Lembayung langsung merebahkan diri di sofa usang rumah kala baru pulang bekerja. Rasanya tubuh gadis itu sangat lelah, tapi ada kebahagiaan tersendiri kala pulang ke rumah, dan memberikan hasil jerih payahnya kepada Rosa.
"Ini, ibu sudah buatkan minum," kata Rosa lalu meletakkan segelas teh hangat diatas meja.
"Makasih yah, Bu," kata Lembayung dengan senyum lebarnya.
Gadis itu nampak kegerahan. Beberapa kali ia mengipas wajahnya menggunakan topi yang ia kenakan.
"Kamu keliatan capek, nak. Kamu makan dulu, yah, habis itu istirahat."
"Bayung nggak capek kok, Bu. Bayung malah senang karena udah nemu pekerjaan." Lembayung meraih gelas berisi minuman itu lalu meminumnya perlahan.
"Ayah mana, Bu?", tanya Lembayung pada Rosa. Pasalnya sejak kemarin ia tak melihat Soni.
Garis wajah Rosa langsung berubah, nampak sendu. Perempuan itu malah memalingkan wajah, seolah takut memandang Lembayung lebih lama, saat setelah gadis itu mempertanyakan dimana Soni.
"Bu? Kok ayah nggak kesini?", tanya Lembayung dengan suara lirih.
Rosa menghela napas. Ia menatap Lembayung dengan sorot sedih. "Jangan pernah tanya lagi soal ayahmu, dia sudah memilih pergi, dan meninggalkan kita. Hidupnya memang tak akan pernah sesuai dengan kita, orang yang terbiasa hidup miskin dan bekerja di jalan."
"Bu? Kok ngomong gitu?" Mata Lembayung langsung berkaca-kaca. "Ayah pergi kemana?"
Rosa mengusap kedua matanya. "Intinya, dia sudah pergi dan kembali ke kehidupan dia yang dulu. Bukan jadi orang miskin."
"Apa kalian punya masalah, yang Bayung nggak tau?"
Rosa bangkit berdiri. Raut wajahnya penuh amarah . "Sudah, tidak ada yang perlu dibahas lagi soal ayahmu. Kamu tau sendiri, ayah dan ibu tidak pernah menikah, dan dia juga bukan ayah kandungmu!"
Rosa berlalu dan masuk ke dalam kamarnya, dan mengurung diri didalam sana.
"Bu, bukain pintunya! Bayung mau bicara. Ibu...," ujar Lembayung mengetuk pintu kamar Rosa berkali-kali. Dengan air mata tumpah ruah Lembayung tetap meracau ingin tau dimana keberadaan sang ayah.
"LEMBAYUNG, SUDAH CUKUP! JANGAN TANYA APAPUN SOAL AYAHMU PADA IBU!", teriak Rosa dari dalam kamar.
Lembayung menangis dengan perasaan terluka. Beberapa waktu ini begitu banyak hal terduga yang ia dapatkan, dan semua itu adalah perkara yang menyakiti hatinya.
***
Mata Lembayung benar-benar sembab sekarang. Kejadian yang terjadi tadi malam benar-benar menguras emosinya.
Sakit hati? Tentu saja. Ayahnya sekarang sudah tidak ada bersama ia dan ibunya. Bahkan, untuk alasan yang jelas sekalipun Lembayung belum mengetahuinya salah sedikit.
"Gue harus tetap kerja, demi ibu."
Disinilah Lembayung berada, di tempat parkir pusat perbelanjaan, tempat kerjanya yang baru.
Kembali ia menjalani rutinitas barunya itu. Membantu para pengunjung memarkirkan kendaraan agar tertib.
Dari arah lain, sebuah mobil hitam mewah siap menuju lahan parkir. Dengan sigap Lembayung berlari dan mengarahkan mobil itu terparkir ditempat yang sesuai. "Ya, kanan dikit, ya, ya, stop!" Gadis itu memberi instruksi sembari meniup peluit.
Pintu mobil hitam terbuka, dan seorang pria turun dari sana. "Ini uangnya...."
Perkataan pria itu terhenti kala melihat sosok Lembayung, Lembayung pun sama kagetnya. "Pak Afno?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderlove
Подростковая литератураLembayung Kirana, pensiunan copet yang ingin membahagiakan ayah dan ibunya, mempunyai 3 sahabat, yaitu Koko, Aldo, dan Kenny yang juga sudah memutuskan untuk menjadi pensiunan copet. Suatu hari, Lembayung bertemu dengan Karnia Maheswagayatri, seoran...