Walaupun hari ini (Namakamu) sedang tidak enak badan, ia bersikeras untuk tetap masuk sekolah walaupun Aldi sudah melarangnya. Sangking keras kepalanya, dia sampai pergi ke sekolah satu jam lebih pagi dari biasanya.
(Namakamu) mengeratkan jaket rajutnya dan melangkah pelan menyusuri koridor yang masih sepi. Ia mengedarkan pandangannya dan menghirup udara dengan santai. Setidaknya pagi ini ia ingin menenangkan diri sejenak sebelum akhirnya beraktivitas.
Langkah (Namakamu) berhenti setelah sampai di taman sekolah. Ia duduk dan memasang headset yang sudah tersambung dengan ponselnya. Lagu ballad terputar begitu saja. Sedangkan (Namakamu) tidak ada niatan untuk menggantinya.
Sesekali (Namakamu) mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di atas paha. Terkadang juga ia terpejam menikmati alunan lagu yang terputar. Hingga akhirnya ia terusik dengan kehadiran seseorang yang sebenarnya tidak ingin ia temui.
Iqbaal tersenyum seraya menatap (Namakamu) yang hanya diam menatapnya. Tak lama, gadis itu melepas headsetnya dan kembali terdiam. Ini pertama kalinya Iqbaal merasa canggung, entah apa alasannya.
"Kata Aldi lo lagi sakit. Kenapa masuk sekolah, hm? Harusnya--"
"I'm fine. Cuma maag biasa. Jadi santai, aja." Ucap (Namakamu) tanpa menoleh sedikit pun pada Iqbaal.
Iqbaal terdiam. Ia sedikit menunduk dan menatap susu kotak di tangannya. Ia ingat, (Namakamu) sangat suka dengan susu. Gadis itu pernah menghabiskan satu botol besar susu sapi asli yang dulu pernah Iqbaal bawakan. Bahkan gadis itu terus meminta padanya dan membuatnya akhirnya berjanji untuk selalu membawakan apapun yang gadis itu perlukan, termasuk susu kotak yang biasa gadis itu minum.
"Nih! Gue bawain susu kotak kesukaan lo. Di minum. Nanti istirahat gue kasih lagi." Ucap Iqbaal seraya memberikan susu kotak rasa coklat itu pada (Namakamu).
Sedangkan (Namakamu) hanya menatapnya lekat. Bibirnya perlahan bergerak, berucap pelan tanpa hendak memberitahukan pada Iqbaal.
"Berhenti bikin gue terus jatuh cinta sama lo, Baal."
Iqbaal menoleh dan menatap (Namakamu) dengan dahi berkerutnya. "Lo ada ngomong sesuatu?"
"Nggak, kok. Makasih buat susunya. Masih inget ternyata. Gue pikir udah lupa."
"Gue nggak akan lupa apapun yang lo suka atau nggak lo suka. Kita udah sahabatan bertahun-tahun kali." Ucap Iqbaal di akhiri dengan kekehan khasnya.
(Namakamu) ikut terkekeh. Bahkan dengan hal sesepele ini ia lupa bagaimana kecewanya ia malam tadi.
🍃🍃🍃
Di jam akhir sebelum istirahat pertama di mulai, kelas (Namakamu) menempati ruang seni. Hari ini materinya adalah mencari materi untuk melukis. Jadi semua siswa harus memiliki laporan tentang melukis melalui buku-buku referensi yang ada.
Namun berbeda dengan Iqbaal yang malah mengambil gitar dan memainkannya seraya mengamati (Namakamu) yang tampak sangat serius menulis. Sesekali ia bersenandung menyanyikan lagu-lagu favorit (Namakamu).
Untungnya guru seninya sedang ada rapat dadakan dengan kepala sekolah.
Karena sedikit khawatir, akhirnya (Namakamu) membuka suara. "Kerjain, Baal. Habis istirahat di kumpulin, lho."
Iqbaal yang sedang sibuk memetik gitar hanya mengangkat sebelah alisnya dan kembali memetik gitar. (Namakamu) mendengus, kemudian berusaha untuk tidak peduli pada pria di hadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔
Fanfiction"Love is when the other person's happiness is more important than your own."-H.Jackson Brown, Jr. Iqbaal Dhiafakhri, pria tampan dengan sejuta pesonanya. Zidny Iman, gadis cantik paling beruntung. Dan (Namakamu) Anandita, gadis yang paling mudah ber...