23. Empat Hati

3.5K 532 62
                                    

Masih di hari yang sama.

Iqbaal menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah yang berada di salah satu komplek elit di Jakarta. Ia menghela nafas panjang dan menoleh menatap Zidny yang masih diam di kursi penumpang di sampingnya.

"Kenapa?" Tanya Iqbaal bingung, lebih tepatnya bingung mengapa gadis di sampingnya itu tidak beranjak keluar dari mobilnya.

"Kamu yang kenapa?" Zidny balik bertanya.

Iqbaal memutuskan untuk mematikan mobilnya dan menghadap ke arah Zidny yang sedang menatapnya kesal. "Apanya yang kenapa? Aku nggak papa." Ucapnya santai.

Dapat di lihat dengan jelas Zidny tersenyum miring. "Kamu emang nggak papa. Tapi aku yang kenapa-napa!"

Iqbaal menghela nafas. "Zee... tolong, jangan bikin kita bertengkar. Oke?"

"Sesayang apa kamu ke (Namakamu)? Kalian beneran sahabatan atau aku yang malah di begoin?" Tanya Zidny dengan nada sarkasnya.

"Apanya yang di begoin sih, Zee. Jangan berpikiran negatif bisa nggak?" Ucap Iqbaal yang juga mulai kesal dengan Zidny. Namun bagaimana pun caranya ia tetap berusaha untuk tenang.

"Kamu suka, kan sama dia?"

Iqbaal terdiam. Ia langsung mengalihkan pandangannya dari Zidny yang membuat gadis itu menghela nafas panjang. Tanpa mengucapkan apapun lagi, Zidny segera keluar dari mobil Iqbaal dan berlari memasuki rumahnya.

Iqbaal menghela nafas panjang dan sontak memukul stir mobilnya.

Bahkan bibirnya lebih patuh pada hati dari pada otaknya.

🍃🍃🍃

Devano menyandarkan punggungnya ke sebuah pohon yang menjadi tempatnya berteduh. Sore ini, setelah membersihkan diri tentunya, Devano memutuskan untuk berdiam diri di taman belakang rumahnya. Kaki kanannya sudah bergelantungan di dalam kolam, sedangkan kaki kirinya ia tekuk dan menjadi tumpuan tangannya yang ia luruskan.

Devano menghela nafas mengingat kejadi pagi tadi yang membuat dadanya cukup menyesak.

Flashback

Devano menghentikan mobilnya di depan sebuah komplek karena ponselnya yang bergetar. Dengan segera, ia meraih ponselnya dan melihat sebuah notifikasi chat masuk.

Dari (Namakamu).

Entah mengapa senyumnya merekah begitu saja. Dengan segera, Devano membuka chat tersebut dan membacanya. Tak lama kemudian, Devano hanya mengangguk-angguk dan hendak melajukan kembali mobilnya. Namun sebuah mobil dari dalam komplek membuatnya menghentikan mobilnya dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada mobil tersebut.

Ia tahu, itu mobil Iqbaal.

Setelah mobil putih milik Iqbaal akhirnya melaju di jalanan, akhirnya Devano juga melajukan mobilnya dengan santai mengikuti mobil Iqbaal. Karena memang keduanya searah.

Hingga akhirnya Devano tanpa sadar tetap mengikuti arah ke mana mobil Iqbaal pergi. Padahal seharusnya ia berbelok untuk menuju sekolahnya. Ia juga bingung mengapa ia malah mengikuti Iqbaal.

Tak lama kemudian, mobil Iqbaal tiba-tiba berhenti. Devano yang berada cukup jauh akhirnya ikut menghentikan mobilnya. Entah mengapa saat itu pula Devano langsung memikirkan (Namakamu).

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang