10. Es Krim Coklat

43 7 2
                                    




"Gitu ceritanya," kata Lembayung ketika baru saja menceritakan awal mula ia dan Mehregan menjadi musuh seperti sekarang ini.

Gadis itu menarik dan menghembuskan napas panjang. "Intinya, dia benci banget sama gue soalnya gue hampir nyopet dompet punya mamanya. Pas di kantor polisi, eh tau-taunya gue malah dibebasin sama mamanya. Sumpah, mamanya baik banget."

Aldo nampak mengangguk-anggukkan kepala. "Yah, gue paham sih kenapa dia bersikap kayak begitu ke lo. Sebagai anak, tentu aja dia nggak rela mamanya sampai ada disituasi paling buruk. Tapi, kebenciannya juga nggak bisa dipersalahkan."

Koko menjentikkan jari. "Gue setuju sama Aldo. Menurut gue, dia butuh waktu, sih. Dalam waktu dekat ini, dia nggak bakalan mau diusik."

Kenny mendecih. "Ah, elah! Kayak cewek aja marah-marahnya."

"Nggak usah memperkeruh suasana, Ken. Lo mau gue suap pake kos kaki gue?", tanya Aldo dengan wajah manis. Kenny terdiam. Ia selalu saja salah, huh.

Ya, Lembayung memang merasa teman-temannya benar. Sampai sejauh ini pun akan begitu sulit bagi anak dari wanita yang hampir dia copet mau memaafkannya.

Kalau sudah begini, Lembayung harus berusaha sabar. Selama pemuda itu tidak mengusik teman-temannya ia akan tetap diam.

Toh, selama ini ia sudah jadi bahan olok-olokan.  Hal seperti ini seharusnya sudah menjadi perkara biasa bagi Lembayung.

Iya, perkara biasa.

"Nih, daripada panas hati gue beliin minuman, nih!" Meitha datang dengan dua kantong berisi minuman dingin di tangannya. Aldo langsung menghampiri gadis itu dan membantunya.

Aldo kemudian membantu membagikan minuman itu pada yang lainnya.

"Makasih yah, Meitha," kata Lembayung lalu meminum minuman dingin itu.

"He he, sama-sama. Ngomong-ngomong, kalian tadi ngomongin apa? Serius banget," kata Meitha dengan wajah penasaran.

"Nggak ada, kok," kata Koko cuek.

Meitha menganggukkan kepala lalu mulai meminum minumannya. Entah kemana Alisa dan Tyas pergi, sampai sekarang kedua gadis itu belum kembali juga.

***

"Ngapain lo ikut kesini?", tanya Mehregan berusaha menahan amarah saat ia tahu Alisa dan seorang temannya, yang bernama Tyas malah mengejarnya.

"Kakak ada masalah apa sih sama Lembayung?", tanya Alisa dengan kening berkerut.

Mehregan membuang muka ke arah lain. "Lo tanya sendiri aja sama teman lo itu!"

"Regan! Nggak boleh kasar," peringat Panji.

Sudah tidak ada lagi yang Mehregan pedulikan. Ia sudah tak mau lagi jaim-jaim seperti tokoh pemuda di webtoon ataupun wattpad. Tingkah gadis bernama Lembayung itu membuatnya sangat muak.

Mehregan melangkah lebih dulu, meninggalkan Alisa dan Tyas yang memandang kepergian itu dengan perasaan tidak mengerti.

"Regan, lo ada masalah apa sama adek kelas yang bacotnya naudzubillah itu?", tanya Panji berusaha mengorek informasi.

Mehregan masih enggan menjawab. Langkah pemuda itu semakin cepat, hingga setibanya di dalam kelas pemuda itu langsung duduk di bangkitnya dengan napas memburu.

"Eh, cebol! Gue nanya sama lo yah dari tadi! Lo bisu?!", amuk Panji ingin meninju wajah Mehregan sekarang juga.

"Ntar dia jawab kalau udah nggak kesel," kata Alex dengan suara kalem.

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang