22. Devano

3.3K 518 30
                                    

Setelah kejadian di pagi itu, keduanya kembali ke sekolah dan bersikap seolah keduanya baik-baik saja. Keduanya juga melaksanakan ujian di hari terakhir dengan baik. Benar-benar fokus dan melupakan kejadian yang sudah terjadi.

Dan akhirnya ujian berakhir. Seisi kelas bersorak senang. Bahkan banyak yang memilih untuk langsung pulang dan segera bermain bersama. Ada pula yang memilih untuk menuju kantin terlebih dahulu.

(Namakamu) memasukkan seluruh peralatan tulisnya. Ia hanya tersenyum saat beberapa teman sekelasnya mengatakan akan keluar terlebih dahulu. Setelah selesai dengan isi tasnya, (Namakamu) menyalakan ponselnya yang memang sengaja ia matikan saat ujian.

Tidak ada balasan chat dari Devano.

Pagi tadi, (Namakamu) memutuskan untuk mengirim pesan kepada Devano saat hendak masuk ke dalam mobil Iqbaal agar pria itu tidak menjemputnya dengan alasan ia di antar oleh papanya. Namun sampai sekarang chatnya bahkan tidak di baca oleh Devano.

Ia menghela nafas panjang dan memilih untuk menggendong tas putihnya dan keluar dari kelas. Baru saja keluar dari kelas, langkahnya terhenti karena seorang pria menghalangi jalannya. Tanpa menoleh pun (Namakamu) tahu siapa yang kini berdiri di hadapannya.

Dengan malas, (Namakamu) mendongak dan menatap Iqbaal yang tengah tersenyum ke arahnya. Dengan gerakan santai, Iqbaal meraih tangannya dan menggenggamnya. Kemudian pria itu mulai melangkah seraya menarik lembut tangan (Namakamu).

"Kita pulang bareng, yuk. Gue mau ngajakin lo ke taman bermain soalnya." Ucap Iqbaal santai.

Dengan tiba-tiba, (Namakamu) menghentikan langkahnya, membuat Iqbaal yang berjalan mendahuluinya hampir terjungkal. Pria itu ikut menghentikan langkahnya dan menatap (Namakamu) dengan tatapan bingung.

Dengan pelan, (Namakamu) melepaskan tangan Iqbaal dari tangannya. "Lo pulang aja. Gue masih mau cari Devano." Ucapnya setelah itu melangkah meninggalkan Iqbaal yang hanya memandangnya dalam diam.

🍃🍃🍃

(Namakamu) mengintip ke arah dalam kelas Devano dan mengedarkan pandangannya. Hanya ada seorang gadis yang tengah sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ia mengetuk pintu dua kali, membuat fokus gadis yang ia kenal bernama Clara itu menoleh dan tersenyum ke arahnya.

"Tau nggak Devano ke mana?" Tanya (Namakamu) to the point.

Clara menggendong tasnya dan melangkah menghampiri (Namakamu) yang berada di luar kelasnya. "Tadi keluarnya bareng sama Aldi. Tadi kayaknya mereka ngomongin lapangan. Nggak tau deh mereka beneran ke sana atau nggak." Ucapnya seraya menutup pintu kelasnya.

(Namakamu) menghela nafas sejenak sebelum akhirnya kembali tersenyum. "Makasih, Ra. Gue duluan, ya."

"Hmm... iya, sama-sama."

Setelah itu, (Namakamu) melangkahkan kakinya segera untuk menuju lapangan. Namun lagi-lagi langkah terhenti karena panggilan dari Clara.

"(Namakamu)!"

(Namakamu) menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya kembali menghadap Clara. Ia menatap Clara yang tampak ragu dengan kedua alisnya yang terangkat.

"Em... lo... pacaran sama Devano?" Tanya Clara sedikit ragu.

Tak lama kemudian, (Namakamu) tertawa dan menggeleng. "Nggak, kok. Kenapa? Lo suka ya sama dia?"

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang