Iqbaal melambaikan tangannya. Ia mengulas senyuman dan mengangkat helm putih yang biasa ia sediakan jika ingin menjemput Zidny atau (Namakamu).
Sedangkan (Namakamu) sendiri kini menghela nafas. Ia melangkah keluar rumah dan tidak lupa menutup pagar rumahnya. Setelah itu ia menatap Iqbaal yang menyodorkan helm ke arahnya. Namun dengan segera, (Namakamu) mendorong kembali helm itu ke arah Iqbaal.
"Lo ngapain di sini?" Tanya (Namakamu).
Iqbaal tersenyum. "Jemput lo. Kan semalem gue janji kalo hari ini gue bakal berangkat sekolah bareng sama lo. Gue juga buatin lo bekal, di bantu bunda sih bikinnya. Habis ini kita langsung sarapan bareng. Yuk, berangkat."
Iqbaal meraih tangan (Namakamu) dan menarik tangan gadis itu. Namun dengan cepat, (Namakamu) menghempaskan tangan Iqbaal, membuat Iqbaal bingung. Ia kini menatap gadis di hadapannya itu dengan tatapan bertanya-tanya.
"Lo nggak perlu jemput gue. Mending lo jemput Zidny, aja. Gue juga biasanya berangkat sendiri. Sana jemput Zidny." Ucapnya, kemudian mulai melangkahkan kakinya.
Iqbaal segera turun dari motornya dan menahan tangan (Namakamu), membuat gadis itu membalikkan badannya dan menghempaskan tangan Iqbaal lagi. Sekali lagi, Iqbaal menatap (Namakamu) bingung. Bahkan sekarang gadis itu tampak malas melihat Iqbaal.
"Lo kenapa, sih? gue ada salah? kalo gue ada salah bilang." Iqbaal menatap (Namakamu) yang sedang menghela nafas. Gadis itu menatapnya santai.
"Lo nggak ada salah apa-apa. Nggak usah lebay, deh. Udah sana jemput Zidny. Entar telat lagi." (Namakamu) membalikkan badannya dan kembali hendak melangkah.
Namun lagi-lagi langkahnya terhenti karena Iqbaal. Lagi-lagi pria itu menahan tangannya. Kali ini genggaman tangan pria itu lebih erat. Malah membuat rasa sakit di pergelangan tangan (Namakamu).
(Namakamu) kembali menghempaskan tangan Iqbaal. Namun tidak bisa. Ia menatap tajam Iqbaal dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Iqbaal pada pergelangannya.
"Iqbaal lepas!"
"Nggak. Gue ada salah apa sama lo? bilang sama gue. Dari semalem lo kayak gini. Lo bikin gue kepikiran." Ucap Iqbaal, dengan nada bicara yang terdengar lirih di akhir ucapannya.
"Lo nggak salah apa-apa. Udah, deh. Mending sekarang lo pergi jemput Zidny. Jangan buat cewek nunggu. Lo bilang semalem, lo nggak mau kan liat Zidny dalam bahaya lagi? Jadi mending lo jemput dia. Dari pada nanti Zidny malah ilang."
Iqbaal terdiam. Ia menatap lekat (Namakamu) yang baru saja menarik tangannya sendiri. "Lo cemburu... gue perhatian ke Zidny?" Tanya Iqbaal tiba-tiba yang mampu membuat (Namakamu) terkejut. Namun gadis itu menutupinya dengan wajah jijiknya.
"Idih! pede banget lo. G-gue kan cuma mau dukung lo sama dia. Salah? Bukannya lo selalu minta di dukung sama Zidny, ya?"
Iqbaal menghela nafas panjang. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain. Sedangkan (Namakamu) masih memandang ke arah Iqbaal.
"Jangan terus kasih harapan kalo lo nggak bisa kasih kenyataan dari harapan itu."
Sontak Iqbaal menoleh. Ia menatap bingung ke arah (Namakamu) yang kini menunduk. "Lo bilang apa barusan?" Tanya Iqbaal. Ia ingin memastikan bahwa apa yang ia dengar itu benar.
"(Namakamu)!"
Iqbaal menoleh dan menatap Devano yang tengah berlari kecil menuju ke arahnya dan (Namakamu). Pria itu melirik sekilas ke arah Iqbaal sebelum akhirnya tersenyum ke arah (Namakamu).
"Jadi... lo udah di jemput sama Iqbaal? Ya udah, bagus kalo gitu." Ucap Devano, kemudian menatap Iqbaal sejenak.
"Nggak. Iqbaal mau jemput Zidny, kok. Lo mau jemput gue?" Devano mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔
Fanfiction"Love is when the other person's happiness is more important than your own."-H.Jackson Brown, Jr. Iqbaal Dhiafakhri, pria tampan dengan sejuta pesonanya. Zidny Iman, gadis cantik paling beruntung. Dan (Namakamu) Anandita, gadis yang paling mudah ber...