43. Double Date

2.8K 436 51
                                    

(Namakamu) menggigit bibir bawahnya. Manik matanya menatap Iqbaal dan Devano bergantian. Kedua pria itu saling mengalihkan pandangan. Bahkan kini ia berada di tengah-tengah keduanya yang sama-sama menuntun sepeda. Rasanya sangat mencekam.

"Gue--"

"Kenapa?"

(Namakamu) melongo menatap Devano dan Iqbaal. Keduanya sama-sama menatapnya penuh tanya. Berbicara saja sampai bersamaan.

"Anu... gue haus." Ucap (Namakamu) sedikit canggung.

Kedua pria itu segera meraih botol minum masing-masing dan langsung menyodorkan ke depan (Namakamu). (Namakamu) terdiam sejenak sebelum akhirnya menerima kedua botol tersebut.

"Makasih." Ucapnya singkat.

Iqbaal dan Devano kembali melanjutkan langkahnya. Tentunya seraya mengapit (Namakamu). Baik Iqbaal maupun Devano yang biasanya banyak berbicara kini seolah mendadak bisu. Biasanya Devano yang bersenandung pun kini tidak terdengar.

"Kita mau ke mana?" Tanya (Namakamu) yang berusaha mencairkan suasana.

"Taman kota." Ucap Iqbaal dan Devano bersamaan.

"Ikut-ikut mulu lo dari tadi." Ucap Iqbaal kesal.

Devano yang tidak terima pun membalas. "Yang ada elo yang ikut-ikut." Balas Devano dengan kesal juga.

"Ya lo-- lho! (Namakamu)!"

"(Nam..)! Mau ke mana?!"

(Namakamu) mempercepat kayuhannya meninggalkan Iqbaal dan Devano yang memanggilnya. "Udah sana kalian ribut, aja. Gue mau main sendiri, aja. Bye!"

"(Namakamu)!" Keduanya meneriakkan nama (Namakamu) bersamaan. Tak lama kemudian, keduanya kembali berdebat, hingga akhirnya sadar jika mereka harus menyusul (Namakamu).

🍃🍃🍃

Siang ini ketiganya menyusuri jalanan setapak taman dengan santai. (Namakamu) memimpin, sedangkan Iqbaal dan Devano hanya mengikuti ke mana gadis itu melangkah. Bahkan keduanya sesekali saling mendorong karena terlalu dekat saat melangkah beriringan.

Tiba-tiba (Namakamu) menghentikan langkahnya, membuat Iqbaal dan Devano juga ikut menghentikan langkahnya. Kedua pria itu mendekati (Namakamu) dan menatap (Namakamu).

"Kenapa?" Tanya Iqbaal seraya menyentuh pipi (Namakamu).

Devano mendengus dan menepis tangan Iqbaal kasar. "Kalo nanya mah nanya, aja. Nggak usah pake modus segala."

(Namakamu) yang tadinya terdiam pun akhirnya memutar matanya malas. "Kalian katanya ngajakin gue main. Tapi kenapa dari tadi bikin gue kesel, sih?"

Iqbaal menghela nafas. "Maaf. Ya udah kita lanjut jalan-jalannya." Ucapnya seraya menggandeng (Namakamu).

Devano berdecak. Ia segera menyusul Iqbaal dan (Namakamu) yang melangkah mendahuluinya. Jadi seperti ini rasanya bersaing secara frontal.

🍃🍃🍃

Gelembung-gelembung berbagai ukuran menghiasi sekitar (Namakamu). Gadis itu sesekali tertawa karena tingkah beberapa anak kecil yang bermain di taman. Beberapa kali ia juga mencoba mainan yang anak-anak itu mainkan.

Iqbaal tersenyum menatap wajah senang (Namakamu). Gadis itu tertawa keras seolah tidak memiliki beban sedikit pun. Bahkan sudah lama ia tidak melihat tawa manis itu.

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang