26. Just Forget It for A Moment

3.1K 504 20
                                    

Iqbaal menempelkan dua sendok dingin yang baru saja ia ambil dari kulkas ke kedua mata (Namakamu) yang bengkak. Gadis itu hanya diam seraya sesekali menghela nafas. Gadis itu tampak lelah. Iqbaal sudah beberapa kali menyarankan untuk tidak ikut dan ia akan menemani, namun gadis itu menolaknya dan mengatakan mungkin dengan kemah ia bisa melupakan sejenak masalahnya. Dan tentunya Iqbaal hanya menyetujui pilihan yang gadis itu ambil dengan syarat selama berada di Bandung, gadis itu harus terus bersamanya.

"Zidny gimana?" Tanya (Namakamu) di sela Iqbaal yang sibuk merawat matanya.

Iqbaal mengangkat sebelah alisnya. "Apanya yang gimana?" Tanyanya balik.

"Ya... lo bilang kan waktu di Bandung gue harus terus sama lo. Zidny gimana? Emangnya dia nggak ikut?"

Iqbaal menghela nafas, kemudian membasahi bibirnya. "Nggak. Zidny nggak ikut. Nggak boleh sama orang tuanya. Padahal gue juga udah ikutan buat minta ijin. Tapi katanya orang tuanya nggak bisa percaya sama gue. Jadi ya udah, dia nggak ikutan." Ucap Iqbaal santai. Sebenarnya ia juga tidak berharap Zidny akan ikut dalam acara kemah ini.

Kedua mata (Namakamu) menyipit. Ia menatap Iqbaal intens. "Wah~ kayaknya lo bakal susah jadiin Zidny masa depan lo. Ck.. ck.. orang tuanya pasti pilih-pilih buat kasih restu. Lo kurang ganteng kali." Ledek (Namakamu) di akhiri dengan tawa renyahnya.

Iqbaal menatap (Namakamu) yang masih tertawa mengejeknya, kemudian membuka suara, "Masa depan? Gue nggak ngarepin Zidny jadi masa depan gue. Ada seseorang yang lebih gue harepin dari Zidny."

"Oh, ya? Siapa?"

Kedua manik mata Iqbaal menatap lekat wajah gadis di hadapannya ini. Perlahan ia mendekatkan bibirnya ke telinga (Namakamu) dan mulai berbisik.

"Cinta pertama gue. Dan jangan tanya lo kenal dia atau nggak. Lo sangat kenal baik sama dia." Bisik Iqbaal yang berakhir dengan wajah penuh tanya (Namakamu).

"Gue... kenal baik? Satu kelas sama kita? Atau... temennya Aldi? Lo kan sering juga tuh main sama Aldi. Atau jangan-jangan... mantan gebetannya Bastian? Gue juga kenal baik tuh sama beberapa mantan gebetannya Bastian." Tanya (Namakamu) yang lebih tepat di sebut menerka.

Gadis itu tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya melemparkan tatapan penuh tanyanya kepada Iqbaal. Yang di tatap hanya mengangkat kedua bahunya acuh, kemudian beranjak dari duduknya.

"Udah sana pulang dulu. Habis ini gue jemput ke rumah lo, terus langsung berangkat ke sekolah. Jangan lupa bawa yang anget-anget. Jangan bikin gue harus meluk lo nantinya." Ucap Iqbaal yang kemudian meninggalkan (Namakamu) yang memandang aneh ke arah Iqbaal.

Semakin lama berada di dekat Iqbaal membuatnya punya penyakit jantung dadakan.

🍃🍃🍃

Sejak sampai di sekolah, Iqbaal benar-benar tidak melepaskan genggamannya sedikit pun dari (Namakamu). Bahkan saat ia harus berkumpul dengan teman-temannya, Iqbaal masih terus menggenggam tangan (Namakamu), membuat sang pemilik berusaha melepaskan diri.

"Baal, gue nggak bakal ilang kali. Gue mau ketemu sama temen-temen gue." Rengek (Namakamu) seraya memandang ke arah teman-teman perempuannya yang cukup akrab dengannya yang sedang berkumpul di dekat bus kelasnya.

Hanya ada tiga bus yang akan berangkat, karena katanya hanya ada sekitar seratus lima puluh anak yang akan ikut. Mungkin kebanyakan tidak di perbolehkan karena ini acara yang OSIS buat dan tidak wajib di ikuti oleh semua anak. Dan yang (Namakamu) tahu, rata-rata yang mengikuti acara kemah ini adalah anak-anak pecicilan, hits, most wanted, dan pastinya kurang kerjaan.

"Ya udah. Entar ketemu di sana aja, Bro." Ucap Iqbaal seraya menarik tangan (Namakamu).

"Siap!" Balas Dika, salah satu teman Iqbaal yang sekelas dengan Zidny.

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang