31. Ini Finalnya

3.8K 508 70
                                    

Play : Caitlin Halderman - Cinta Salah

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan kedua mata berairnya. Sudah jelas terlihat di tatapan pria itu bahwa ia sedang merasa bersalah. (Namakamu) menghela nafas panjang, kemudian menatap Devano yang berdiri di sampingnya.

"Mending lo masuk ke rumah gue dulu. Gue mau ngomong serius sebentar sama Iqbaal. Nggak papa, kan?" Tanya (Namakamu) seraya mengeratkan genggaman tangannya.

Devano menatap Iqbaal cukup lama sebelum akhirnya mengangguk pelan dan mengusap lembut kepala (Namakamu). Setelah itu, Devano melangkah pergi menuju rumah (Namakamu).

Iqbaal segera mendekati (Namakamu) dan memeluk erat gadis itu. "Gue minta maaf. Gue nggak--"

"Nggak papa."

Ucapan Iqbaal terpotong oleh kalimat yang (Namakamu) ucapkan. Ia melepaskan pelukannya dan menatap lekat (Namakamu) yang juga sedang menatapnya. "Gue sadar diri. Gue bukan orang yang pantes buat lo jadiin prioritas hidup lo."

"Nggak gitu, (Nam...)~" Ucap Iqbaal lirih.

"Gue--"

"Gue udah tau gimana cara yang tepat buat akhirin semua ini." Lagi-lagi (Namakamu) memotong ucapan Iqbaal. Gadis itu menghela nafas panjang. Kedua mata berairnya menatap Iqbaal.

Iqbaal meraih tangan (Namakamu) dan menggenggamnya. "(Nam...)..."

"Hidup gue hancur. Semua harapan gue cuma bisa jadi angan doang. Ekspetasi yang gue harepin, nggak sesuai sama realita yang gue terima. Pertama, ekspetasi gue punya keluarga yang harmonis, bisa hidup tentram bahagia sama orang tua gue, dapetin banyak kasih sayang dari mereka, banggain mereka. Tapi realitanya? Mereka lebih milih pisah daripada mikirin gimana perasaan gue selama ini. Mereka nggak pernah mikirin gimana kesepian dan sedihnya gue. Gue butuh mereka, tapi mereka lebih milih pisah dan makin hancurin hidup gue." (Namakamu) semakin terisak, sedangkan Iqbaal berusaha menenangkan gadis itu dengan usapan lembut ibu jarinya di punggung tangan gadis itu.

"Dan yang kedua, ekspetasi gue... cinta pertama gue bakal indah kayak apa yang gue bayangin selama ini. Seenggaknya gue bisa dapet kebahagiaan dari situ." (Namakamu) menarik kedua tangannya dari genggaman Iqbaal.

"Tapi realitanya? Gue malah jatuh cinta sama orang yang selama ini jadi sumber kesakitan gue. Gue malah jatuh cinta sama orang yang ngejar cewek lain. Gue malah jatuh cinta sama orang yang nggak akan pernah mandang gue lebih dari sahabat. Selama ini... gue selalu berusaha ada buat dia, tapi dia nggak pernah ada buat gue. Gue selalu berusaha buat dia bahagia, walau bahagianya nggak sama gue. Gue nggak papa." (Namakamu) menunduk dengan isakan yang semakin menjadi.

Gadis itu kembali mengangkat kepalanya. Ia menatap Iqbaal lekat. "Tapi hati juga bisa capek karena terlalu lama memendam. Dan sekarang gue capek. Gue pengen akhirin semuanya." (Namakamu) membasahi bibirnya.

"Makasih buat semuanya. Makasih buat kebahagiaannya walaupun cuma sementara. Makasih udah latih gue lebih kuat selama ini. Dan maaf..." (Namakamu) menghela nafas panjang.

"Kalo gue lancang jatuh cinta sama lo, Iqbaal."

Iqbaal terdiam. Rasa sesak menjalari dadanya, meremas hatinya tanpa ampun, membuat Iqbaal serasa tidak bisa lagi menghirup oksigen banyak-banyak. Kedua matanya memanas dan sedikit memburam. Ia bisa melihat isakan (Namakamu) yang terlihat sangat menyakitkan.

"Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo lebih dari sahabat, Iqbaal." Ucap (Namakamu) seraya tertunduk dengan isakan yang tidak berhenti.

Iqbaal mengalihkan pandangannya ke arah lain. Air matanya menetes begitu saja. Ia menggigit bibir bawahnya. Semua ini terlalu menyakitkan. Bahkan sekarang kedua tangan Iqbaal mengepal erat. Saat ini juga, ia ingin marah pada dirinya sendiri. Sebodoh ini ia selama ini.

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang