bangku di dekat jendela hanya sibuk memandangi hamparan putih bak kapas yang menurutnya sangat indah. Namun tetap saja tidak akan merebut fokusnya yang hanya tertuju pada gadis yang selama tujuh tahun selalu ia rindukan setiap harinya. Hari ini, ia akan bertemu gadis itu jika bisa. Walau tidak bisa, ia masih memiliki hari lain untuk bertemu gadis itu.

"Lo pasti ketemu sama (Namakamu). Lo tenang, aja." Ucap Aldi yang tahu bahwa Iqbaal pasti terus memikirkan sepupunya.

Iqbaal mengangguk pelan dan tersenyum tipis. Ia kembali terfokus pada pemandangan luar jendela. Ia tidak akan bisa berhenti memikirkan (Namakamu) sebelum nanti ia bisa bertemu langsung dengan gadis itu.

🍃🍃🍃

Setelah kurang lebih tujuh jam melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Sydney, akhirnya Iqbaal dan Aldi pun sampai. Keduanya di sambut oleh Bastian yang sudah menunggu mereka sejak satu jam sebelum jam kedatangan.

"Gue kira lo cuma bercanda bakal langsung ke sini." Ledek Bastian seraya mencolek dagu Iqbaal.

Aldi langsung memukul tangan Bastian cukup keras. "Geli, Bas. Punya temen gini amat."

Iqbaal terkekeh pelan. Ia langsung merangkul Aldi dan Bastian, kemudian mempercepat langkahnya membuat kedua temannya itu memprotesnya. Ya... ia melakukan ini juga karena ingin cepat sampai hotel. Ia lelah.

🍃🍃🍃

Pemandangan kota Sydney yang kini menjadi fokus Iqbaal. Lampu-lampu yang bersinar terang menjadikan kota Sydney malam ini tampak indah. Secangkir cappucino menemani Iqbaal yang sejak satu jam yang lalu duduk menyendiri di balkon kamar hotelnya. Aldi dan Bastian sudah larut ke dalam mimpinya sejak mereka sampai di hotel.

Tak lama kemudian, Iqbaal mengeluarkan ponselnya yang sudah tersambung dengan headset. Ia menyumpal kedua telinganya dengan headset dan membiarkan lagu favoritnya terputar.

Manik mata Iqbaal beralih memandang ke arah langit malam. Ternyata bintang memenuhi langit malam ini. Ia menghela nafas. Ia ingin malam cepat berganti pagi agar ia bisa segera menemui (Namakamu).

"Apa kabar lo, ya, (Nam...)? Sekarang kira-kira lo masih suka naik sepeda apa nggak ya?" Gumam Iqbaal seraya bersendekap.

Tiba-tiba tatapan Iqbaal berubah sendu. Perlahan manik matanya turun dan ia sedikit menunduk. "Apa lo masih sendiri? Atau... apa perasaan lo ke gue masih sama?"

Dan Iqbaal tahu, itu adalah kemungkinan yang ia takutkan. Ia harap perjuangannya selama tujuh tahun mencari gadis itu tidak sia-sia. Ia harap, ia tidak terlambat menemukan gadis itu.

🍃🍃🍃

Pagi menjelang. Kamar hotel Iqbaal sudah di ramaikan dengan debat dadakan Aldi dan Bastian yang sibuk merebutkan sekotak sereal. Dan ini adalah kesalahan Bastian yang mengiming-imingi Aldi pertama kali.

Iqbaal yang sudah siap dengan jaket tebal berwarna hitam, jeans, dan sepatu fantofelnya berdecak. Ia berjalan cepat menghampiri keduanya dan langsing merebut sereal yang ada di tangan Aldi. Sontak keduanya langsung menatap tajam Iqbaal yang balik menatap tajam keduanya.

"Baal, balikin." Ucap Bastian dengan suara rendahnya. Tangan pria itu sudah terulur ke depan wajah Iqbaal.

Iqbaal beralih mengintip sekotak sereal itu, kemudian membuangnya dengan santai. Sedangkan Aldi dan Bastian sudah menganga seraya menatap melas ke arah kotak sereal yang sudah terbalik di dalam tempat sampah, itu artinya sisa sereal yang ada sudah tumpah.

"Wah! Ngajak ribut lu, Baal! Hayuk! Sini ribut!" Teriak Bastian seraya melipat kedua lengan bajunya.

"Heh! Kita lagi di hotel. Sarapannya juga dari hotel. Jangan kayak orang nggak pernah nginep di hotel, deh." Ucap Iqbaal seraya menatap tajam ke arah Aldi dan Bastian.

"Oh, iya. Maaf, keseringan tinggal sendiri di apartemen jadi gini, deh." Ucap Aldi dengan cengiran khasnya. Bastian hanya mengangguk menyetujui ucapan Aldi.

Iqbaal menghela nafas. "Ya udah, ayo kita sarapan. Nggak penting banget rebutan sereal. Mending rebutan gue, kan?"

"Gue tampol lu, Baal!"

🍃🍃🍃

Lalu lalang pejalan kaki, suara deru kendaraan, beberapa pemusik jalanan, dan hiruk pikuk pusat kota tidak menghalangi Iqbaal untuk menikmati kesendiriannya pagi ini. Aldi dan Bastian sedang mencari makanan cepat saji. Jadi karena Iqbaal malas menunggu, akhirnya ia memilih untuk jalan-jalan sebentar.

Keramaian kota Sydney entah mengapa membuat Iqbaal bersemangat. Beberapa orang juga tersenyum ke arahnya. Kedua kaki panjangnya melangkah santai menapaki jalanan. Beberapa kali Iqbaal merapatkan jaketnya karena hawa dingin kota Sydney pagi ini.

Hingga beberapa saat kemudian, ia menemukan sebuah toko perhiasan. Ia jadi teringat dengan bundanya di Indonesia. Semalam bahkan bundanya menyuruhnya untuk segera menuju Australia. Wanita paruh baya itu juga menawarkan diri untuk ikut serta. Untungnya ia bisa membujuk bundanya untuk beristirahat saja di rumah.

Kedua kaki Iqbaal melangkah memasuki toko perhiasan tersebut. Seorang penjaga toko menyapanya ramah dan langsung mengarahkannya ke tempat perhiasan-perhiasan yang menurut Iqbaal akan sangat indah di pakai bundanya.

"Can I look this?" Ucap Iqbaal seraya menunjuk sebuah cincin berwarna perak yang di hiasi dengan beberapa permata.

Iqbaal menatap cincin di depannya itu. Bundanya pasti akan suka dengan hadiahnya ini. Simpel namun indah.

🍃🍃🍃

"Halo? Kenapa? Oh~ Gue..." Iqbaal memandangi sekitarnya. "Gue rada jauh dari tempat tadi. Kita ketemu nanti, aja. Lo sama Bastian bisa ke tempat lain dulu. Gue masih pengen jalan sendirian dulu. Hmm.. Terserah lo, deh. Iya. Hmm.."

Iqbaal membasahi bibirnya dan kembali mengantongi ponselnya. Ia akan melanjutkan jalan-jalannya. Ia mulai lapar. Padahal biasanya dengan sarapan sandwich saja ia sudah kenyang.

Bruk!

"I'm sorry~"

Bak sebuah film slow motion, Iqbaal menoleh. Kedua matanya meredup dan menatap sendu seorang gadis di hadapannya. Sedangkan gadis di hadapannya tampak terkejut dengan kehadirannya di sini.

"(Namakamu)..."

Gadis yang menabraknya adalah alasan mengapa ia berada di sini.

Tbc.

Besok up lagi😌😌

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang