27. Tawamu Bahagiaku

3.5K 503 43
                                    

Ada kalanya Iqbaal merasa ia adalah sahabat terburuk yang pernah ada. Yang seharusnya selalu ada dan menjadi pelindung pun Iqbaal tahu ia tidak mampu. Bahkan sebelum ia mencoba, ia sudah gagal.

Jika mengingat bagaimana (Namakamu) mengatakan padanya bahwa gadis itu merasa kehilangannya, Iqbaal justru merasa bahwa ia yang akan kehilangan (Namakamu) seutuhnya. Perasaan diam-diamnya pun bukan sebuah alasan yang kuat agar (Namakamu) tetap berada dalam teritorinya.

Menghapus perasaan diam-diamnya? Tidak, Iqbaal tidak pernah benar-benar melakukannya. Bahkan ia menikmati setiap waktu dan debarannya saat bersama (Namakamu). Terkadang ia juga takut jika sampai (Namakamu) mendengar debarannya. Ia masih belum seberani itu untuk mengungkapkan semuanya. Ia masih belum siap menerima sebuah penolakan.

Bahkan tanpa Iqbaal sadar, Iqbaallah yang menolak semua kemungkinan itu dengan keterdiamannya.

Iqbaal menautkan jemarinya dengan jemari (Namakamu). Tangan yang lebih kecil dari tangannya itu tampak lebih lemah dari tangannya. Perlahan, Iqbaal menggenggam tangan itu, berusaha menghangatkan tangan itu dengan tangan besarnya. Caranya memang terlalu dan bahkan tidak bisa di bilang sederhana dalam hal melindungi. Namun jika memang hal sekecil ini yang bisa Iqbaal lakukan, maka akan ia lakukan sebisa dan semampunya.

Di liriknya (Namakamu) yang masih bersandar pada pundaknya dengan mata tertutup. Ia menyayangi gadis di sampingnya ini. Namun apakah benar itu sebuah bentuk rasa sayangnya? Mana mungkin rasa sayang akan semenyakitkan itu untuk orang yang ia sayangi. Jika memang rasa sayangnya kepada (Namakamu) adalah sebuah kefatalan, maka Iqbaal akan berusaha memperbaikinya walau sudah terlanjur.

Yang Iqbaal tahu, Iqbaal mencintai sahabatnya ini.

"Gue sadar, gue terlalu banyak nerima dari lo tapi gue nggak punya apa-apa buat bales semua itu." Iqbaal mengeratkan genggamannya. Perlahan, kepalanya ia jatuhkan di atas kepala (Namakamu).

"Gue bahkan terlalu takut buat mengakui semuanya. Gue selalu bahagia liat lo. Tapi lo selalu sakit hati di deket gue. Itu bukan balasan yang seharusnya lo dapet. Gue beruntung bisa kenal lo, jadi sahabat buat lo. Tapi gue tau, lo nggak seberuntung itu punya sahabat kayak gue. Gue cuma sumber kesedihan buat lo, (Nam...)." Sambung Iqbaal seraya mengalihkan pandangannya ke luar jendela bus.

"Yang gue tau, gue secinta itu sama lo."

Ia termenung. Seberapa menyakitkannya hati (Namakamu) saat ini? Apakah ia bisa menjadi penyembuh juga di saat ia yang menorehkan luka tersebut?

Devano tidak pernah tertidur sejak awal bus akhirnya melaju membelah jalanan ibu kota untuk menuju Bandung. Ia hanya memejamkan matanya dan memakai headset tidak bersuara yang hanya agar ia tidak di ganggu oleh siswa lain. Namun ia salah langkah. Seharusnya ia memutar lagu-lagu miliknya dengan volume paling maksimal, daripada ia harus mendengarkan kenyataan pahit yang Iqbaal ucapkan sejak tadi.

Tanpa sadar, setetes air mata mengalir membasahi pipi Devano. Ia benar-benar di jatuhkan pada kenyataan yang sebenar-benarnya. Cintanya tidak akan mungkin terbalaskan.

🍃🍃🍃

Iqbaal mengulurkan tangannya untuk menjadi pegangan (Namakamu) yang hendak turun dari bus. Gadis itu menerima uluran tangan Iqbaal dan turun pelan-pelan, hingga akhirnya berhasil turun dengan sempurna.

Sebuah camp perkemahan di tengah-tengah hutan menjadi tempat yang di tuju. Seisi bus keluar dan berbondong-bondong mencari tempat yang sekiranya nyaman. Begitu pula dengan Iqbaal dan (Namakamu). Masih dengan menggenggam tangan (Namakamu), Iqbaal membawa gadis itu ke kerumunan kelasnya.

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang