16. Full Day (2)

3.7K 530 41
                                    

Iqbaal meletakkan dua piring ke atas meja makan dan di tata rapi. Tidak lupa mengikutsertakan dua gelas susu hangat yang ia letakkan tepat di samping piring tersebut. Setelah itu, ia kembali fokus pada sandwich yang sudah ia buat beberapa buah. Kemudian ia meletakkan dua potong sandwich di dua piring tadi.

"Lho? Iqbaal?"

Iqbaal mengalihkan pandangannya dan tersenyum. Ia menatap (Namakamu) yang baru saja menuruni anak tangga. Gadis itu tampak baru selesai mandi. Tapi lucunya, gadis itu tetap terbalut dengan piyama bergambar doraemon.

"Belum mandi, ya?" Tanya Iqbaal yang sebenarnya menahan tawa gemas melihat penampilan (Namakamu) sekarang.

Berpiyama doraemon yang sedikit kebesaran, rambut di cepol asal, dan sandal rumahan putih berbentuk kelinci.

"Udah, dong. Gue baru bangun tuh selalu langsung mandi. Terus bersihin kamar." Ucap (Namakamu) mengelak. Ia tidak rela di katai belum mandi.

Iqbaal hanya mengangguk-angguk. "Terus kenapa masih pake piyama?"

"Emang kenapa? Piyama ini enak tau~ toh gue juga nggak kemana-mana."

"Ya udah, terserah."

Iqbaal beralih meletakkan dua potong sandwich ke piring (Namakamu). Tidak lupa memberikan secup kecil mayonaise yang biasanya menjadi teman sarapan sandwich gadis itu. Ia kemudian menarik kursi kosong di samping (Namakamu), kemudian duduk. Di ikuti dengan (Namakamu) yang baru saja duduk di sampingnya.

"Kenapa pagi-pagi lo udah ada di sini, aja?" Tanya (Namakamu), membuat Iqbaal yang hendak memakan sandwichnya menghentikan gerakannya.

Iqbaal meletakkan sandwichnya dan tampak berpikir sejenak. "Emang nggak boleh? biasanya juga kalo liburan gue ke sini tiap pagi. Ya, kan?" setelah itu ia kembali melanjutkan sarapannya.

(Namakamu) terdiam. Ia mengangguk dan mulai memakan sarapannya. Ia membuka suara seraya melirik ke arah Iqbaal. "Tapi kan sekarang posisinya udah beda. Lo udah ada Zidny. Kenapa nggak ke rumah Zidny, aja? Kemaren seharian lo sama gue, lho. Emang dia nggak nyariin lo gitu?"

Iqbaal menghentikan kunyahannya. Ia menatap (Namakamu) yang sedang sibuk mengunyah sandwich buatannya. Gadis itu balik menatapnya dan mengangjat kedua alisnya.

"Nggak boleh? Ya udah, gue pulang."

"Ih! Bukan gitu maksudnya. Emang Zidny nggak marah kalo lo nemuin gue mulu? Secara dia kan calon pacar lo. Mungkin dia bakal marah gitu kalo lo liburan sama gue mulu."

Iqbaal meneguk susunya hingga tersisa setengah gelas, kemudian menjawab. "Nggak akan. Dia juga katanya mau pergi sama temen-temennya. Daripada gue harus ikutin dia, kan? Mending gue di sini, aja, main sama lo." Ucap Iqbaal yang setelah itu kembali menyantap sarapannya..

(Namakamu) hanya menghela nafas dan kembali pada sandwichnya. Ia bersyukur jika Iqbaal ternyata masih ingat padanya. Setidaknya dalam dua hari ini ia tidak akan kesepian lagi. Setidaknya ia akan merasa bahagia dalam dua hari ini, sebelum nantinya ia harus kembali pada kenyataan bahwa Iqbaal bukan miliknya.

🍃🍃🍃

Setelah selesai sarapan, Iqbaal menarik tangan (Namakamu) menuju taman belakang rumah gadis itu. Katanya ia punya sebuah kejutan kecil untuk (Namakamu). Dan dengan antusias, (Namakamu) menanggapi ucapan Iqbaal.

Keduanya kini sudah berdiri di teras taman belakang rumah (Namakamu). Iqbaal mengedarkan pandangannya, kemudian menunjuk ke arah makhluk kecil yang sedang berlarian di atas rumput basah taman belakang.

"Oh my god! so cute!"

Iqbaal tertawa mendengar pekikan gemas (Namakamu). Dengan segera, gadis itu berlari mengejar kucing berbulu putih abu-abu yang sedang sibuk mengejar kupu-kupu. Gadis itu segera menangkap dan menggendong kucing tersebut.

"Suka, nggak?" Iqbaal melangkah menghampiri (Namakamu) dan ikut mengelus kucing yang berada di gendongan (Namakamu).

(Namakamu) yang sibuk menciumi kucing yang cukup berisi itu hanya mengangguk. Gadis itu tampak sangat bahagia walau hanya karena kucing. Iqbaal juga ikut bahagia.

🍃🍃🍃

(Namakamu) merebahkan tubuhnya di sebelah Iqbaal yang sedang bersandar di punggung kasur. Ia segera bersandar di punggung kasur seperti apa yang Iqbaal lakukan. Tak lupa seraya memeluk sebungkus besar popcorn manis di tangannya.

Tiba-tiba, Iqbaal menarik lengan (Namakamu), membuat gadis itu akhirnya setengah tiduran dengan kepala yang bersandar di pundah Iqbaal.

"Udah, gini aja. Biar leher lo nggak sakit." Ucap Iqbaal santai, kemudian mulai fokus.

(Namakamu) hanya mampu terdiam. Ia juga mulai memfokuskan diri pada film yang mulai terputar. Namun perhatiannya tetap saja beralih ke arah Iqbaal yang sedang fokus. Ia menatap Iqbaal lekat.

'Gue berharap ini semua bukan mimpi, Baal. Kalo pun ini mimpi, gue nggak akan pernah mau bangun.'

(Namakamu) membenarkan posisi kepalanya, mencari posisi ternyamannya di bahu Iqbaal. Sedangkan tanpa (Namakamu) sadari, tangan kanan Iqbaal memeluk (Namakamu). Sesekali tangan itu mengusap kepala (Namakamu) lembut.

Iqbaal melirik (Namakamu) yang tampak fokus pada film yang mereka putar. Sesekali gadis itu memakan popcornnya.

'Andai semua berjalan sama kayak apa yang hati gue rancang, mungkin sekarang gue bakal jadi cowok terberuntung bisa dapetin lo. Sayangnya, gue cowok yang beruntung jadi sahabat lo, nggak lebih.'

"Kalo lo jadi cowok itu, siapa yang bakal lo pilih, Baal?" Tanya (Namakamu) tiba-tiba.

Iqbaal mengalihkan pandangannya ke arah televisi. Adegan dua orang gadis yang tengah mengalami kesulitan dan meminta bantuan pria itu. Dua gadis yang sama-sama ada di hati pria itu. Cinta pertama dan cinta keduanya.

"Baal?"

"Eh? kenapa?"

"Lo bakal pilih siapa?"

Iqbaal terdiam sejenak. "Ee... gue bakal pilih pergi."

Dahi (Namakamu) berkerut. "Kok malah pergi?"

"Karena pilihan itu, bakal jadi pilihan tersulit buat gue. Gue nggak bisa milih salah satu di antara mereka kalo pada kenyataannya mereka sama-sama milikin hati gue."

'Kayak posisi gue sekarang. Gue sayang sama Zidny. Tapi gue jauh lebih sayang ke lo, (Nam...).'

(Namakamu) terkekeh. "Udah, udah. Lo malah baper gitu." Ucapnya dengan nada meledeknya.

"Gue serius. Gue nggak lagi baper."

(Namakamu) menatap Iqbaal. "Cinta pertama lo kan cuma satu. Cuma Zidny. Iya, kan?"

'Lo nggak ngerti, (Namakamu).'

Iqbaal tertawa pelan. "Iya, ya."

'Lo cinta pertama gue. Dan lo masih banyak mendominasi hati gue.'

"Gue doain, deh. Supaya Zidny itu jadi cinta pertama dan terakhir lo."

'Dan gue bakal berdoa, semoga tuhan nggak kabulin doa lo.'

Tbc.

Hiji.

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang