Aldi memarkirkan motornya dengan rapi di halaman rumah (Namakamu). Hari ini, ia akan mengajak sepupunya itu berangkat bersama. Ia juga ingin mengajak sepupunya itu sarapan bersama dengan nasi goreng buatan ibundanya pagi tadi.
Yang Aldi tahu, orang tua (Namakamu) belum pulang sejak kejadian di mana keduanya memutuskan untuk memberitahu (Namakamu) tentang perceraian itu. Dan kata orang tuanya, hak asuh (Namakamu) jatuh di tangan papanya.
"(Namakamu)! Ayo sarapan bareng! Ini gue bawa--"
Langkah dan teriakan Aldi terhenti. Kedua matanya membulat sempurna menatap (Namakamu) yang sudah rapi dengan seragam dan peralatan sekolahnya. Namun bukan hal itu yang membuat Aldi membulatkan matanya. (Namakamu), gadis itu berpenampilan berbeda dengan rambut pendek bergelombang sebahu.
"Ra-rambut lo... Lo apain rambut lo, wey?!" Tanya Aldi cukup histeris. Yang pria itu tahu, sejak kecil (Namakamu) tidak suka jika rambutnya di potong dan akan sakit cukup lama jika rambutnya di potong.
(Namakamu) tersenyum ke arah Aldi dan menghampiri pria itu antusias. Gadis itu merebut kotak makanan yang Aldi bawa dan segera membawanya menuju meja makan. Sedangkan Aldi masih melongo memandangi (Namakamu) yang kini sibuk memindahkan isi kotak makannya ke piring.
"Sejak kapan lo potong rambut?" Tanya Aldi seraya menghampiri (Namakamu).
(Namakamu) melirik Aldi sejenak, sebelum akhirnya kembali sibuk dengan makanan di hadapannya. Tak lama kemudian gadis itu menarik kursinya yang biasa ia tempati dan membiarkan Aldi terus mengamatinya.
"Sejak kapan?" Aldi kembali bertanya.
(Namakamu) menghela nafas dan menatap Aldi. "Dari tadi subuh. Habis sholat subuh gue potong rambut." Jawabnya santai.
"Ke salon?" Lagi-lagi Aldi bertanya.
Kedua mata (Namakamu) berputar. Ia mendengus pelan. "Ya gue potong sendirilah! Mana ada salon pagi-pagi buta gitu buka? Aneh lo." Cibir (Namakamu) akhirnya.
"Ya lo yang aneh! Gue tau banget lo nggak bisa yang namanya rambut di potong. Terus sekarang--"
"Mending lo diem, makan. Gue nggak mau, ya, telat cuma gara-gara nungguin lo ngoceh."
Aldi menghela nafas panjang. Ia mengurungkan niatnya untuk mengomeli gadis di sampingnya ini. Lebih baik ia makan saja daripada nanti terkena ceramahan panjang karena membuat gadis itu terlambat.
Ya, masih ada waktu nanti untuknya mengintrogasi (Namakamu).
🍃🍃🍃
'Itu (Namakamu), kan?'
'Wih! Nggak masuk seminggu (Namakamu) jadi makin cantik, aja.'
'Dia cocok banget sama rambut gitu!'
Sepanjang koridor yang Aldi dan (Namakamu) lewati, tidak ada satu pun yang tidak memuji penampilan baru (Namakamu). Rata-rata sangat menyukai penampilan baru (Namakamu). Beberapa juga ada yang ingin memiliki rambut seperti milik gadis itu.
"Kayaknya lo bakal mendadak terkenal, nih." Ledek Aldi yang di akhiri dengan kekehan pria itu.
Bukannya kesal, (Namakamu) malah menanggapi ledekan Aldi dengan santai. "Ya... gimana ya? Gue udah dari dulu terkenal, sih. Jadi udah terbiasa jadi sorotan kayak gini."
"Songong lu!"
Keduanya tertawa. Aldi sendiri bahagia bisa melihat tawa (Namakamu) lagi, walaupun sudah tidak selepas dulu. Setidaknya gadis itu masih bisa tertawa dan membuatnya bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔
Fanfic"Love is when the other person's happiness is more important than your own."-H.Jackson Brown, Jr. Iqbaal Dhiafakhri, pria tampan dengan sejuta pesonanya. Zidny Iman, gadis cantik paling beruntung. Dan (Namakamu) Anandita, gadis yang paling mudah ber...