Pagi ini, Iqbaal berdecak tidak percaya. Ia melirik jam dinding putih yang sudah menunjukkan pukul enam tepat. Kemudian ia kembali menatap seorang gadis berpiyama yang masih bergelung dengan selimut dan juga seperangkat alat tidur, seperti guling dan bantal. Apalagi gadis itu tampak tidak bergerak dari tidurnya.
Iqbaal menaiki kasur, kemudian berbaring di samping gadis itu. Sejenak, ia terkekeh melihat muka bantal (Namakamu). Apalagi matanya yang terlihat bengkak karena kejadian semalam saat ia menangis. Rasanya Iqbaal ingin tertawa keras saat ini, tapi ia tidak ingin kejahilannya gagal.
Perlahan tangan Iqbaal bergerak mendekati wajah (Namakamu) dan berakhir dengan kedua jarinya mencepit hidung (Namakamu). Iqbaal hampir tertawa keras saat gadis itu merengek meminta jangan di ganggu. Namun Iqbaal tetap terus menjalankan kejahilannya hingga akhirnya (Namakamu) terbatuk karena tidak bisa bernafas.
"Bangun, oy! semalem kayaknya gue udah bilang ke lo, kalo pagi ini mau ajak lo jogging. Ini malah masih di atas kasur. Gue udah nunggu sejam, lho." Ucap Iqbaal seraya menatap (Namakamu) yang menatapnya sinis.
"Ya kalo bangunin jangan kayak gitu, dong. Tangan lo bau!" (Namakamu) menuruni kasur dan berjalan ke arah meja belajarnya. Sedangkan Iqbaal mengekor.
"Mata lo bengkak. Habis ini di kompres dulu, ya, baru jogging." Iqbaal menatap (Namakamu) yang sedang menguncir rambutnya.
"Emang bengkak banget, ya?" Tanya (Namakamu) seraya menghadap ke arah kaca kecil di atas meja belajarnya.
"Iya. Habis ini gue ambilin sendok dinginnya, deh. Soalnya tadi gue udah antisipasi kalo mata lo bengkak."
(Namakamu) hanya mengangguk. Gadis itu segera melangkah santai menuju kamar mandinya untuk segera bersiap. Namun langkahnya terhenti dan kedua tangannya menghentikan pergerakan Iqbaal.
"Kenapa?" Tanya Iqbaal dengan wajah polosnya.
(Namakamu) menghela nafas. "Gue mau mandi. Mau ikutan apa lo."
"Boleh? ya udah, ayok!"
(Namakamu) tertawa garing dan tak lama menatap Iqbaal tajam seraya berkacak pinggang. "Mau gue bilangin bunda sama ayah lo?"
Iqbaal nyengir, kemudian menggeleng. Ia mengacak rambut (Namakamu) gemas. "Gue bercanda kali. Udah sana siap-siap. Gue tunggu di bawah."
"Iya."
Dan akhirnya (Namakamu) menutup pintu kamar mandinya. Sedangkan Iqbaal membalikkan tubuh untuk segera keluar dari kamar (Namakamu). Namun baru saja membuka pintu, Iqbaal menghentikan pergerakannya. Ia menatap setumpuk foto polaroid yang ada di atas meja belajar (Namakamu).
"Dih! foto gue juga di cetak sama dia." Gumam Iqbaal seraya menatap fotonya yang berada di tumpukan foto polaroid yang lainnya.
Senyumnya merekah kala menemukan beberapa fotonya bersama (Namakamu). Ia juga sempat menemukan foto masa kecilnya. Ia terkekeh pelan, kemudian mengambil ponselnya yang berada di saku dan mulai mengambil gambar.
Iqbaal.e
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔
Fanfiction"Love is when the other person's happiness is more important than your own."-H.Jackson Brown, Jr. Iqbaal Dhiafakhri, pria tampan dengan sejuta pesonanya. Zidny Iman, gadis cantik paling beruntung. Dan (Namakamu) Anandita, gadis yang paling mudah ber...