24. Pacarnya, ya?

4.1K 561 96
                                    

Devano membuka lokernya dan meletakkan seragam olahraganya yang baru selesai ia gunakan. Ia baru saja bermain basket bersama beberapa temannya dan sekarang waktunya istirahat. Ia harus segera menuju kantin, karena biasanya (Namakamu) akan menunggunya di sana di jam istirahat seperti sekarang ini.

"DOR!!"

"Huuaaa!!"

Devano melotot menatap (Namakamu) yang kini terbahak seraya memegang perutnya. Sementara Devano masih terkejut dengan tangannya yang berada di dadanya.

"Lucu banget muka lo, sumpah! Hahaha..." Ucap (Namakamu) seraya mengusap sudur matanya yang berair.

Sedangkan Devano sendiri hanya terdiam seraya tersenyum tipis. Entah mengapa ia sangat suka melihat senyuman (Namakamu). Apalagi jika gadis itu tertawa dan membuat matanya setengah terpejam. Terlihat lucu baginya.

"Kok di sini?" Tanya Devano seraya mengunci lokernya.

(Namakamu) menyandarkan tubuhnya ke loker dan mengangkat dua buah kotak makan berwarna hijau sejajar dengan wajah Devano. "Gue bikin bekal pagi tadi. Jadi hari ini kita makan di taman, oke?"

Devano meraih satu kotak makan dan membukanya. Nasi goreng spesial dengan telur mata sapi di atasnya membuat senyumannya merekah. Ia menatap (Namakamu) tidak percaya, kemudian menutup mulutnya.

"Beneran ini lo yang bikin? Aaa! Nggak nyangka, lho."

(Namakamu) kembali tertawa melihat reaksi Devano yang berlebihan. "Nggak usah lebay." Cibirnya seraya terkekeh pelan.

Setelah itu, (Namakamu) melingkarkan tangannya di lengan Devano dan menarik pria itu untuk segera menuju taman dan makan bersama.

🍃🍃🍃

Iqbaal memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celananya. Sedangkan tangan kirinya masih di genggam oleh Zidny. Padahal ia sudah berkali-kali mengatakan kepada Zidny bahwa keduanya masih berada di lingkungan sekolah, namun Zidny tetap keras kepala yang akhirnya membuatnya menyerah.

"Terus ya, dia tuh malah jatuh. Padahal ngedorongnya pelan, lho."

Iqbaal hanya tersenyum tipis mendengar cerita singkat Zidny. Tidak ada yang harus di respon berlebihan dari cerita Zidny menurut Iqbaal. Malahan ia berpikir, cerita Zidny sama sekali tidak menarik.

"Zidny!"

Langkah keduanya terhenti saat sebuah teriakan memanggil nama Zidny. Iqbaal hanya menghela nafas dan terdiam menunggu Zidny yang sedang mengobrol bersama dengan temannya. Ia memilih mengedarkan pandangannya memandang taman sekolah yang ternyata lebih menarik dari gadis di sampingnya ini.

Hingga akhirnya, pandangannya terhenti pada dua orang manusia berbeda jenis yang sedang makan bersama seraya sesekali bercanda. Iqbaal maju selangkah dan menatap (Namakamu) yang tampak sangat bahagia. Bahkan ia sangat jarang melihat tawa gadis itu.

Dan sekarang dadanya menyesak.

Tidak pernah. Sekalipun perasaannya tidak pernah berubah kepada (Namakamu). Walaupun kini Zidny hadir ke dalam hidupnya.

Iqbaal ingin egois. Tapi jika keegoisannya hanya membawa kesedihan bagi (Namakamu), apa harus tetap ia lakukan? Tidak, ia tidak gila dengan harus merelakan kebahagiaan gadis itu.

Cinta tidak harus memiliki, kan?

🍃🍃🍃

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang