"Udah ada, kan, tiket buat flight entar malem?" Tanya Iqbaal yang baru saja mengambil sebotol air mineral yang di beli oleh Bastian.
Aldi dan Bastian hanya diam. Keduanya hanya diam seraya melanjutkan sarapan mereka. Iqbaal menatap keduanya bergantian, kemudian meminum air mineral yang ia ambil. Ia kembali menatap kedua sahabatnya yang masih saja bungkam.
Iqbaal mengangguk paham. "Ya udah. Gue bisa cari sendiri." Ucapnya yang setelah itu melangkah pergi.
"Lo nggak bisa menghindar kayak pengecut, Baal!" Teriak Aldi tiba-tiba yang membuat langkah lebar Iqbaal terhenti.
"Lo nggak bisa menghindar dari takdir yang harus lo terima. Kalo emang kebahagiaan (Namakamu) bukan di lo, harusnya lo dukung. Bukan malah lo niat pergi gitu, aja. Kalo lo nggak bisa jadi jodoh buat dia, lo masih bisa jadi orang terdekatnya. Lo masih bisa jadi sahabat (Namakamu)." Ucap Aldi dengan penuh penekanan.
Iqbaal menghela nafas dan memutar tubuhnya dengan tatapan dingin yang tertuju ke arah Aldi. "Lo nggak tau rasanya makanya lo segampang itu ngomong kayak gitu. Lo paling tau posisi gue gimana. Tapi lo segampang itu ngomong kayak gitu?"
"Baal... gue dukung apapun yang mau lo lakuin. Tapi kalo lo lari dari masalah kayak gini, gue nggak suka. Lo cowok, lo harus selesaiin masalah lo. Seenggaknya bikin semuanya pasti." Ucap Aldi dengan tatapan memohon.
Bastian yang mengerti maksud Aldi ikut menatap Iqbaal. "Nanti malem kita harus dateng, Baal. Seenggaknya senengin hati (Namakamu) dengan kedatangan lo." Ucap Bastian dengan serius.
Apa yang di katakan Aldi dan Bastian benar. Jika memang perjuangannya harus berhenti sampai di sini, ia harus mengakhirinya dengan baik. Ia harus menjadi pria yang mampu menerima apapun akhirnya, bukan malah menjadi pecundang yang tiba-tiba pergi begitu saja tanpa ingin mengucapkan selamat tinggal.
🍃🍃🍃
Iqbaal, Aldi, dan Bastian kini melangkah beriringan melewati toko-toko yang berjajar di pinggir jalan kota Sydney. Ketiganya akan berjalan-jalan santai menikmati dingin dan suasana pagi kota Sydney. Rencananya mereka akan mencari tuxedo untuk pergi ke acara pernikahan (Namakamu).
"Gue kemaren ketemu cewek cantik. Lo tau siapa namanya? Namanya Bella." Ucap Bastian membuka percakapan.
Aldi terkekeh dan merangkul Bastian dengan sedikit pitingan. "Udahlah~ Terima takdir aja kalo lo bakal susah move on dari Bella. Mau kemana pun lo, entar juga ketemunya cewek namanya Bella. Lo udah di takdirkan untuk gamon dari dia." Ucapnya dengan nada bicara yang sok puitis.
Iqbaal terkekeh mendengar kalimat Aldi. Ia merangkul kedua sahabatnya itu dari belakang. "Dan entar lo akan ngerasain yang namanya di tinggal nikah sama Bella." Ledek Iqbaal yang di ikuti dengan tawanya.
"Kalian, tuh, harus dukung gue buat move on, dong. Bukannya malah ledekin gue. Cariin gue cewek kek atau gimana gitu."
"Ya kalo mau usaha buat move on, lo juga harus usaha cari cewek sendiri. Ya kalo gue yang cari cewek mending buat gue sendiri dah." Ucap Aldi seraya melangkah santai.
Iqbaal dan Bastian sontak tertawa, membuat Aldi mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa?" Tanyanya.
"Berarti lo ngakuin, dong, kalo lo jomblo?"
"Yeee... emang gue jomblo."
🍃🍃🍃
Jam menunjukkan pukul enam petang. Iqbaal, Aldi, dan Bastian kini sudah berada di sebuah butik untuk membeli tuxedo yang akan mereka kenakan di acara pernikahan (Namakamu). Ketiganya sudah memencar untuk mencari tuxedo yang sesuai dengan yang mereka inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔
Fanfiction"Love is when the other person's happiness is more important than your own."-H.Jackson Brown, Jr. Iqbaal Dhiafakhri, pria tampan dengan sejuta pesonanya. Zidny Iman, gadis cantik paling beruntung. Dan (Namakamu) Anandita, gadis yang paling mudah ber...