Ada dua hal yang bisa Aldi tangkap sejak perceraian orang tua (Namakamu). Pertama, (Namakamu) menjadi gadis yang lebih dewasa. Gadis itu tidak pernah lagi bermain-main dalam melakukan sesuatu. Bahkan terkadang, gadis itu akan meminta saran darinya. Kedua, (Namakamu) jadi lebih sering tersenyum karena kehadiran papanya yang selalu menemani hari-hari gadis itu sekarang, Devano yang selalu ada untuknya. Namun Aldi juga tahu, terkadang gadis itu menangis diam-diam karena merindukan mamanya dan juga Iqbaal.
Aldi tahu, sepupunya itu ingin semuanya kembali normal, kembali seperti semula. Tapi jika hal itu terjadi, yang Aldi tahu, (Namakamu) takut kembali kesepian dan kecewa. Maka dari itu (Namakamu) selalu memendam semuanya sendiri walaupun semuanya mulai berubah lebih baik sedikit demi sedikit.
Sore ini, sepulang sekolah. Aldi berjalan beriringan bersama dengan (Namakamu) yang sibuk bercerita mengenai kejadian semalam. Semalam adalah ulang tahun ibunda Aldi. Ia bersama dengan (Namakamu) di bantu oleh papanya dan papa (Namakamu) pun membuat sebuah surprise dengan pesta barbeque kecil-kecilan. Gadis itu bercerita bagaimana kronologi jatuhnya Aldi ke kolam renang yang ternyata di rencanakan oleh (Namakamu) dan Devano.
"Jadi lo sama Devano sekongkol?!" Aldi terkejut. Ia memegang dada kirinya dengan wajah yang berubah memelas. "Lo tega, ya, sama gue. Lo lupa? Bertahun-tahun, (Nam...). Lo lupa gimana kita? Lo tega gitu ke gue? Sumpah! Gue nggak nyangka. Gue kecewa! Gue kecewa, (Nam...)." Aldi sok-sokan mengusap kedua sudut matanya. Pria itu memasang wajah tegarnya, membuat tawa (Namakamu) seketika meledak.
"Astaga! Lebaynya sepupu gue!" Seru (Namakamu) seraya mendorong-dorong Aldi.
Aldi ikut tertawa. Ia merangkul (Namakamu) dan menarik gadis itu untuk mempercepat langkahnya. "Pokoknya liat, aja. Entar gue bales lo." Ucap Aldi dengan antusias. Sedangkan (Namakamu) memberikan senyuman meremehkannya.
"Silahkan di coba." Ucap (Namakamu) santai.
🍃🍃🍃
"Tunggu, tunggu."
Refleks (Namakamu) menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Aldi. Ia menatap Aldi yang kebingungan dengan dahi yang berkerut. "Kenapa, Di?" Tanya (Namakamu).
Aldi merogoh saku celananya. Ia menatap (Namakamu) dengan tatapan memelas. "Hape gue ketinggalan di laci. Tunggu sini, bentar. Gue nggak lama, kok. Oke?" Aldi mengusap kepala (Namakamu), kemudian berlari cepat kembali memasuki gedung sekolah.
(Namakamu) berdecak. Untung otak Aldi nyangkut di kepalanya, jadi nggak akan ada adegan otak ketinggalan. Ia menghela nafas dan duduk di bangku kayu panjang di sebelah pos satpam.
Sebenarnya, biasanya ia akan pulang bersama Devano. Namun karena pria itu mendadak memiliki kepentingan, akhirnya (Namakamu) memilih untuk pulang bersama Aldi.
"Kok masih di sini, neng?" Tanya sang satpam yang membuat (Namakamu) sontak menoleh.
(Namakamu) mengulas senyuman. "Iya, Pak. Masih nunggu Aldi. Katanya hapenya ketinggalan di kelas." Jawabnya seadanya.
Sang satpam mengangguk-angguk paham. Ia kembali membuka suara. "Tadi bapak liat Den Iqbaalnya masih di parkiran. Bapak pikir Den Iqbaalnya nunggu eneng." Ucap si satpam yang hanya di balas senyuman oleh (Namakamu).
(Namakamu) menghela nafas. Ia kembali memandang ke arah jalanan yang sedang di lalui oleh kendaraan. Tak lama kemudian, matanya menangkap Zidny yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Ia rasa, ia sudah jarang melihat Zidny. Apa karena ia yang terlalu sering diam di dalam kelas?
"(Namakamu)! Bantuin gue, dong!" Teriak Zidny dari seberang jalan.
(Namakamu) beranjak dari duduknya dan berjalan ke tepi jalan seraya melirik ke arah ban motor Zidny yang ternyata kempes. Ia hanya mengangguk dan segera melangkahkan kakinya untuk menuju Zidny.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔
Fanfiction"Love is when the other person's happiness is more important than your own."-H.Jackson Brown, Jr. Iqbaal Dhiafakhri, pria tampan dengan sejuta pesonanya. Zidny Iman, gadis cantik paling beruntung. Dan (Namakamu) Anandita, gadis yang paling mudah ber...