Lembayung berusaha sekuat tenaga, agar tangan seorang pemuda yang tak ia kenal segera terlepas dari tangannya. Terlebih lagi, pemuda itu akan membawanya ke kantor polisi, setelah sebelumnya ia ketahuan hendak mencuri barang dari tas mamanya.
Kenapa juga harus ketahuan? Ini adalah kali pertama bagi Lembayung, gagal mencuri barang target incarannya. Dan itu semua karena ulah pemuda dihadapannya ini, yang tak lain adalah anak dari targetnya. Sial!
"Regan, jangan kasar sama perempuan! Nggak baik, nak!", bela mama Mehregan saat melihat putranya melakukan tindakan yang ia nilai kasar dilakukan pada seorang perempuan.
"Biar aja, mah! Dia juga layak buat dapetin ini! Tindakan mencuri itu nggak boleh dilakuin!"
Mehregan menyeret Lembayung masuk ke dalam mobilnya, dan berkali-kali juga Lembayung berusaha untuk memberontak.
"LEPASIN GUE, SEEETAAAANNNN!", ujar Lembayung murka. Sebal sekali dengan pria memuakkan dihadapannya itu.Mehregan tersenyum sinis. "Mama liat 'kan kelakuan kucing garong ini? Berani banget nyuri, sekarang dia malah ngata-ngatain orang!", adu Mehregan pada sang mama.
"Dasar anak mama! Apa-apa ngadu!", dumel Lembayung yang tak bisa didengar jelas oleh Mehregan.
Mehregan terus saja menyeret Lembayung hingga masuk kedalam mobil, diikuti mama Mehregan. Mehregan duduk di kursi kemudi, dan kini melesatkan mobilnya menuju ke suatu tempat, kantor polisi.
***
Mehregan sedang sibuk memberikan keterangan pada salah seorang polisi, atas upaya tindak kejahatan pencurian yang berusaha dilakukan Lembayung. Tapi, tak terlihat sama sekali jika Lembayung merasa bersalah.
Berulang kali Lembayung melayangkan sumpah serapah dalam hatinya. Ia ingin kembali ke warung nek Surti, ia sama sekali belum menyentuh makanan yang ia pesan. Sudah bisa dipastikan, teman-temannya itu yang akan menghabiskan makanannya. Kasihan juga pada nek Surti. Siapa yang akan membayar uang makanan itu? Temannya mana ada uang untuk membayar? Ini semua Lembayung yang meneraktir karena hasil copetan lumayan banyak hari ini.
Waktu berlalu cepat, Mehregan sudah memberi kesaksian pada pihak kepolisian. Ia langsung menemui mamanya, Naya. "Cewek ini udah Regan laporin, Ma," kata Regan melirik Lembayung dengan sinis.
Ditatap sinis seperti itu oleh anak laki laki korban yang hampir ia copet, Lembayung hanya bisa berdecih. Tapi sayangnya, malam ini ia akan meringkuk di sel tahanan, dan entah sampai ia akan mendekam di kantor polisi.
Pasrah, Lembayung pasrah.
Naya, mama Mehregan nampak mendekati Lembayung. "Nak," panggilnya.
Dipanggil dengan ucapan teramat lembut seperti itu, hati Lembayung sedikit terenyuh."I, iya, bu?"Aduh, Lembayung jadi gugup begini caranya. Tadinya ia tak merasa bersalah karena telah hampir mencopet wanita paruh baya dihadapannya kini. Tapi, melihat mata wanita itu, dan tutur lembutnya sama berbicara pada Lembayung, Lembayung merasa tersentuh.
Ia sudah tidak ingat kapan ibunya memanggilnya selembut itu.
"Ibu tidak akan memasukkan kamu ke kantor polisi."
Ucapan Naya, tentu saja membuat Mehregan emosi. "Ya nggak bisa gitu dong, Mah! Dia udah nyuri, masa' mau dibebaskan lagi?"
Naya memberi pelototan pada Mehregan. "Diem!"
Mehregan langsung diam karena ucapan sang Mama. Sementara Lembayung, gadis itu masih terdiam diposisi berpijaknya.
Menelan ludah susah payah, Lembayung kembali berbicara pada Naya. "I, ibu serius nggak mau masukin saya ke kantor polisi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderlove
JugendliteraturLembayung Kirana, pensiunan copet yang ingin membahagiakan ayah dan ibunya, mempunyai 3 sahabat, yaitu Koko, Aldo, dan Kenny yang juga sudah memutuskan untuk menjadi pensiunan copet. Suatu hari, Lembayung bertemu dengan Karnia Maheswagayatri, seoran...